Saturday, June 4, 2016

Apa itu kalimat efektif



KALIMAT EFEKTIF


 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRQZ9kwq_2B5o2HOIz2mnZEQ5zMBzjnFSkBzEUfVvAWwtdJ7ahDWKRrdH6FxWlbX0UAsvonK8kwMla5pdmyWjvoXSlSj8n1HncLVrQyEEWnenhE6wbONdPr_TKz2eO6ES7w4CBWVQYXYY/s1600/KALIMAT+EFEKTIF.png



Hakikat Kalimat Efektif
Menurut Hikmat (2013: 44) “kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis”. Dengan demikian kalimat efektif yang dibentuk haruslah dapat mengirimkan pesan dari pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca dengan maksud atau isi pesan yang sama pula. Tambahan pula menurut Keraf (dalam bukunya Hikmat, 2014: 44) mendefinisikan kailmat efektif sebagai “kalimat yang mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi atau perasaan penulisnya”. Berdasarkan hal tersebut kalimat efektif merupakan kalimat yang strukturnya benar, pilihan katanya tepat, logis dan ejaannya harus benar.
“Dalam hal ini komunikasi hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi dapat juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya (Hikmat, 2013: 45)”. Misalnya contoh kalimat kepada tukang sayur berikut, “Bu berapa sekilo? Kalimat ini jelaslah tidak efektif, karena pembaca tidak tahu benda apa yang dimaksud mau dibeli. Akan tetapi akan lebih efektif jika kalimat tersebut diganti dengan berikut ini, “Bu, berapa harga apel ini sekilo?”


 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_qxDPYW6JT7zSxu7c5wCVAWnRRomhi6hSD_0G06PgioqCpTLT-48wbP-jFvoOEx5ClVQFw8rkUxmxE7aUJ344hcLsyB4df0nURD5w0nmTxVFEz7IgMuawIAvGv35My-ccAYYe2nijRJY/s1600/Kalimat-Efektif-Dalam-Penulisan-Karya-Ilh.png



 Syarat Kalimat Efektif
            Menurut Hikmat, (2013: 45) “menulis kalimat efektif tidaklah mudah seperti kita berbicara sehari-hari”. Oleh karena itu ada syarat yang harus dipenuhi agar menjadi kalimat efektif. Syarat-syarat kalimat efekti sebagai berikut.
A.     Kesatuan Gagasan
Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan gagasannya, mengandung satu ide pokok. Selain itu, kalimat harus harmonis antara pikiran atau gagasan yang akan diungkapkan dan struktur bahasa yang dipakai. Ciri-ciri kesatuan gagasan sebagai berikut.
a.       Adanya subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan ini dapat dilakukan dengan cara menghindari pemakaian kata depan, di, dalam, pada, untuk, atau pada di muka subjek.
Contoh.
Dalam suatu hari Tika membujuk adiknya yang nakal. (salah, karena tidak ada S dan P)
Suatu hari Tika membujuk adiknya yang nakal. (benar, karena terdapat Ket-S-P-Pel)
Susi yang cantik seperti bidadari. (salah, hanya perluasan subjek tanpa predikat)
Untuk pintar harus belajar. (salah tidak ada S-P hanya Ket yang diperluas)

