Saturday, June 4, 2016

Konsep Kalimat



KALIMAT


 http://blog.unnes.ac.id/meinafebri/wp-content/uploads/sites/2443/2016/04/Kalimat_En_Transparent1.png


Pengertian Kalimat
Menurut Tim Penulis Bahasa Indonesia UNEJ (2007:79) kalimat adalah suatu bagian yang selesai dan menunjukkan pikiran yang lengkap. Maksud dari pernyataan ‘selesai’ adalah kalimat itu diawali dan diakhiri dengan kesenyapan untuk bahasa lisan sedangkan untuk bahasa tulis kalimat itu diawali atau dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. Adapun yang dimaksud dengan menunjukkan pikiran yang lengkap adalah informasi yang diberikan merupakan pikiran yang utuh. Kalimat dapat juga diartikan sebagai rangkaian dari kata-kata yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. maksudnya, sekurang-kurangnya kalimat itu memiliki subjek atau pokok kalimat dan predikat serta dapat ditambah dengan objek atau keterangan. Jika tidak memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, pernyataan itu bukanlah sebuah kalimat, melainkan hanya sebagai frasa.
Menurut Cook (1971:1) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa). Sementara itu, Alisyabana (1978:1) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran yang lengkap.
Sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Hal ini menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa yang lain di dalam  kalimat majemuk setara atau bertingkat.
Contoh.
a.      Adik  /  menangis. (kalimat)
S                P
b. Ruangan itu / memerlukan / kursi. (kalimat)
S                      P            O
c. Adik saya (frasa)
d. Tiga buah kursi (frasa)
e. Adik berkelahi dengan Budi (klausa)

Kalimat merupakan sarana untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah dan jelas. Dengan demikian, perlu digunakan kalimat yang baik dan benar agar komunikasi juga berlangsung dengan baik dan benar. Kalimat yang benar memiliki arti sebagai kalimat yang dapat mengekspresikan gagasan secara benar, dapat diartikan secara jelas dan tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca dan pendengarnya. Adapun kalimat yang baik adalah kalimat yang dapat mengekspresikan atau menggungkapkan gagasan secara baik. Artinya singkat, cermat, tepat, jelas maknanya, dan santun atau sesuai dengan situasi dan kondisi.
Kalimat yang benar dapat juga diartikan sebagai kalimat yang mempunyai struktur yang benar. Struktur yang benar berarti:
1)      sebuah kalimat minimal harus mempunyai subjek dan predikat;
2)      harus lengkap;
3)      tidak berupa anak kalimat atau penggabungan anak kalimat;
4)      urutan kata harus tepat dan;
5)      hubungan antarkalimat juga harus tepat.
Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut:
1)      Dalam sidang memutuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun. (salah)
Kalimat ini salah karena predikatnya berbentuk aktif tetapi tidak mempunyai subjek karena subjeknya didahului oleh kata dalam. Agar kalimat tersebut menjadi benar, perbaikannya sebagai berikut.
1a) Sidang memutuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun.
   (kata dalam tetap dihilangkan sehingga kalimat ini mempunyai subjek)
1b) Dalam sidang diputuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara   selama empat tahun.
    (kata dalam tetap digunakan, tetapi predikatnya diubah menjadi bentuk pasif)
2)      Sidang yang memutuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun. (salah)

Kalimat tersebut salah karena di depan predikat menggunakan kata yang. Hal ini berarti kalimat tersebut tidak mempunyai predikat, tetapi hanya mempunyai subjek dan perluasan subjek. Agar menjadi kalimat yang benar, perbaikannya sebagai berikut
2a) Sidang memutuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun.
(kata yang dihilangkan sehingga kalimat tersebut mempunyai predikat)

3)      Meskipun ia tidak pandai, tetapi ia suka membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya. (salah)
Kalimat tersebut salah karena merupakan gabungan dari anak kalimat. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing kalimat diawali kata penghubung meskipun dan tetapi yang menjadi dasar penentuan bahwa kalimat itu merupakan anak kalimat. Agar menjadi kalimat yang benar, perbaikannya sebagai berikut.
3a) Ia tidak pandai. Ia suka membaca buku-buku untuk menambah    pengetahuannya. (dua kalimat)

3b) Meskipun tidak pandai, ia suka membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya.
(satu kalimat dengan susunan anak kalimat dan induk kalimat )
3c) Ia suka membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya meskipun tidak pandai.
(satu kalimat dengan susunan induk kalimat dan anak kalimat )

3d) Ia tidak pandai, tetapi suka membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya.
(satu kalimat dengan susunan induk kalimat dan anak kalimat)


 http://www.logic-training.com/site_images/corporate-training/programs/Kalimat.jpg



Unsur Pembangun Kalimat
            Menurut Suhardi (2013: 63) menyatakan bahwa unsur pembangun kalimat sebagai berikut.
  1. Kata
Kata adalah bagian terkecil dari kalimat. Kata dapat dibedakan dua sifat, yaitu sifat denotatif dan konotatif. Dalam kata-kata inilah termuat pikiran yang terkandung situasi apa kalimat tersebut berlangsung.
  1. Pikiran
Setiap susunan kata yang terbentuk dalam kalimat pastilah memiliki pikiran atau maksud. Pikiran atau maksud ini dapat diartikan sebagai informasi yang terkandung di dalam kalimat.
  1. Kejalasan situasi
kata-kata yang dipakai dalam kalimat harus memperlihatkan situasi tertentu degan jelas. Situasi ini bisa saja dalam bantuk situasi formal dan nonformal. Situasi tersebut juga dalam bentuk keakraban duka, senang, rindu, tegang dll.
  1. Tata bahasa yang berlaku.
Setiap komunikasi yang dilakukan tentunya harus memenuhi aturan tata bahasa yang berlaku dalam masyarakat bahasa tersebut. Contohnya, mahasiswa yang ada dikampus harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam diskusi di kelas.


 http://bobo.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/media/images/0011-menulis-kalimat-sederhana/9202795-1-ind-ID/0011-Menulis-Kalimat-Sederhana_large.jpg




Fungsi Unsur-Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis dalam buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat. Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur berupa kata, frasa, atau klausa. Unsur-unsur kalimat adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat ada maupun tidak. Pada unsur kalimat juga dilengkapi dengan konjungsi. Konjungsi pada kalimat bisa ada maupun juga tidak (Suhardi, 2013:65).
  1. Subjek
Subjek sering disebut pokok kalimat yang merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat memenuhi fungsi berikut.
1)      Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk.
2)      Memperjelas makna.
3)      Menjadi pokok pikiran.
4)      Menegaskan atau memfokuskan makna.
5)      Memperjelas pikiran ungkapan.
6)      Membentuk kesatuan pikiran.

Untuk mencari subjek dalam kalimat ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain:
1)      Jawaban apa atau siapa, misalnya: Saya / pergi ke Surabaya. (pernyataan ‘siapa yang pergi ke Surabaya?’ dijawab ‘saya’ sehingga subjeknya adalah saya).
2)    Bisa didahului kata bahwa misalnya: bahwa Friski adalah segalanya untukku.
3)      Berupa kata atau frasa benda (nomina).
4)      Disertai kata ini, atau itu, misalnya: Air sungai ini, (itu) / terus mengericik.
5)      Disertai pewatas yang, misalnya: ibunda yang kusayang.
6)      Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si kecil, sang perkasa.
7)      Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
8)      Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

Subjek kalimat dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa. Berupa kata, misalnya:
1)     Saya / tertidur
2)     Kakak / belajar
3)     Ibu / mencuci
Subjek yang berupa frasa misalnya.
1)      Ayah saya / berkerja
S               P
2) Seekor kelinci /  tiba-tiba keluar / dari sarangnya
               S                      P                      Ket
3)  Air sungai itu / terus menerus menggericik.
               S                                  P
  1. Predikat
Predikat, sering disebut sebagai sebutan, adalah unsur penjelas dalam kalimat yang muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi sebagai berikut.
1)      Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, dan kalimat majemuk.
2)      Menjadi unsur penjelas yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapan dan menentukan kejelasan makna kalimat.
3)      Menegaskan makna.
4)      Membentuk kesatuan pikiran.
Untuk mencari atau menentukan predikat dalam kalimat, ada beberapa hal yang harus diketahui sebagai berikut.
1)      Jawaban mengapa, bagaimana.
2)      Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan.
3)      Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata bilangan.
4)      Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyannya, mesti, selayaknya, dan lain-lain.
5)      Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berfungsi menjadi perluasan subjek,.
6)      Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni.
7)      Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.
8)      Predikat dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir.

Predikat dapat berupa kata, dan dapat pula berupa frasa. Predikat yang berupa kata, misalnya.
1)   Pengusaha sukses itu menemukan peluang bisnis barunya.
2)   Bisnisnya berkembang.
3)   Dia sukses.

Sedangkan yang berupa frasa misalnya;
1)   Pengusaha itu sudah mendapatkan peluang pengembangan bisnisnya.
2)   Bisnisnya berkembang amat pesat setelah menggunakan bahan baku lokal.
3)   Manusia adalah makhluk yang berakal budi.

C.     Objek
Objek merupakan pelengkap yang membentuk kesatuan dalam kalimat. Jika subjek dan predikat dalam kalimat cenderung muncul secara eksplisit. Kehadiran objek tergantung pada jenis predikat kalimat dan ciri khas dari objek tersebut. Kalimat yang predikatnya transitif berarti predikatnya membutukan objek. Sebaliknya, kalimat yang predikatnya intransitif berarti predikatnya tidak memperlukan objek. Predikat yang memperlukan objek biasanya berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan, mengambili, melempari, mendekati. Pada kalimat, objek berfungsi sebagai berikut.
1)      Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
2)      Memperjelas makna kalimat,
3)      Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Untuk mencari atau menentukan objek kalimat, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
a.       Objek berupa kata benda.
b.      Objek selalu terletak atau melekat setelah predikat (tidak dapat disisipi unsur kalimat yang lain).
c.       Objek tidak didahului kata depan.
d.      Objek merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang terletak langsung di belakang predikat transitif.
e.       Objek dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat tersebut dipasifkan.
f.       Objek dapat dilengkapi dengan pelengkap yang mengkhususkan objek yang fungsinya melengkapi informasi dan melengkapi struktur kalimat.

Contoh.
1)      Mahasiswa / mendiskusikan / antikorupsi
S          P                                  O= kata benda = jawaban apa
Setelah predikat=melekat
Setelah predikat= tidak didahului kata depan
2)      Antikorupsi / didiskusikan / mahasiswa
S                      P(pasif)            O
3)   Negara Republik Indonesia / berdasarkan / Pancasila.
                  S                                  P                      Pelengkap

4)  Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh
      S          P                      O         pelengkap

  1. Modalitas (pelengkap)
Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat. Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu, makna kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut, dan pasti. Modalitas dalam kalimat mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut.
1)      mengubah nada, artinya dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada keras menjadi lembut atau sebaliknya, kata-kata yang sering digunakan adalah barangkali, tentu, mungkin, sering, harus, dan sungguh.
2)      menyatakan sikap, artinya dalam mengungkapkan kalimat digunakan kata-kata misalnya pasti, pernah, tentu, sering, dan jarang.
Contoh penggunaan modalitas (yang dicetak miring)
1)      Adik saya kemungkinan besar sebagai seniman.
2)      Dia sebetulnya seorang pelukis.
3)      Mereka rupa-rupanya kurang setuju terhadap pendapat saya.
4)      Dia jangan-jangan dianggap sebagai pencuri karena tingkah lakunya mencurigakan.
5)      Anda sebaiknya menerima hadiah itu dengan senang hati.

Fungsi objek dan pelengkap hampir sama. Kesamaan itulah yang sering dilakukan penganalisis. Cara yang telah untuk mengatasi hal tersebut dengan membaliknya. Jika unsur pembangun kalimat bisa diputarbalikkan berarti kalimat tersebut mengandung objek. Akan tetapi, bila tidak bisa maka kalimat itu terkadung pelengkap.
Contoh.
Amir membaca buku.
S          P          O
Dibalik
Buku dibaca Amir.
S          P          O

Kalimat berpelengkap
Meri belajar dengan sungguh-sungguh.
S          P          Pelengkap
Jika dibalik
Dengan sungguh-sungguh Meri belajar.
Kalimatnya menjadi tidak bersubjek menjadi objek semua.

  1. Keterangan
Keterangan berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi, pesan-pesan kalimat. Apabila kalimat tidak ada keterangannya maka, informasi yang didapat menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan terutama dalam tulisan surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui atau menentukan karangan perlu diketahui hal-hal sebagai berikut.
1)      Keterangan bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan akan membuat  pesan menjadi tidak atau tidak jelas dan tidak lengkap. Misalnya surat undangan, apabila tanpa keterangan maka menjadi tidak komunikatif.
2)      Letak keterangan kalimat tidak terikat posisi. Maksudnya, dapat di awal, di tengah, atau di belakang kalimat.
3)      Keterangan dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun) dan pengganti nomina (menggunakan kata bahwa).
4)      Keterngan dapat berupa keterangan tambahan berupa aposisi yang dapat menggantikan subjek.
Contoh.
1)      Sekarang / saya / berangkat / ke Surabaya. (di awal)
Ket             S                P          K. Tuj

Saya / sekarang / berangkat / ke Surabaya. (di tengah)
S          Ket                   P          K. Tuj.

Saya / berangkat / ke Surabaya / sekarang. (di akhir)
S          P                      K.Tuj.              Ket.

2)      Saya tetap berangkat ke Surabaya meskipun cuaca tidak mendukung. (posesif)

3)      Mahasiswa berpendapat bahwa sekarang ini sulit untuk mencari pekerjaan. (pengganti nomina).

