Argumentasi dan Kekeliruan-Kekeliruan
Penalaran
Kajian
pragmatic juga mengarah pada menerangkan argument dari pikiran sesorang, yang
merupakan tindak tutur yang berbeda dalam komunikasi verbal bagi pengguna
bahasa. Menurut para ahli argument diuraikan dan dievaluasi ;ebih akurat dengan
menggunakan konsep teoritis komunikasi. Diperlukan adanya pendekatan untuk
menelaah hal-hal tersebut.
Ada
dua jenis argument yaitu argument 1 dan argument 2. Argument satu adalah
semacam ujaran atau sejenis tindak komunikatif yang sama dengan janji,
perintah, permintaan maaf, peringatan, ajakan, suruhan, dan sebagainya.
Argument 1 dapat dilihat dengan jelas dalam ungkapan-ungkapan. Argumen1
merupakan praktek rasional dimana akal dikemukakan untuk mendukung proposisi-proposisi
tertentu. Sebaliknya argument 2 mengacu pada jenis interaksi tertentu yang
dapat diklasifikasikan dengan jenis-jenis interaksi lainya seperti
perdebatan-perdebatan sengit, pembicaraan dari hati ke hati, pertengkaran,
diskusi dan sebagainya. Argumen2 ini berbicara sedikit banyak dari serangan
verbal dan serangan balik verbal.
Ada
6 kerangka teoritis yang digunakan untuk membahas masalah argument dan buah
pikiran yang keliru. Kerangka 1), adalah kerangaka semantic. Argument dalam
kerangka tematik harus memiliki premis-premis yang benar. Penalaran dari
premis-premis ini menurut inferensi yang valid selalu menghasilkan kesimpulan
yang benar. Kerangka 2), adalah kerangka epistemic. Dalam kerangka ini orang
yang menberikan argumentasi berusaha menghubungkan pengetahuan dan keyakinan
yang beralasan dengan proposisi-proposisi sebuah argument. Orang yang
memberikan argumentasi melakukan penalaran dari berbagai proposisi yang sudah
terkenal ke satu proposisi yang kurang dikenal. Kerangka 3), adalah kerangka
dialektik, dalam kerangka ini pengargumen melakukan penalaran dengan satu
pasangan atau lebih menurut kaidah-kaidah yang berbeda dengan konteks dialog.
Seorang pengargumen yang melanggar satu atau lebih dari kaidah-kaidah ini
berarti sudah melakukan buah pikiran dialektik yang keliru. Kerangka 4), adalah
kerangka psikologis, argument merupakan fenomena mental. Penalaran melibatkan
transisi antara keadaan-keadaan mental yang mungkin dapat diberi berbagai macam
karakteristik sebagai pikiran, keyakinan, pengetahuan, dan sebagainya. Sejauh
disusun sedemikian rupa, transisi-transisi ini mengamati berbagai Kendal saat
dioperasikan. Kerangka 5), adalah kerangka retorika, dalam kerangka ini
argument merupakan bagian dari proses argumentasi yang lebih luas antara orang-orang
yang mengajukan argument. Orang-orang yang mengajukan argument melakukan penalaran mulai dari klaim-klaim
yang dapt diterima oleh khalayak hingga klaim-klaim
yang ditentang oleh khalayak. Kerangka 6), adalah kerangka pramatik, dalam
kerangka ini argument adalah jenis wacana. Orang yang menberikan argumentasi
melakukan penalaran menurut kriteria-kriteria wacana
argumentatif yang masuk akal dari proposisi yang memiliki status opini. Penalaran
yang tidak dapat memenuhi criteria-kriteria ini menimbulkan buah pikiran
pragmatic yang keliru.
Ada dua hal yang tergolong
pada pembicaraan tentang perubahan pragmatic dalam kajian argument. 1)
pragma-dialektika sebagian merupakan pendekatan normative terhadap kajian
argumentasi. 2) pragma-dialektikan merupakan usaha yang benar-benar ambisius
dalam mengakaji argumentasi dapat
ditolak.
Tampaknya pragma-dialektika
merupakan obat mujarab bagi semua
persoalan ahli teori argumentasi. Dalam penyeledikan ini teori buah
pikiran yang keliru akan digunakan sebagai test case pragma-dialektika.
Sebenarnya teori buah pikiran yang keliru idealnya cocok untuk mengetes
seberapa besar pragma dialektika sukses menjodohkan komponen-komponen
normatifnya dan komponen-komponen deskripsinya.
Terdapat dua metodologi yang
digunakan untuk menjawab buah pikiran
yang keliru, yang kajian pragma-dialektika belum bisa menjawabnya, yaitu
rekonsktruksi dan evaluasi. Rekonstruksi.
No comments:
Post a Comment