KALIMAT
EFEKTIF
Hakikat Kalimat Efektif
Menurut Hikmat (2013:
44) “kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis”.
Dengan demikian kalimat efektif yang dibentuk haruslah dapat mengirimkan pesan
dari pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca dengan maksud atau
isi pesan yang sama pula. Tambahan pula menurut Keraf (dalam bukunya Hikmat,
2014: 44) mendefinisikan kailmat efektif sebagai “kalimat yang mempersoalkan
bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi atau perasaan penulisnya”.
Berdasarkan hal tersebut kalimat efektif merupakan kalimat yang strukturnya
benar, pilihan katanya tepat, logis dan ejaannya harus benar.
“Dalam hal ini
komunikasi hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi dapat
juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang efektif dalam pergaulan, belum
tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula
sebaliknya (Hikmat, 2013: 45)”. Misalnya contoh kalimat kepada tukang sayur
berikut, “Bu berapa sekilo? Kalimat
ini jelaslah tidak efektif, karena pembaca tidak tahu benda apa yang dimaksud
mau dibeli. Akan tetapi akan lebih efektif jika kalimat tersebut diganti dengan
berikut ini, “Bu, berapa harga apel ini
sekilo?”
Syarat Kalimat Efektif
Menurut Hikmat, (2013: 45)
“menulis kalimat efektif tidaklah mudah seperti kita berbicara sehari-hari”.
Oleh karena itu ada syarat yang harus dipenuhi agar menjadi kalimat efektif.
Syarat-syarat kalimat efekti sebagai berikut.
A.
Kesatuan
Gagasan
Setiap kalimat yang
baik harus memperlihatkan kesatuan gagasannya, mengandung satu ide pokok.
Selain itu, kalimat harus harmonis antara pikiran atau gagasan yang akan
diungkapkan dan struktur bahasa yang dipakai. Ciri-ciri kesatuan gagasan
sebagai berikut.
a.
Adanya
subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan ini dapat dilakukan dengan cara
menghindari pemakaian kata depan, di,
dalam, pada, untuk, atau pada di
muka subjek.
Contoh.
Dalam
suatu hari Tika membujuk adiknya yang nakal. (salah, karena tidak ada S dan P)
Suatu
hari Tika membujuk adiknya yang nakal. (benar, karena terdapat Ket-S-P-Pel)
Susi
yang cantik seperti bidadari. (salah, hanya perluasan subjek tanpa predikat)
Untuk
pintar harus belajar. (salah tidak ada S-P hanya Ket yang diperluas)
b.
Tidak
terdapat subjek ganda.
Contoh.
Ia
suka menabung, ia pun sangat pintar. (subjek ganda “ia”) seharusnya menggunakan
kata ganti atau dihilangkan salah satu.
Anak
itu tidak mau pulang ke rumahnya, ia pun bersembunyi di kandang ayam. (salah,
terdapat subjek ganda)
c.
Tidak
menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat tunggal.
Contoh.
Tiwi
baru saja pulang dari Bandung. Sedangkan
Rike baru saja brangkat ke Sukabumi. (salah, menggunakan kata penghubung di
awal kalimat bukan di dalam kalimat.
d.
Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh.
Kampus
Unmuh yang terletak di jalan Karimat. (salah, tidak ada predikat, yang ada
hanya perluasan subjek)
B.
Koherensi
yang kompak
a.
Koherensi
yang kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara
unsur-unsur.
Susan
memakan lele tadi pagi. (kalimat yang tidak baik)
Susan
memakan ikan lele tadi pagi. (kalimat yang baik)
b.
Kepadu an sebuah kalimat akan
rusak jika salah menggunakan kata depan, kata hubung dan sebagainya.
Contoh.
Surat
itu dikirim pada Susan. (kalimat salah penggunaan kata hubung pada seharusnya kepada)
Susan
sakit. Sedangkan adiknya tidak. (penggunaan kata hubung sedangkan yang salah).
c.
Kesalahan
lain dapat merusak koherensi adalah pemakaian dua kata yang maknanya tumpang
tindih.
Contoh.
Para
siswa-siswa mengikuti upacara bendera.(kalimat yang salah, seharusnya
mengilangkan kata para atau siswa).
d.
Kesalahan
lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum dst).
Contoh.