b.      Tidak terdapat subjek ganda.
Contoh.
Ia suka menabung, ia pun sangat pintar. (subjek ganda “ia”) seharusnya menggunakan kata ganti atau dihilangkan salah satu.
Anak itu tidak mau pulang ke rumahnya, ia pun bersembunyi di kandang ayam. (salah, terdapat subjek ganda)
c.       Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat tunggal.
Contoh.
Tiwi baru saja pulang dari Bandung. Sedangkan Rike baru saja brangkat ke Sukabumi. (salah, menggunakan kata penghubung di awal kalimat bukan di dalam kalimat.
d.      Predikat kalimat tidak didahului oleh  kata yang.
Contoh.
Kampus Unmuh yang terletak di jalan Karimat. (salah, tidak ada predikat, yang ada hanya perluasan subjek)
B.     Koherensi yang kompak
a.       Koherensi yang kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur.
Susan memakan lele tadi pagi. (kalimat yang tidak baik)
Susan memakan ikan lele tadi pagi. (kalimat yang baik)
b.      Kepadu an sebuah kalimat akan rusak jika salah menggunakan kata depan, kata hubung dan sebagainya.
Contoh.
Surat itu dikirim pada Susan. (kalimat salah penggunaan kata hubung pada seharusnya kepada)
Susan sakit. Sedangkan adiknya tidak. (penggunaan kata hubung sedangkan yang salah).
c.       Kesalahan lain dapat merusak koherensi adalah pemakaian dua kata yang maknanya tumpang tindih.
Contoh.
Para siswa-siswa mengikuti upacara bendera.(kalimat yang salah, seharusnya mengilangkan kata para atau siswa).
d.      Kesalahan lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum dst).
Contoh.
Saya sudah membuat suasana menjadi kondusif. (kalimat yang baik)
Suasana saya sudah buat menjadi kondusif. (kalimat yang tidak baik)
C.     Penekanan
Penekanan bahasa lisan dapat dilakukan dengan menggunakan intonasi suara, gerak badan, mimic dan sebagainya kepada kata yang diucapkan, sedangkan pada kalimat tertulis hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Namun, penekanan dapat dilakukan sebagai berikut.
a.       Mengubah posisi kata/frasa dalam kalimat.
Contoh.
Susan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghadapi UN.
Dengan sekuat tenaga Susan berusaha menghadapi UN.
UN dihadapai Susan dengan sekuat tenaga.
b.      Mempergunakan repetisi kata atau frasa.
Contoh.
Kebututuhan manusia semakin tinggi, baik ketutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani.
c.       Pertentangan kata atau frasa.
Susan tidak bodoh, hanya cerdik dan jenius.
d.      Partikel penekanan.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi  untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel yang dimaksud adalah kah, lah, deh, kan, dong, kek, pun, toh.
Contoh.
Susanlah yang membuang sampah itu.
Kami pun ingin semua permasalahan ini berakhir.

D.     Variasi
Hal ini merupakan upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Jika repetisi lebih banyak menekankan pada kesamaan bentuk, maka variasi justru menghindarinya agar tidak telalu monoton. Variasi dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
a.       Variasi sinonim kata.
Contoh.
Seribu armada dikerahkan untuk menyerang pasukan musuh.
Budidaya ikan lele banyak dikembangkan di Bangorejo karena pengembangbiakannya mudah.
b.      Variasi panjang pendeknya kalimat.
Contoh.
Kandungan kolesterol tingga dalam darah bisa mengakibatkan banyak pernyakit.
Penyakit-penyakit berat seperti jantung, darah tinggi, stroke dan sebagainya bisa diakibatkan kandungan kolesterol yang tinggi dalam  darah.
c.       Variasi penggunaan me- dan di-
Contoh.
Bangorejo membangun jembatan agar wilayah Jajag-Bangorejo bisa dihubungkan dengan jalur cepat.
Jembatan wilayah Jajag-Bangorejo dibangun di Bangorejo untuk dihubungkan dengan jalur cepat.
d.      Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat.
Contoh.
Susan mencuci baju di sungai.
Baju dicuci Susan di sungai.
Di sungai Susan mencuci baju.

E.      Pararelisme
Paralelisme menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam bentuk suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama. Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberikan kejelasan dalam bentuk gramatikal dengan memperhatikan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
Contoh.
Binatang buas sering memakan mangsanya hidup-hidup dan meminum darah mangsanya. (semua kata kerja)
F.      Penalaran atau logika
Logika adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk menghubungkan fakta-fakta menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Tulisan yang baik dan jelas merupakan perwujudan dari berfikir logis.
Contoh.
Buaya Budi meninggal kemarin sore. (salah, meninggal hanya untuk manusia dalam konotasi positif)
Buaya Budi mati kemarin sore. (benar)
Pencuri wafat dikeroyok masa. (salah)
Pencuri mati dikeroyok masa. (benar)
Yanto memotong rumput dengan gergaji. (salah)
Yanto memotong rumput dengan gunting. (benar)







DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 1985. Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mediyatama sarana Perkasa.

Artati, Budi. 2009. Baku dan Tidak Baku. Klaten: Intan Pariwara.

Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rinneka Cipta.

Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia: Sekolah Menengah Tingkat Atas. Jakarta: Nusa Indah.

Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Nazar, A. Noerzihri. 2006. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Yunohudiyono, dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan. Surabaya: UNESA University Press







No comments:

Post a Comment