4)      Megawati, Presiden RI 2001-2004, adalah presiden wanita pertama Indonesia. (aposisi)

Keterangan pun dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut.
a.       Keterangan waktu
Bila predikat diterangkan dengan kata: masih, sedang, lagi, akan, sudah, telah, sejak, kemarin, besok, lusa, dan penunjuk waktu yang lain.
b.      Keterangan tempat
Keterangan yang menyatakan tempat kejadian suatu pekerjaan yang dilakukan subjek. Misalnya: di, ke, dari, pada dan sampai.
c.       Keterangan sebab akibat
Keterangan yang berisi sebab dan akibat hal yang dilakukan subjek. Keterangan ini biasanya menggunakan  kata hubung sebab dan akibat.

d.      Keterangan asal
Keterangan yang menerangkan asal yang dilakukan subjek. Misalnya: dari.
e.       Keterangan syarat
Keterangan yang menerangkan syarat suatu pekerja itu dapat diwujudkan atau dilakukan. Misalnya: jika dan seandainya.
f.       Keterangan alat
Keterngan yang menerangkan alat yang digunakan subjek dalam melakukan sesuatu. Misalnya: dengan.
g.       Keterangan kualitas
Keterangan yang menerangkan kualitas atas mutu. Misalnya: bagus, jelas, baik, buruk tenang, redup dsb.
h.      Keterangan tujuan
Keterangan yang menerangkan arah atau tujuan yang dilakukan subjek. Misalnya: ke.
i.        Keterangan perwatasan
Keterangan yang menerangkan perwatasan. Misalnya: tentang.
j.        Keterangan kuantitas
Keterangan yang menyatakan kuantitas atau jumlah. Misalnya Iwan memiliki mobil 5 buah.

3.4 Pola Dasar Kalimat
            Menurut Finoza (dalam buku Hikmat, 2009: 157) ada enam pola dasar kalimat yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat dapat dijelaskans sebagai berikut.
A.     Kalimat dasar tipe S-P
Kalimat dengan tipe S-P, perdikatnya diisi dengan verba intransitif (kata kerja intrasitif). Akan tetapi adapula pengisi predikatnya berupa nomina, adjektiva, frasa nomina, dan frasa adjektiva.
Contoh.
Nurul tertawa.
S          P (frasa verba intransitif)

Budi sopir truks.
S          P (KB)

Susan gemuk.
S          P (KS)

B.     Kalimat dasar tipe S-P-O
Kalimat tipe S-P-O diisi dengan predikat dengan bentuk verba transitif (membutuhkan objek). Jika tidak diisi akan membentuk kalimat yang kurang efektif.
Contoh.
Toni mengalahkan Budi
S          P                      O

KPK menangkap koruptor
S          P                      O        

Indonesia diintai Malaysia
S                      P          O
           
C.     Kalimat dasar tipe S-P-Pel
Kalimat dengan tipe S-P-Pel merupakan tipe kalimat yang unsur predikatnya di lengkapi dengan unsut S dan Pel, tidak bisa dibuat negatif karena tidak memiliki unsur O.
Contoh.
Banyak orang menjadi anggota DPR.
S                      P            pel

Tanjidor merupakan alat kesenian asli Betawi
S                      P                      Pel

Keputusan tersebut sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.
S                                  P                      Pel

D.     Kalimat dasar tipe S-P-Ket
Kalimat tipe S-P-Ket memiliki predikat yang memerlukan pendamping untuk melengkapi yaitu S dan Ket.

Contoh.
Sekarang / saya / berangkat / ke Surabaya. (di awal)
Ket             S                P          K. Tuj

Saya / sekarang / berangkat / ke Surabaya. (di tengah)
S          Ket                   P          K. Tuj.

Saya / berangkat / ke Surabaya / sekarang. (di akhir)
S          P                      K.Tuj.              Ket.

Boni makan di warung
S          P          Ket.tempat

Kita berangkat karena hujan sudah reda.
S          P                      Ket. Sebab-akibat

E.      Kalimat dasar tipe S-P-O-Pel
Kalimat tipe ini memerlukan tiga pendamping yaitu S – O – Pel untuk melengkapi predikat.
Contoh.
Tuti membelikan adiknya buku baru.
S          P                      O         pel.

Polisi menangkap pelaku pencurian mobil.
S          P                      O         pel

Musyawarah dilakukan penduduk sekitar.
S                      P                      O         pel

F.      Kalimat dasar tipe S-P-O-Ket
Kalimat tipe ini memerlukan S-O-Ket untuk melengkapi predikatnya.
Contoh.
Ade Irma membimbing mahasiswa di kampus
S                      P                      O         ket.

Ibu memotong sapi dengan pisau.
S          P          O         ket.

Kemarin, Yanto makan apel.
Ket              S        P        O






DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 1985. Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mediyatama sarana Perkasa.

Artati, Budi. 2009. Baku dan Tidak Baku. Klaten: Intan Pariwara.

Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rinneka Cipta.

Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia: Sekolah Menengah Tingkat Atas. Jakarta: Nusa Indah.

Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Nazar, A. Noerzihri. 2006. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Yunohudiyono, dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan. Surabaya: UNESA University Press










No comments:

Post a Comment