Saya
sudah membuat suasana menjadi kondusif. (kalimat yang baik)
Suasana
saya sudah buat menjadi kondusif. (kalimat yang tidak baik)
C.
Penekanan
Penekanan
bahasa lisan
dapat dilakukan dengan menggunakan intonasi suara, gerak badan, mimic dan
sebagainya kepada kata yang diucapkan, sedangkan pada kalimat tertulis hal
tersebut tidak mungkin dilakukan. Namun, penekanan dapat dilakukan sebagai
berikut.
a.
Mengubah
posisi kata/frasa dalam kalimat.
Contoh.
Susan
berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghadapi UN.
Dengan
sekuat tenaga Susan berusaha menghadapi UN.
UN
dihadapai Susan dengan sekuat tenaga.
b.
Mempergunakan
repetisi kata atau frasa.
Contoh.
Kebututuhan manusia semakin
tinggi, baik ketutuhan jasmani
maupun kebutuhan rohani.
c.
Pertentangan
kata atau frasa.
Susan
tidak bodoh, hanya cerdik dan jenius.
d.
Partikel
penekanan.
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam
sebuah kalimat. Partikel yang dimaksud adalah kah, lah, deh, kan, dong, kek, pun, toh.
Contoh.
Susanlah yang membuang sampah itu.
Kami
pun ingin semua permasalahan ini
berakhir.
D.
Variasi
Hal ini merupakan
upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Jika repetisi lebih banyak
menekankan pada kesamaan bentuk, maka variasi justru menghindarinya agar tidak
telalu monoton. Variasi dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
a.
Variasi
sinonim kata.
Contoh.
Seribu
armada dikerahkan untuk menyerang pasukan musuh.
Budidaya ikan lele banyak
dikembangkan di Bangorejo karena pengembangbiakannya
mudah.
b.
Variasi
panjang pendeknya kalimat.
Contoh.
Kandungan
kolesterol tingga dalam darah bisa mengakibatkan banyak pernyakit.
Penyakit-penyakit
berat seperti jantung, darah tinggi, stroke dan sebagainya bisa diakibatkan
kandungan kolesterol yang tinggi dalam
darah.
c.
Variasi
penggunaan me- dan di-
Contoh.
Bangorejo
membangun jembatan agar wilayah Jajag-Bangorejo bisa dihubungkan dengan jalur
cepat.
Jembatan
wilayah Jajag-Bangorejo dibangun di Bangorejo untuk dihubungkan dengan jalur
cepat.
d.
Variasi
dengan merubah posisi dalam kalimat.
Contoh.
Susan
mencuci baju di sungai.
Baju
dicuci Susan di sungai.
Di
sungai Susan mencuci baju.
E.
Pararelisme
Paralelisme
menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam
bentuk suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama. Paralelisme atau
kesejajaran bentuk membantu memberikan kejelasan dalam bentuk gramatikal dengan
memperhatikan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
Contoh.
Binatang buas sering memakan mangsanya hidup-hidup dan meminum darah mangsanya. (semua kata
kerja)
F.
Penalaran
atau logika
Logika adalah suatu
proses berfikir yang berusaha untuk menghubungkan fakta-fakta menuju kepada
suatu kesimpulan yang masuk akal. Tulisan yang baik dan jelas merupakan
perwujudan dari berfikir logis.
Contoh.
Buaya Budi meninggal
kemarin sore. (salah, meninggal hanya untuk manusia dalam konotasi positif)
Buaya Budi mati
kemarin sore. (benar)
Pencuri wafat
dikeroyok masa. (salah)
Pencuri mati dikeroyok
masa. (benar)
Yanto memotong rumput
dengan gergaji. (salah)
Yanto memotong rumput dengan
gunting. (benar)
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zaenal
dan Amran Tasai. 1985. Berbahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mediyatama sarana Perkasa.
Artati, Budi.
2009. Baku dan Tidak Baku.
Klaten: Intan Pariwara.
Chaer, Abdul.
2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta:
Rinneka Cipta.
Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Keraf,
Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia:
Sekolah Menengah Tingkat Atas. Jakarta: Nusa Indah.
Hikmat,
Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.
Nazar,
A. Noerzihri. 2006. Bahasa Indonesia
dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Yunohudiyono,
dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan.
Surabaya: UNESA University Press
No comments:
Post a Comment