Sunday, June 12, 2016

Argumentasi dan Kekeliruan-Kekeliruan Penalaran




Argumentasi dan Kekeliruan-Kekeliruan Penalaran


https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTRZCZgn4fdyP4KWIwwjJsSjYHEEM4QSeT6fdtDnzVFxVbnBbAYaQ


            Kajian pragmatic juga mengarah pada menerangkan argument dari pikiran sesorang, yang merupakan tindak tutur yang berbeda dalam komunikasi verbal bagi pengguna bahasa. Menurut para ahli argument diuraikan dan dievaluasi ;ebih akurat dengan menggunakan konsep teoritis komunikasi. Diperlukan adanya pendekatan untuk menelaah hal-hal tersebut.
            Ada dua jenis argument yaitu argument 1 dan argument 2. Argument satu adalah semacam ujaran atau sejenis tindak komunikatif yang sama dengan janji, perintah, permintaan maaf, peringatan, ajakan, suruhan, dan sebagainya. Argument 1 dapat dilihat dengan jelas dalam ungkapan-ungkapan. Argumen1 merupakan praktek rasional dimana akal dikemukakan untuk mendukung proposisi-proposisi tertentu. Sebaliknya argument 2 mengacu pada jenis interaksi tertentu yang dapat diklasifikasikan dengan jenis-jenis interaksi lainya seperti perdebatan-perdebatan sengit, pembicaraan dari hati ke hati, pertengkaran, diskusi dan sebagainya. Argumen2 ini berbicara sedikit banyak dari serangan verbal dan serangan balik verbal.
            Ada 6 kerangka teoritis yang digunakan untuk membahas masalah argument dan buah pikiran yang keliru. Kerangka 1), adalah kerangaka semantic. Argument dalam kerangka tematik harus memiliki premis-premis yang benar. Penalaran dari premis-premis ini menurut inferensi yang valid selalu menghasilkan kesimpulan yang benar. Kerangka 2), adalah kerangka epistemic. Dalam kerangka ini orang yang menberikan argumentasi berusaha menghubungkan pengetahuan dan keyakinan yang beralasan dengan proposisi-proposisi sebuah argument. Orang yang memberikan argumentasi melakukan penalaran dari berbagai proposisi yang sudah terkenal ke satu proposisi yang kurang dikenal. Kerangka 3), adalah kerangka dialektik, dalam kerangka ini pengargumen melakukan penalaran dengan satu pasangan atau lebih menurut kaidah-kaidah yang berbeda dengan konteks dialog. Seorang pengargumen yang melanggar satu atau lebih dari kaidah-kaidah ini berarti sudah melakukan buah pikiran dialektik yang keliru. Kerangka 4), adalah kerangka psikologis, argument merupakan fenomena mental. Penalaran melibatkan transisi antara keadaan-keadaan mental yang mungkin dapat diberi berbagai macam karakteristik sebagai pikiran, keyakinan, pengetahuan, dan sebagainya. Sejauh disusun sedemikian rupa, transisi-transisi ini mengamati berbagai Kendal saat dioperasikan. Kerangka 5), adalah kerangka retorika, dalam kerangka ini argument merupakan bagian dari proses argumentasi yang lebih luas antara orang-orang yang mengajukan argument. Orang-orang yang mengajukan argument melakukan penalaran mulai dari klaim-klaim yang dapt diterima oleh khalayak hingga klaim-klaim yang ditentang oleh khalayak. Kerangka 6), adalah kerangka pramatik, dalam kerangka ini argument adalah jenis wacana. Orang yang menberikan argumentasi melakukan penalaran menurut kriteria-kriteria wacana argumentatif yang masuk akal dari proposisi yang memiliki status opini. Penalaran yang tidak dapat memenuhi criteria-kriteria ini menimbulkan buah pikiran pragmatic yang keliru. 


https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSBIj9abloypZ9p502ZtglqOm7AKwGIAeMSSjZ3fIqs3whDUt84

            Ada dua hal yang tergolong pada pembicaraan tentang perubahan pragmatic dalam kajian argument. 1) pragma-dialektika sebagian merupakan pendekatan normative terhadap kajian argumentasi. 2) pragma-dialektikan merupakan usaha yang benar-benar ambisius dalam  mengakaji argumentasi dapat ditolak.
Tampaknya pragma-dialektika merupakan obat mujarab bagi semua  persoalan ahli teori argumentasi. Dalam penyeledikan ini teori buah pikiran yang keliru akan digunakan sebagai test case pragma-dialektika. Sebenarnya teori buah pikiran yang keliru idealnya cocok untuk mengetes seberapa besar pragma dialektika sukses menjodohkan komponen-komponen normatifnya dan komponen-komponen deskripsinya.
Terdapat dua metodologi yang digunakan untuk menjawab  buah pikiran yang keliru, yang kajian pragma-dialektika belum bisa menjawabnya, yaitu rekonsktruksi dan evaluasi. Rekonstruksi.

No comments:

Post a Comment