KALIMAT
Pengertian Kalimat
Menurut Tim Penulis Bahasa
Indonesia UNEJ (2007:79) kalimat adalah suatu bagian yang selesai dan
menunjukkan pikiran yang lengkap. Maksud dari pernyataan ‘selesai’ adalah
kalimat itu diawali dan diakhiri dengan kesenyapan untuk bahasa lisan sedangkan
untuk bahasa tulis kalimat itu diawali atau dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. Adapun yang dimaksud
dengan menunjukkan pikiran yang lengkap adalah informasi yang diberikan
merupakan pikiran yang utuh. Kalimat dapat juga diartikan sebagai rangkaian
dari kata-kata yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. maksudnya,
sekurang-kurangnya kalimat itu memiliki subjek atau pokok kalimat dan predikat
serta dapat ditambah dengan objek atau keterangan. Jika tidak memiliki
unsur-unsur subjek dan predikat, pernyataan itu bukanlah sebuah kalimat,
melainkan hanya sebagai frasa.
Menurut Cook (1971:1) kalimat adalah
satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola
intonasi akhir yang terdiri dari klausa). Sementara itu, Alisyabana (1978:1) mengatakan bahwa kalimat
adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang
lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung
pikiran yang lengkap.
Sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau
lebih. Hal ini menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa
dengan klausa yang lain di dalam kalimat
majemuk setara atau bertingkat.
Contoh.
a. Adik /
menangis. (kalimat)
S P
b. Ruangan itu / memerlukan /
kursi. (kalimat)
S P O
c.
Adik saya (frasa)
d.
Tiga buah kursi (frasa)
e.
Adik berkelahi dengan Budi (klausa)
Kalimat merupakan sarana untuk
menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan
mudah dan jelas. Dengan demikian, perlu digunakan kalimat yang baik dan benar
agar komunikasi juga berlangsung dengan baik dan benar. Kalimat yang benar
memiliki arti sebagai kalimat yang dapat mengekspresikan gagasan secara benar, dapat diartikan secara jelas dan tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca dan pendengarnya.
Adapun kalimat yang baik adalah kalimat yang dapat mengekspresikan atau
menggungkapkan gagasan secara baik. Artinya singkat,
cermat, tepat, jelas maknanya, dan
santun atau sesuai dengan situasi dan kondisi.
Kalimat yang benar dapat juga
diartikan sebagai kalimat yang mempunyai struktur yang benar. Struktur yang
benar berarti:
1)
sebuah
kalimat minimal harus mempunyai subjek dan predikat;
2)
harus
lengkap;
3)
tidak
berupa anak kalimat atau penggabungan anak kalimat;
4)
urutan
kata harus tepat dan;
5)
hubungan
antarkalimat juga harus tepat.
Hal ini dapat dilihat pada contoh
berikut:
1)
Dalam
sidang memutuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun.
(salah)
Kalimat ini salah karena
predikatnya berbentuk aktif tetapi tidak mempunyai subjek karena subjeknya
didahului oleh kata dalam. Agar
kalimat tersebut menjadi benar, perbaikannya sebagai berikut.
1a) Sidang memutuskan bahwa
terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun.
(kata dalam
tetap dihilangkan sehingga kalimat ini mempunyai subjek)
1b) Dalam sidang
diputuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun.
(kata dalam
tetap digunakan, tetapi predikatnya diubah menjadi bentuk pasif)
2)
Sidang
yang memutuskan bahwa terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun.
(salah)
Kalimat tersebut salah karena di
depan predikat menggunakan kata yang.
Hal ini berarti kalimat tersebut tidak mempunyai predikat, tetapi hanya
mempunyai subjek dan perluasan subjek. Agar menjadi kalimat yang benar, perbaikannya
sebagai berikut
2a) Sidang memutuskan bahwa
terdakwa dikenai hukuman penjara selama empat tahun.
(kata yang
dihilangkan sehingga kalimat tersebut mempunyai predikat)
3)
Meskipun
ia tidak pandai, tetapi ia suka membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya.
(salah)
Kalimat tersebut salah karena
merupakan gabungan dari anak kalimat. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing
kalimat diawali kata penghubung meskipun dan tetapi yang menjadi dasar penentuan
bahwa kalimat itu merupakan anak kalimat. Agar menjadi kalimat yang benar,
perbaikannya sebagai berikut.
3a) Ia tidak pandai.
Ia suka membaca buku-buku untuk menambah
pengetahuannya. (dua kalimat)
3b) Meskipun tidak
pandai, ia suka membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya.
(satu kalimat dengan susunan anak kalimat dan induk
kalimat )
3c) Ia suka membaca
buku-buku untuk menambah pengetahuannya meskipun tidak pandai.
(satu kalimat dengan susunan induk kalimat dan anak
kalimat )
3d) Ia tidak pandai,
tetapi suka membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya.
(satu
kalimat dengan susunan induk kalimat dan anak kalimat)
Unsur Pembangun Kalimat
Menurut Suhardi (2013: 63) menyatakan bahwa
unsur pembangun kalimat sebagai berikut.
- Kata
Kata adalah bagian terkecil dari
kalimat. Kata dapat dibedakan dua sifat, yaitu sifat denotatif dan konotatif.
Dalam kata-kata inilah termuat pikiran yang terkandung situasi apa kalimat
tersebut berlangsung.
- Pikiran
Setiap susunan kata yang
terbentuk dalam kalimat pastilah memiliki pikiran atau maksud. Pikiran atau
maksud ini dapat diartikan sebagai informasi yang terkandung di dalam kalimat.
- Kejalasan situasi
kata-kata yang dipakai dalam
kalimat harus memperlihatkan situasi tertentu degan jelas. Situasi ini bisa
saja dalam bantuk situasi formal dan nonformal. Situasi tersebut juga dalam
bentuk keakraban duka, senang, rindu, tegang dll.
- Tata bahasa yang berlaku.
Setiap komunikasi yang dilakukan
tentunya harus memenuhi aturan tata bahasa yang berlaku dalam masyarakat bahasa
tersebut. Contohnya, mahasiswa yang ada dikampus harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam diskusi di kelas.
Fungsi Unsur-Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis dalam buku
tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata dalam kalimat. Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur berupa kata, frasa,
atau klausa. Unsur-unsur kalimat adalah subjek
(S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek,
pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat ada maupun tidak. Pada
unsur kalimat juga dilengkapi dengan konjungsi. Konjungsi pada kalimat bisa ada
maupun juga tidak (Suhardi, 2013:65).
- Subjek
Subjek sering disebut
pokok
kalimat yang merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna
kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat.
Keberadaan subjek dalam kalimat memenuhi fungsi
berikut.
1)
Membentuk
kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk.
2)
Memperjelas
makna.
3)
Menjadi
pokok pikiran.
4)
Menegaskan
atau memfokuskan makna.
5)
Memperjelas
pikiran ungkapan.
6)
Membentuk
kesatuan pikiran.
Untuk mencari subjek dalam
kalimat ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain:
1)
Jawaban
apa atau siapa, misalnya: Saya / pergi ke Surabaya. (pernyataan ‘siapa yang
pergi ke Surabaya?’ dijawab ‘saya’ sehingga subjeknya adalah saya).
2)
Bisa didahului kata bahwa misalnya: bahwa Friski adalah segalanya untukku.
3) Berupa kata atau frasa
benda (nomina).
4) Disertai kata ini, atau itu, misalnya: Air
sungai ini, (itu) / terus mengericik.
5) Disertai pewatas yang, misalnya: ibunda yang kusayang.
6) Kata sifat didahului
kata si atau sang: si cantik, si kecil, sang perkasa.
7) Tidak didahului
preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi,
untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
8) Tidak dapat
diingkarkan dengan kata tidak, tetapi
dapat dengan kata bukan.
Subjek kalimat dapat berupa kata
dan dapat pula berupa frasa. Berupa kata, misalnya:
1)
Saya
/ tertidur
2)
Kakak
/ belajar
3)
Ibu
/ mencuci
Subjek
yang berupa frasa misalnya.
1)
Ayah
saya / berkerja
S P
2) Seekor kelinci
/ tiba-tiba keluar / dari sarangnya
S P Ket
3) Air sungai itu / terus menerus menggericik.
S P
- Predikat
Predikat, sering
disebut sebagai sebutan, adalah unsur penjelas dalam kalimat yang muncul secara
eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi sebagai berikut.
1)
Membentuk
kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, dan kalimat majemuk.
2)
Menjadi
unsur penjelas yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapan dan
menentukan kejelasan makna kalimat.
3)
Menegaskan
makna.
4)
Membentuk
kesatuan pikiran.
Untuk mencari atau menentukan
predikat dalam kalimat, ada beberapa hal yang harus diketahui sebagai berikut.
1)
Jawaban
mengapa, bagaimana.
2)
Dapat
diingkarkan dengan tidak atau bukan.
3) Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau
kata bilangan.
4)
Dapat
didahului keterangan modalitas: sebaiknya,
seharusnya, seyogyannya, mesti, selayaknya, dan lain-lain.
5)
Tidak
didahului kata yang, jika didahului yang predikat berfungsi menjadi
perluasan subjek,.
6)
Didahului
kata adalah, ialah, yaitu, yakni.
7)
Predikat
dapat berupa kata benda, kata kerja, kata
sifat, atau bilangan.
8) Predikat dapat
didahului keterangan aspek: akan, sudah,
sedang, selalu, hampir.
Predikat dapat berupa kata, dan dapat pula berupa
frasa. Predikat yang berupa kata, misalnya.
1) Pengusaha sukses itu menemukan peluang bisnis barunya.
2) Bisnisnya berkembang.
3) Dia sukses.
Sedangkan yang berupa frasa misalnya;
1)
Pengusaha
itu sudah mendapatkan peluang
pengembangan bisnisnya.
2)
Bisnisnya
berkembang amat pesat setelah
menggunakan bahan baku lokal.
3)
Manusia
adalah makhluk yang berakal budi.
C. Objek
Objek merupakan pelengkap yang
membentuk kesatuan dalam kalimat. Jika subjek dan predikat dalam kalimat
cenderung muncul secara eksplisit. Kehadiran objek tergantung pada jenis
predikat kalimat dan ciri khas dari objek tersebut. Kalimat yang predikatnya
transitif berarti predikatnya membutukan objek. Sebaliknya, kalimat yang predikatnya
intransitif berarti predikatnya tidak memperlukan objek. Predikat yang
memperlukan objek biasanya berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i,
misalnya mengambilkan, mengumpulkan,
mengambili, melempari, mendekati. Pada kalimat, objek berfungsi sebagai
berikut.
1)
Membentuk
kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
2)
Memperjelas
makna kalimat,
3)
Membentuk
kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Untuk mencari atau menentukan
objek kalimat, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
a.
Objek
berupa kata benda.
b.
Objek
selalu terletak atau melekat setelah
predikat (tidak dapat disisipi unsur kalimat yang lain).
c.
Objek
tidak didahului kata depan.
d.
Objek
merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau
siapa yang terletak langsung di
belakang predikat transitif.
e.
Objek
dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat tersebut dipasifkan.
f.
Objek
dapat dilengkapi dengan pelengkap yang mengkhususkan objek yang fungsinya
melengkapi informasi dan melengkapi struktur kalimat.
Contoh.
1)
Mahasiswa
/ mendiskusikan / antikorupsi
S P O=
kata benda = jawaban apa
Setelah
predikat=melekat
Setelah predikat=
tidak didahului kata depan
2)
Antikorupsi
/ didiskusikan / mahasiswa
S P(pasif) O
3) Negara Republik Indonesia / berdasarkan /
Pancasila.
S P Pelengkap
4) Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh
S P O pelengkap
- Modalitas (pelengkap)
Modalitas dalam sebuah kalimat
sering disebut keterangan predikat.
Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas
tertentu, makna kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas,
ragu, lembut, dan pasti. Modalitas dalam kalimat mempunyai beberapa fungsi,
sebagai berikut.
1)
mengubah
nada, artinya dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada
keras menjadi lembut atau sebaliknya, kata-kata yang sering digunakan adalah barangkali, tentu, mungkin, sering, harus,
dan sungguh.
2)
menyatakan
sikap, artinya dalam mengungkapkan kalimat digunakan kata-kata misalnya pasti, pernah, tentu, sering, dan jarang.
Contoh
penggunaan modalitas (yang dicetak miring)
1)
Adik
saya kemungkinan besar sebagai
seniman.
2)
Dia
sebetulnya seorang pelukis.
3)
Mereka rupa-rupanya kurang setuju terhadap
pendapat saya.
4)
Dia jangan-jangan dianggap sebagai pencuri
karena tingkah lakunya mencurigakan.
5)
Anda
sebaiknya menerima hadiah itu dengan
senang hati.
Fungsi objek dan pelengkap hampir
sama. Kesamaan itulah yang sering dilakukan penganalisis. Cara yang telah untuk
mengatasi hal tersebut dengan membaliknya. Jika unsur pembangun kalimat bisa
diputarbalikkan berarti kalimat tersebut mengandung objek. Akan tetapi, bila
tidak bisa maka kalimat itu terkadung pelengkap.
Contoh.
Amir membaca buku.
S P O
Dibalik
Buku dibaca Amir.
S P O
Kalimat berpelengkap
Meri belajar dengan
sungguh-sungguh.
S P Pelengkap
Jika dibalik
Dengan sungguh-sungguh
Meri belajar.
Kalimatnya menjadi
tidak bersubjek menjadi objek semua.
- Keterangan
Keterangan berfungsi menjelaskan
atau melengkapi informasi, pesan-pesan kalimat. Apabila kalimat tidak ada
keterangannya maka, informasi yang didapat menjadi tidak jelas. Hal ini dapat
dirasakan terutama dalam tulisan surat undangan, laporan penelitian, dan
informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain sebagainya. Untuk
mengetahui atau menentukan karangan perlu diketahui hal-hal sebagai berikut.
1)
Keterangan
bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan akan membuat pesan menjadi tidak atau tidak jelas dan
tidak lengkap. Misalnya surat undangan, apabila tanpa keterangan maka menjadi
tidak komunikatif.
2)
Letak
keterangan kalimat tidak terikat posisi. Maksudnya, dapat di awal, di tengah, atau di
belakang kalimat.
3)
Keterangan
dapat berupa: keterangan waktu, tujuan,
tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun) dan pengganti nomina
(menggunakan kata bahwa).
4)
Keterngan
dapat berupa keterangan tambahan berupa
aposisi yang dapat menggantikan subjek.
Contoh.
1)
Sekarang / saya / berangkat / ke
Surabaya. (di awal)
Ket S P K. Tuj
Saya / sekarang
/ berangkat / ke Surabaya. (di tengah)
S Ket P K. Tuj.
Saya / berangkat / ke Surabaya / sekarang. (di akhir)
S P K.Tuj. Ket.
2)
Saya
tetap berangkat ke Surabaya meskipun cuaca
tidak mendukung. (posesif)
3)
Mahasiswa
berpendapat bahwa sekarang ini sulit
untuk mencari pekerjaan. (pengganti nomina).
4)
Megawati,
Presiden RI 2001-2004, adalah presiden wanita pertama Indonesia. (aposisi)
Keterangan pun dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis, sebagai berikut.
a.
Keterangan
waktu
Bila predikat diterangkan dengan kata: masih, sedang, lagi, akan, sudah, telah,
sejak, kemarin, besok, lusa, dan penunjuk waktu yang lain.
b.
Keterangan
tempat
Keterangan yang menyatakan tempat kejadian suatu
pekerjaan yang dilakukan subjek. Misalnya: di,
ke, dari, pada dan sampai.
c.
Keterangan
sebab akibat
Keterangan yang berisi sebab dan akibat hal yang
dilakukan subjek. Keterangan ini biasanya menggunakan kata hubung sebab dan akibat.
d.
Keterangan
asal
Keterangan yang menerangkan asal yang dilakukan
subjek. Misalnya: dari.
e.
Keterangan
syarat
Keterangan yang menerangkan syarat suatu pekerja itu
dapat diwujudkan atau dilakukan. Misalnya: jika
dan seandainya.
f.
Keterangan
alat
Keterngan yang menerangkan alat yang digunakan
subjek dalam melakukan sesuatu. Misalnya: dengan.
g.
Keterangan
kualitas
Keterangan yang menerangkan kualitas atas mutu.
Misalnya: bagus, jelas, baik, buruk tenang,
redup dsb.
h.
Keterangan
tujuan
Keterangan yang menerangkan arah atau tujuan yang
dilakukan subjek. Misalnya: ke.
i.
Keterangan
perwatasan
Keterangan yang menerangkan perwatasan. Misalnya: tentang.
j.
Keterangan
kuantitas
Keterangan yang menyatakan kuantitas atau jumlah.
Misalnya Iwan memiliki mobil 5 buah.
3.4
Pola Dasar Kalimat
Menurut Finoza (dalam buku Hikmat,
2009: 157) ada enam pola dasar kalimat yang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Keenam tipe kalimat dapat dijelaskans sebagai berikut.
A.
Kalimat
dasar tipe S-P
Kalimat dengan tipe
S-P, perdikatnya diisi dengan
verba intransitif (kata kerja intrasitif). Akan tetapi adapula pengisi
predikatnya berupa nomina, adjektiva, frasa nomina, dan frasa adjektiva.
Contoh.
Nurul tertawa.
S P (frasa verba intransitif)
Budi sopir truks.
S P (KB)
Susan gemuk.
S P (KS)
B.
Kalimat
dasar tipe S-P-O
Kalimat tipe S-P-O
diisi dengan predikat dengan bentuk verba transitif (membutuhkan objek). Jika
tidak diisi akan membentuk kalimat yang kurang efektif.
Contoh.
Toni mengalahkan Budi
S P O
KPK menangkap koruptor
S P O
Indonesia diintai
Malaysia
S P O
C.
Kalimat
dasar tipe S-P-Pel
Kalimat dengan tipe
S-P-Pel merupakan tipe kalimat yang unsur predikatnya di lengkapi dengan unsut
S dan Pel, tidak bisa dibuat negatif
karena tidak memiliki unsur O.
Contoh.
Banyak orang menjadi
anggota DPR.
S P pel
Tanjidor merupakan
alat kesenian asli Betawi
S P Pel
Keputusan tersebut
sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.
S P Pel
D.
Kalimat
dasar tipe S-P-Ket
Kalimat tipe S-P-Ket
memiliki predikat yang memerlukan pendamping untuk melengkapi yaitu S dan Ket.
Contoh.
Sekarang / saya / berangkat / ke
Surabaya. (di awal)
Ket S P K. Tuj
Saya / sekarang
/ berangkat / ke Surabaya. (di tengah)
S Ket P K. Tuj.
Saya / berangkat / ke Surabaya / sekarang. (di akhir)
S P K.Tuj. Ket.
Boni makan di warung
S P Ket.tempat
Kita berangkat karena
hujan sudah reda.
S P Ket.
Sebab-akibat
E.
Kalimat
dasar tipe S-P-O-Pel
Kalimat tipe ini
memerlukan tiga pendamping yaitu S – O – Pel untuk melengkapi predikat.
Contoh.
Tuti membelikan
adiknya buku baru.
S P O pel.
Polisi menangkap
pelaku pencurian mobil.
S P O pel
Musyawarah dilakukan
penduduk sekitar.
S P O pel
F.
Kalimat
dasar tipe S-P-O-Ket
Kalimat tipe ini
memerlukan S-O-Ket untuk melengkapi predikatnya.
Contoh.
Ade Irma membimbing
mahasiswa di kampus
S P O ket.
Ibu memotong sapi
dengan pisau.
S P O ket.
Kemarin, Yanto makan
apel.
Ket S P O
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zaenal
dan Amran Tasai. 1985. Berbahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mediyatama sarana Perkasa.
Artati, Budi.
2009. Baku dan Tidak Baku.
Klaten: Intan Pariwara.
Chaer, Abdul.
2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta:
Rinneka Cipta.
Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Keraf,
Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia:
Sekolah Menengah Tingkat Atas. Jakarta: Nusa Indah.
Hikmat,
Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.
Nazar,
A. Noerzihri. 2006. Bahasa Indonesia
dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Yunohudiyono,
dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan.
Surabaya: UNESA University Press
No comments:
Post a Comment