Friday, July 22, 2016

Mengihitung Tingkat Kesukaran Soal


Mengihitung Tingkat Kesukaran Soal



 Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah proporsi jumlah peserta tes yang menjawab benar, yaitu perbandingan jumlah peserta tes yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes seluruhnya (Kunandar, 2014:240). Rumus menghitung tingkat kesukaran soal adalah:     

         B
  P = ---
          T

Keterangannya:                  
P = Tingkat kesukaran soal
B = Jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar
T = Jumlah seluruh peserta yang ikut tes

Hasil penghitungan tingkat kesukaran soal dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni:
a)      0,00 s/d 0,30 = Sukar
b)      0,31 s/d 0,70 = Sedang
c)      O,71 s/d 1,00 = Mudah

 
Analisis tingkat kesukaran soal adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsianal. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab, bukan dilihat dari sudut guru yang membuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk sedang, mudah, dan sukar (Sudjana, 2010:135). Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
       B
I = -------
       N
Keterangannya:
a)      I           =  indeks kesulitan untuk setiap soal
b)      B         =  banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
c)      N         =  banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang di
maksudkannya
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:
0    – 0.30  = soal kategori sukar
0,3 – 0,70  = soal kategori sedang
0,71– 1,00 = soal kategori mudah



Tingkat Kesukaran Soal adalah pengukuran seberapa besar derajad kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang sama maka soal tersebut dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Dikatakan baik karena sama-sama memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah (Arifin, 2014:266).
        (WL + WH)
TK=  ___________ X 100%
          (nL + nH)  

Keterangan:
WL      =  jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH     =  jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
nL        =  jumlah kelompok bawah
nL        =  jumlah kelompok atas

Langkah-langkah sebelum menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif sebagai berikut :
1)      Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah.
2)      Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas, dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut kolompok bawah. Sisa sebanyak 46% disisihkan
3)      Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah. Jika peserta didik menjawab benar beri tanda + (plus), sebaliknya jika peserta didik menjawab salah beri tanda – (minus)
Berdasarkan dengan teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa tingkat kesukaran soal adalah suatu pengukuran soal untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesulitan soal berdasarkan dengan soal ujian tengah semester genap Bahasa Indonesia. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan rumus Zaenal Arifin hal ini digunakan karena teorinya mudah untuk dipahami peneliti.




DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Zaenal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur.      Bandung: Bumi Aksara
Hidayati, R. 2008. Analisis Soal UAN SMP. Surabaya:http://rosyidatulhidayati. blogspot.com/2008/03/analisis-soal-uan-smp.html.
Karzuni. 2011. Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran  Bahasa Indonesia SMK Kelas X Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011. (Studi Kasusu di SMK Muhammadiyah Ungaran). Skripsi. Univesitas Negeri Semarang.
Kunandar. 2014. Penilaian Autetik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Lababa, J. 2008. Evaluasi Pendidikan. http://evaluasipendidikan.blogspot.com /2008/03/tes-prestasi-hasil-belajar.html.
Nurung, M. 2008. Kualitas Tes Ujian Akhir Sekolah berstandar Nasional (UASBN) IPA SD Tahun Pelajaran 2007/2008 di kota Kendari. Dalam jurnal LPMP Sultra, Volume 3 No. 1. http://mardikanyom.tripot.com/ kualitas%20tes.pdf.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sudjana, Nana dan Ibrahim.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, A. 2008. Penilaian Hasil Belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/05/01/Penilaian-Hasil-Belajar/.
Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan:Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment