KEBIASAAN
JELEK DALAM MENYIMAK
Menurut Nichols (dalam
buku Tarigan, 1986: 107) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kebiasaan buruk
yang umum menggangu kegiatan menyimak. Kebiasaan-kebiasaan tersebut diuraikan
sebagai berikut.
Menyimak Lompat Tiga
Orang berbicara
mempergunakan kata-kata dengan kecepatan kira-kira 125 kata per menit. Jika
kecepatan ini juga diimbangi dengan kecepatan yang sama waktu kita berfikir.
Akan tetapi orang berfikir diperkirakan lebih cepat dari pada berbicara sekitar
4 kali lipat dari berbicara. Oleh karena itu, saat berpikir harus menurunkan
kecepetan berpikir untuk memahami orang yang sedang berbicara agar simakan
efektif.
Permasalahannya, terdapat
pada saat kita kelebihan waktu dari pada kecepatan berbicara. Waktu yang lebih
itu, sering mental kita berpetualang ke hal lain, memperkirakan materi simakan
melebihi pembicara, dan kekeliruan apa yang dipikirkan dengan yang pembicaraan
lakukan. Hal ini mengakibatkan konsentrasi menyimak terganggu.
Menyimak “saya dapat fakta”
Umumnya kita sering
berpikir, “kalai saya menyimak, maka sebenarnya mendapatkan fakta-fakta”. Jika
anda memang seperti itu, maka termasuk penyimak yang salah. Mari kita
ilustrasikan, suatu saat pimpinan kita menginstruksikan kepada kita berupa
fakta-fakta A-Z. Pimpinan anda mulai berbicara fakta A, kita memikirkan dan
mengingat fakta tersebut. Selanjutnya pimpinan menyampaikan instruksi lagi
untuk fakta yang B, kita memikirkan dan mengingat fakta B, fakta kedua.
Selanjutnya fakta C pun diberikan. Kita sibuk mengingat fakta yang telah
diberikan dan lupa akan adanya fakta D, E sampai Z. Anda berusaha menangkap
fakta A, B, C, memutarbalikkan fakta beberapa dan mengingatnya sehingga lupa
dan kehilangan fakta lain.
Solusinya adalah anda
harus menyimak untuk mendapatkan ide, gagasan utama. Cobalah menyusun beberapa
fakta yang ada dibenak kita dan menggabungkan untuk mendapatkan fakta inti dari
isi simakan. Selanjutnya, ingat dan pahami ide atau fakta inti tersebut.
Noda-Noda Ketulian
Emosional
Bagi kebanyakan kita, terdapat kata-kata dan frase-frase
yang mengganggu atau membingungkan kita secara emosional. Kata-kata dan
frase-frase tersebut mengganggu pendengaran atau penyimakan kita. Misalnya pada
saat menyimak pembicaraan terdapat kata seperti: kurang ajar, tukang kredit, om girang, tante senang, seks, pelacur,
anjing, bangsat. Sering kata-kata tersebut ada dalam bahan simakan sehingga
mengganggu kegiatan penyimak. Oleh karena itu, isi pesan tidak dapat dipahami,
karena fokus pada kata atau frasa yang mengganggu tadi.
Menyimak Supersensitif
Seandainya anda telah
mengembangkan pendapat-pendapat atau prasangka-prasangka yang mendalam maka
seorang yang berbicara kepada anda mungkin sekali tanpa disadari secara lisan
menghina anda. Anda mencoba menginterupsi dia, anda merencanakan suatu
pertanyaan yang memalukannya, atau anda mempertimbangkan suatu tangkisan atau
bantahan yang menusuk hatinya. Kalau memang terjadi seperti itu, maka secara
tidak sadar anda telah berhenti menyimaknya. Hal itu karena anda sibuk dan
muluk-muluk merengungkan sesuatu saat pembicara terus berbicara.
Solusinya dengan awasilah
diri anda sendiri, tetep fokus kepada pembicara. Kalau pembicara telah berhenti
atau selesai berbicara barulah merencakan komentar, pertanyaan, atau reaksi
bantahan ataupun penolakan kepadanya.
Menghindari
Penjelasan-Penjelasan Sulit
Anda akan mendapatkan diri
sendiri tidak dapat luput dari menyimak suatu yang sulit, maka usaha untuk
menghindari hal itu seolah-olah tidak akan ada gunanya dan anda tidak akan
dapat menyimak secara efektif. Pemecahannya: simaklah baik-baik diskusi-diskusi
mengenai subyek-subyek yang menuntun upaya untuk mamahami, mengerti, seperti
dalam komentar-komentar radio atau diskusi-diskusi panel.
Penolakan secara gegabah
terhadap suatu subyek
Adakalanya saat pembicara
memulai berbicara, mungki saja kita menyangka pembicaraannya tidak menarik,
kurang menyenangkan, topiknya membosankan, atau sudah lama sehingga tidak
membutuhkan konsentrasi, tidak perlu diperhtikan. Dengan demikian kita lantas
dengan gegabah menolak atas pembicaraan tersebut. Hal ini termasuk kebiasaan
yang tidak baik untuk ditiru. Solusinya dengan membuang jauh-jauh pikiran yang
negatif tersebut, dan berpikiran bahwa pasti pembicaraan yang diikuti memiliki
nilai positif. Pikiran yang negatif tersebut akan membuyarkan konsentrasi saat
menyimak sehingga hasilnya tidak efektif.
Mengkritik cara dan gaya
pembicara
Adakalanya pembicara sepatunya
jorok, seseorang yang bersepatu jorok, lusuh, tidak berkilat, dan berbicara pun
teledor pula, maka dia tidak akan dapat berbicara banyak. Orang tersebut
mungkin saja memberi kita kunci atau jalan menuju keberhasilan hidup, tetapi
sayangnya kita tidak mendengarkan, tidak menyimaknya. Bahkan kita sering
mengkritiknya meskipun dalam hati atau tidak diungkapkan. Kejadian seperti itu
secara tidak sadar kita telah berhenti menyimaknya. Akan tetapi, boleh saja
kita mengkritik cara dan gaya pembicara tetap tunggulah sampai orang itu
selesai berbicara agar kita dapat memahami isi keseluruhan ujarannya itu.
Memberi Perhatian Semu
Kita akan jarang sekali mengelabui orang yang berbicara,
karena menyimak menuntut suatu pengeluaran tenaga yang diakui paling sedikit
secara tidak sadar olehnya. Kita menipu diri sendiri keluar dari suatu
kesempatan untuk belajar dari ap yang telah dikatakan. Oleh karena itu kita
lebih baik berhenti dari kepura-puraan itu dan benar-banar menyimak yang
dibicarakan oleh pembicara.
Menyerah kepada Gangguan
Polusi di segala bidang
telah umum kita rasakan. Kegiatan menyimak sudah tentu akan dibarengi polusi
disekitar kita. Polusi tersebut merupakan gangguan terhadap perhatian kita
dalam menyimak. Seorang penyimak yang baik tentu akan berjuang menantang
ganguan-ganguan tersebut. Misalnya menutup pintu, mengecilkan volume radio, tv,
bergerak mendekat ke pembicara sampai menyuruhnya untuk berbicara lebih keras.
Ganngguan-ganguan dalam menyimak harus segara diatasi, kalau tidak akan merusak
konsentrasi, pemusatan perhatian dan mengganggu penangkapan ide dan gagasan
dari pembicara.
Menyimak dengan pensil dan
kertas di tangan
Beberapa orang beranggapan
bahwa cara belajar dari menyimak adalah dengan jalan membuat banyak catatan.
Mereka jadinya terlibat dalam kegiatan fisik menulis. Kerap kali mereka mencoba
membuat kerangka apa-apa yang telah diutarakan pembicara dan menjadi rangkuman
yang berupa simbol-simbol dan angka-angka. Mereka lupa bahwa sementara itu
mereka hanya setengah menyimak. Solusinya adalah mencatatlah pada saat
pembicara selesai berbicara dan catatlah secara singkat saja, seperti kata
kunci, yang mudah dikembangkan serta mudah dipahami oleh penyimak.
PEMBELAJARAN
MENYIMAK
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satu
keterampilan yang diajarkan adalah menyimak. Menyimak adalah keterampilan
memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Ini berarti pembelajaran
mendengarkan bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus
memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu mendengarkan secara
interaktif dan menyimak secara noninteraktif (Mulyati, 2007:10) menyimak
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon dan
sejenisnya sedangkan situasi menyimak noninteraktif yaitu menyimak radio, TV,
film, khotbah atau menyimak dalam acara-acara seremonial.
Ada tiga tahapan proses pembelajaran
menyimak yang dilakukan siswa. Pertama, menerima masukan auditori (auditory
input). Pendengar menerima pesan lisan, mendengar pesan saja tidak menjamin
berlangsungnya pemahaman. Kedua, memperhatikan masukan auditori.
Pendengar berkonsentrasi secara fisik dan mental pada apa yang disajikan
penutur. Ketiga, menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori.
Pendengar tidak hanya mengumpulkan dan menyimpan pesan, akan tetapi juga mengklasifikasi,
membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal (previous
knowledge).
Karakteristik Pembelajaran
Mendengarkan
Keterampilan
berbahasa meliputi empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca bersifat reseptif
sedangkan keterampilan membaca dan menulis bersifat ekspresif. Keterampilan menyimak
adalah kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang
lain melalui sarana lisan (dan atau pendengaran).
Pembelajaran
menyimak dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik dan tidak sama dengan
keterampilan lainnya. Pada awal pembelajaran, pembacaan materi harus dilakukan
atau diperdengarkan guru. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menyerap atau memahami informasi.
Menurut
Clark dan Clark, 1977:133-179) dalam proses menyimak dimulai dengan menyerap
rentetan bunyi bahasa (melalui syaraf sentrifugal) diteruskan menuju otak yang
disebut ”perangkat ingatan pendek” untuk diproses dan dianalisis. Alat itu
ialah pengetahuan bahasa. Apabila pemrosesan atas rentetan bunyi bahasa (bunyi,
kosakata, struktur) berhasil berarti pendengar mengerti akan makna pesan atau
isi informasi yang terkandung dalam rentetan bunyi bahasa tersebut. Selanjutnya
isi informasi atau pesan tadi disimpan dalam bagian otak lain yang disebut
perangkat ingatan jangka panjang. Oleh karena itu, yang disimpan itu bukan lagi
rentetan bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah, melainkan lambang bahasa yang
telah terproses menjadi konsep.
Pembelajaran
menyimak dapat berhasil dengan baik apabila guru memusatkan perhatian siswa
pada apa yang akan dibacakan atau diperdengarkan. Selain itu juga siswa sambil menyimak
dapat membuat catatan sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Menyimak
Pemilihan dan pengembangan bahan dalam pembelajaran
menyimak disusun dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal. Adapun
prinsip pemilihan bahan kajian tersebut antara lain:
- Bahan harus disusun dari yang mudah ke yang sukar.
- Dari lingkungan yang paling dekat ke yang jauh.
- Dari bahan yang sederhana menuju kepada kajian yang rumit.
- Dari bahan yang sudah diketahui siswa menuju kepada bahan yang belum diketahui siswa.
- Dari bahan kajian kongkrit menuju pada kajian yang bersifat abstrak (Sabarti: 12).
Untuk lebih jelasnya, ada beberapa sumber atau bahan yang
dapat digunakan dalam pengajaran menyimak yakni:
- Buku-buku
1)
Buku-buku pelajaran yang diwajibkan.
2)
Buku pelajaran yang pernah dipakai dan masih relevan.
3)
Buku pelengkap yang disahkan oleh Departemen Pendidikan
4)
Buku bacaan baik berupa saduran atau bukan saduran.
- Media Cetak
1)
Surat kabar
2)
Majalah
- Media Elektronika
1)
Radio
2)
Kaset
3)
Televisi
4)
CD
5)
DVD
Dalam menentukan bahan yang diambil dari media elektronik
hal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesulitan penggunaan bahasa,
panjangnya materi, dan tingkat kesukaran pemahaman materi. Oleh sebab itu,
sebaiknya pengggunaan bahan mulailah dari sederhana sampai pada siswa dapat
menyimak informasi melalui TV.
Strategi Pembelajaran Menyimak
Menurut Iskandarwasid
(2011: 237) menjelaskan ada dua macam strategi membelajaran menyimak yaitu (1)
menyimak umum dan (2) menyimak kritis. Berikut ini penjelasan masing-masing.
a.
Menyimak umum
1)
Mengingat rincian penting secara tepat mengenai ilmu
pengetahuan khusu.
2)
Mengingat urutan-urutan sederhana, kata-kata dan gagasan.
3)
Mengikuti pengarahan-pengarahan lisan.
4)
Memparafrasekan suatu pesan lisan.
5)
Mengikuti suatu urutan dalam pengembangan plot,
pengembangan watak dan argumentasi pembicara.
6)
Memahami makna denotasi kata-kata.
7)
Memahami makna konotasi kata-kata.
8)
Memahami makna kata melalui konteks percakapan.
9)
Mendengarkan untuk mencatan rincian penting.
10) Mendengarkan untuk
mencatat gagasan utama.
11) Menjawab dan
merumuskan pertanyaan.
12) Mengidentifikasi
gagasan utama dan unsur 5W+1H.
13) Menghubungkan
materi yang dilisankan dengan pemahaman sebelumnya.
b.
Menyimak kritis
1)
Membedakan fakta dari khayalan.
2)
Menentukan kebenaran gagasan utama, argumen dan
hipotesis.
3)
Membedakan antara fakta, dan opini.
4)
Memeriksa, membandingkan dan mengkontraskan gagasan dan
menyimpulkan pembicaraan.
5)
Mengevaluasi kesalahan-kesalahan lisan.
6)
Mengenal dan menentukan pengaruh berbagai alat yang
mungkin dipakai oleh pembicara, (musik, kata yang tidak penting, intonasi,
emosi, propaganda, dll).
7)
Melacak dan mengevaluasi bias dan prasangkan buruk dari
pembicara dari sudut pandang tertentu.
8)
Mengevaluasi kualifikasi pembicara.
Untuk meningkatkan pengajaran menyimak, di bawah ini akan
dijelaskan beberapa metode pengajaran menyimak. Tujuannya adalah:
a.
Bagi guru yang belum mengenal, mengetahui atau memahami
maka contoh ini adalah hal baru yang perlu dipahami.
b.
Bagi guru yang sudah memahami atau mengetahuinya atau
sudah mempraktekkannya, maka contoh ini sebagai penyegaran kembali terhadap hal
yang sudah diketahui.
Oleh sebab itu, di bawah ini dipaparkan beberapa metode
yaitu:
a.
Simak- Tulis (Dikte)
Dalam teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan
sebuah wacana singkat (diperdengarkan cukup satu kali). Siswa menyimak dengan
baik.
Contoh :
Guru : Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika
kita ingin menilai keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya,
maka orang tersebut disuruh menjalankan mobil, mundur, maju, belok, kencang,
lambat, dan seterusnya.Contoh lain menilai kecakapan memotong rambut. Lalu kita
mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan
menyisirnya dan lain-lain.
Siswa: (Menuliskan hasil simakannya)
Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika kita
ingin menilai keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya, maka
orang tersebut disuruh menjalankan mobil, mundur, maju, belok, kencang, lambat,
dan seterusnya.Contoh lain menilai kecakapan memotong rambut. Lalu kita
mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan
menyisirnya dan lain lain.
b.
Memperluas Kalimat
Guru menyuruh siswa mendeskripsikan suatu benda yang
diperdengarkan atau dibacakan oleh guru. Siswa menyimak dengan tekun.
Contoh :
Guru : Harganya cukup murah hanya Rp. 200,- per kotak
kecil. Isi kotak kecil itu panjangnya kira-kira 4-5 cm. Tangkainya biasanya
terbuat dari kayu. Di ujung kayu itu terdapat bulatan yang berwarna coklat. Bulatan
itu akan menyala bila digoreskan pada kotaknya. Apakah nama benda itu?
Siswa : (Menerka) Korek api.
c.
Simon Berkata
Guru menyebutkan sebuah kalimat, siswa menyebutkan
kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi kalimat tadi. Kemudian guru
mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan
kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang
sudah diperluas dengan menambahkan kata atau kelompok kata yang telah
diucapkan.
Contoh :
Guru : Ibu
memasak nasi di dapur tadi malam.
Siswa : Ibu
memasak nasi di dapur tadi malam.
Guru : Ibu
memasak nasi di dapur tadi malam.
Siswa : Ibu
memasak nasi di dapu tadi malam sewaktu hujan lebat.
Seorang siswa berperan sebagai Simon dan maju ke depan kelas.
Setiap mengatakan Simon berkata “Silakan duduk” siswa
lain menurutinya. Tetapi apabila Simon mengatakan “Simon” Siswa lainnya tidak
boleh mengikutinya. Kecermatan menyimak ucapan Simon menentukan pemberian
reaksi yang tepat atau salah. Siswa yang salah mendapat hukuman.
Contoh :
Siswa :
Semua berdiri
Simon berkata :
“Duduklah!’.
Siswa :
Duduk. (Apabila ada yang berdiri maka dihukum)
Simon :
“Duduk!”
Siswa : Tidak ada
yang duduk. Apabila ada yang duduk, maka dihukuman.
d.
Bisik Berantai
Bisik berantai ini dapat dilakukan secara berkelompok
atau beberapa siswa. Apabila dilakukan oleh beberapa siswa maka guru
membisikkan pada siswa pertama, siswa pertama membisikkan pada siswa kedua dan
seterusnya, siswa terakhir harus menuliskan di papan tulis atau menyebukann
kalimat tadi dengan nyaring.
Contoh :
Guru : Ayah
berharap ayah akan ke kantor bersama Deri dan Deri akan menurutinya.
Siswa : A. Ayah
berharap akan ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya
B. Ayah
berharap ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya .................……………………………….....................
C. Ayah ke kantor bersama Deri dan menurutinya
Guru : Memeriksa
ucapan terakhir siswa.
Perbedaan yang dilakukan secara berkelompok adalah
masing-masing siswa terakhir yang terdapat dalam setiap kelompok menuliskan kalimatnya
dalam secarik kertas dengan menuliskan nomor kelompok dan menyerahkannya pada
guru. Tugas guru adalah menuliskan kalimat dari semua wakil kelompok di papan
tulis. Dari beberapa kalimat tersebut maka dapat dibaca kalimat mana yang
paling tepat.
e.
Menyelesaikan Cerita
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 3-4 orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama, misalnya
kelompok 1, ke depan kelas. Kelompok tersebut disuruh bercerita, judulnya bebas
atau boleh juga ditentukan oleh guru. Setelah bercerita, beberapa menit
kemudian, guru mempersilakannya untuk duduk. Cerita tersebut dilanjutkan oleh
kelompok kedua, dan selanjutnya sampai selesai (kelompok empat).
Model ini boleh juga dilakukan dengan cara perorangan dengan cara yang
sama.
Contoh :
Guru :
Sekarang kita akan menyusun suatu cerita. Judulnya masih rahasia. Cerita ini
akan disusun oleh empat kelompok. Bagian demi bagian akan ditampilkan di depan
kelas. Setiap orang selalu siap melanjutkan cerita..Mari kita mulai. Rengga ke
depan
Rengga :
(Ke depan.) Apa yang harus saya ceritakan Bu?
Guru : Bebas, apa saja boleh
Rengga :
Pagi ini saya terlambat karena jam beker yang biasa membangunkan tidak
berdering. Rupanya saya lupa memutarnya tadi malam. Cepat-cepat saya pergi
mandi. Sialnya, badan sudah basah sabun mandi tidak ada.
Guru : Bagus,
Rengga! Silakan duduk. Cerita akan dilanjutkan oleh Sita.
Sita : (Sita ke
depan.) Mendehem-dehem sebentar, lalu melirik kepada guru!
Guru : Ayo,
lanjutkan cerita tadi, Sita!
Sita :
Cepat-cepat aku berpakaian. Tetapi sayang, semua pakaian kotor, sehingga aku
memakai pakaian bekas kemarin.
Guru : Bagus,
bagus. Selanjutnya, cerita akan dilanjutkan oleh Fajar.
Fajar : (Fajar ke
depan,) kebingungan. Tidak tahu apa yang akan diceritakan karena tadi tidak
menyimak.
Guru : Ini suatu
peringatan buat kalian, bahwa kalian ada yang melalaikan tugas. Fajar duduk
kembali, penggantinya adalah Soni.
Soni : Aku
sarapan nasi, hangus pula. Lalu cepat-cepat aku pergi ke sekolah. Ternyata
kendaraan yang akan kutumpangi selalu penuh. Dapat kenderaan yang kosong.
Bannya kempes pula di tengah jalan. Turun dari kendaraan, aku disambut hujan
lebat. Badan basah kuyup, terlambat di dekolah. Bu guru memarahiku lagi.
Guru : Bagus,
Soni. Sekarang bagian terakhir hanya satu kalimat. Coba, Reni ke depan.
Reni : (Reni ke
depan.) Berpikir keras. Memang nasibku, sungguh sial hari ini.
Guru : Bagus,
bagus. Dengan demikian lengkaplah sudah cerita kita.
Dalam sebuah wacana atau bacaan selalu memiliki sejumlah
kata yang mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana.
Kata-kata yang dapat mewakili seluruh isi tersebut disebut kata kunci (Key word).
f.
Identifikasi Kata Kunci
Dalam menyimak suatu kalimat, paragraf atau wacana, kita
tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi cukup diingat kata-kata kunci yang
merupakan inti dari pembicaraan karena melalui kata-kata kuncilah menjadi
kalimat-kalimat yang utuh sehingga sampai pada bahan simakan yang mempunyai
makna yang lengkap.
Contoh :
Guru : Simaklah
kalimat berikut ini baik-baik! Carilah kata-kata kunci dari kalimat berikut.
Manusia, baik yang primitif maupun yang modern, selalu cenderung hidup
berkelompok.
Siswa : Menyimak.
Menentukan kata kunci. Manusia – hidup – berkelompok
Manusia hidup berkelompok.
Guru : Bagus!
Sekarang simak, saya akan bacakan kalimat lain. Carilah kata-kata kuncinya.
Pesawat Garuda F.28 Cimanuk habis terbakar dalam hujan lebat setelah melandas
di lapangan terbang Branti.
Siswa : Siswa
menyimak dengan teliti. Garuda – terbakar – Branti Garuda terbakar di Branti.
Guru : Bagus.
g.
Identifikasi Kalimat Topik
Dalam sebuah wacana terdiri dari beberapa paragraf.
Setiap paragraf minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan kalimat
pengembang. Kalimat topik bisa terdapat di awal, tengah dan akhir paragraf.
Contoh :
Guru : Simaklah
baik-baik rekaman paragraf berikut. Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia
lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan
sangatlah keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah
menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola
dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola
jempolan.
Siswa : Menyimak
paragraf lisan secara cermat. Akhirnya, siswa dapat menentukan. Kalimat
topiknya ialah “Amin benar-benar pemain bola jempolan”.
Guru : Luar
biasa! Tepat dan sangat bagus.
h.
Menyingkat/ Merangkum
Menyimak bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui menyingkat atau
merangkum. Menyingkat atau merangkum berarti merangkum bahan yang panjang
menjadi sesedikit mungkin. Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili
kalimat yang panjang.
Contoh :
Guru : Simaklah
baik-baik rekaman berikut! Rekaman hanya sekali diputar, kemudian rangkumlah
isinya dalam beberapa kalimat.
Manfaat Bawang Putih
Bawang putih memang tak sedap baunya. Tapi khasiatnya
sangatlah banyak.
Selain melezatkan makanan, bawang putih sejak lama
diketahui amat
bermanfaat bagi kesehatan. Pendek kata ia bisa dijadikan
obat sejumlah
penyakit.
Bawang putih segar atau mentah telah terbukti bisa
menyembuhkan infeksi di
tenggorokan, perut, dan kulit. Kurang lebih bisa
disamakan dengan antibiotik
karena bawang putih mengandung sulfur. Di samping itu
bawang putih juga
menurunkan kolestrol dan mengurangi produksi lemak dalam
tubuh. Bahkan
bila dikunyah mentah-mentah, bawang putih bisa menurunkan
tekanan darah
bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi.
Sebab itu pula dua pabrik obat di AS tengah berlomba
membuat obat-obatan
dengan bahan baku bahan putih. Terlebih setelah tahu
bahwa bawang putih
juga dapat bekerja baik melawan jamus infeksi, penyakit
yang kerap
menyerang kaki para atlet serta gatal-gatal pada kulit.
(KOMPAS, 23 Maret 2002)
Siswa : Menyimak rekaman dengan
penuh perhatian. Hasil rangkumannya adalah sebagai berikut. Biar aromanya
kurang sedap, bawang putih berkhasiat banyak yaitu menyembuhkan bermacam
penyakit. Oleh sebab itu beberapa pabrik obat di AS memproduksi bawang putih
sebagai bahan baku.
Guru : Bagus! Rupanya kalian sudah
pintar.
i.
Parafrase
Suatu cara yang digunakan orang dalam memahami isi puisi
adalah dengan cara mengutakan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk
prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada
siswa. Setelah selesai, siswa mengutakan kembali dalam bentuk prosa.
Contoh :
Ibu, Adakah Tersisa Waktu Untukku
Ketika ibu bertanya padaku
Nak, sudah benarkah pilihan cintamu
Kujawab dengan hati yang tegar tetapi sendu
Benar ibu, telah kupilih tumpahan hatiku.
Walau kata pengabdian pada saat ini terasa semua
Namun hatiku telah terpateri tekadku
Hanya ini yang ingin kubaktikan sebagai balas budiku
Atas jerih payah serta curahan kasih sayang bundaku.
Dan bila sang suami bertanya lembut penuh rayu
Sayangku, sanggupkah engkau bagi waktumu
Antara tugas dan tanggung jawab yang penuh liku
Serta cinta, kasih dan bakti pada diriku.
Maka jawabku kadang bercampur ragu
Oh, suamiku, Tuhanlah Yang Maha Tahu
Beberapa besar nikmat dan karunia atasku
Karya, bakti dan ciptaku bisa terpadu.
Dan lemahlah akhirnya sendi tulangku
Bila datang si kecil anakku merajuk rayu
Ibu, adakah tersisa waktu untukku
Aku ingin bercanda, memanja dan mengadu
Oh anakku, kau adalah tumpuan harapan ayah bundamu
Kudambakan kau kelak jadi pimpinan negara dan bangsaku
Demi cinta, bakti dan masa depan tanah airku.
(Renungan seorang Polwan, Oleh Monalisa. Dikutip
dari buletin Polwan, September 1982)
Siswa : Menyimak
rekaman dengan penuh perhatian. Mereka mencoba memahami garis besar isi puisi.
Hasilnya adalah sebagai berikut.
Seorang wanita memilih Polisi Wanita (Polwan) sebagai
langkah
pengabdian. Melalui Polwan ini akan berbakti pada negara.
Melalui Polwan ini ia membalas kasih sayang ibundanya.
Banyak pertanyaan yang timbul atas pilihan wanita
tersebut.
Pertanyaan dari ibunda, suami dan anaknya.
Ibunda bertanya, apakah pilihan itu sudah tepat. Ia
menjawab
dengan pasti itulah pilihan hatinya.
Suaminya bertanya apakah ia dapat membagi waktu antara
tugas dan suami. Ia menjawab, cintanya pada suami tidak
berkurang. Tugasnyapun tidak akan diabaikan.
Anaknya juga bertanya. Apakah ia masih mempunyai waktu
untuk bercanda, memanjakan dan menampung pengaduan
anaknya.
Dengan bijaksana ia menjawab.
Kuharap dikau menjadi pimpinan negara. Ibu rela berkorban
demi cinta, bakti dan masa depan negara.
j.
Menjawab Pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan menyimak yang efektif ialah
melalui latihan dengan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, mana,
dan bilamana yang diajukan sesuai dengan bahan simakan.
Contoh :
Guru : Simaklah
baik-baik bacaan berikut ini. Setelah selesai, jawablah pertanyaan sesuai
dengan hasil simakan.
Pendidikan Harus Hasilkan Pekerjaan serta Pendapatan
Pendidikan sekolah meupun luar sekolah yang menghasilkan
anak didik yang bisa mendapat penghasilan sendiri atau bisa dapat bekerja
adalah amat pentig agar pengangguran jangan sampai menggejala pada usia dini,
sehingga kaum muda pada usia produktif tidak menganggur. “Karena itu lebih baik
membuka sekolah kejuruan dari pada sekolah umum”. Ujar Mendiknas Prof. Malik
Fajar hari Rabu di pelabuhan udara Selaparang, Mataram, pada akhir kunjungan
kerja dua hari di Provinsi NTB.
Hal serupa dikemukakannya pula dalam pengarahan pada
jajaran Depdiknas NTB, serta guru dan mahasiswa di Universitas Mataram, Selasa
malam.
Menurut Malik Fajar, pendidikan luar sekolah seperti
kursus harus menghasilkan anak yang siap dikerjakan. “Arus lulusan SMA tidak
berhenti. Tiap tahun yang tidak diterima di perguruan tinggi bertambah”,
katanya.
Selesai meninjau SMKK Mataram, Malik Fajar menyatakan
gembira melihat minat masuk sekolah kejuruan tersebut. Setiap tahun biasanya
siswa kelas I hanya sekitar 50 orang, namun pada tahun ajaran 2002 mencapai 300
siswa, “Ini kan bukti bahwa lulusan sekolah kejuruan ini mampu hidup dan
menghasilkan” katanya.
Siswa : Siswa
menyimak dengan tekun
Guru : Menyuruh
siswa mengambil buku latihan dan menjawab pertanyaan guru.
a. Siapa yang berbicara?
b. Apa yang dibicarakan?
c. Di mana hal itu dibicarakan?
d. Bila hal itu dibicarakan?
e. Mengapa hal itu dibicarakan?
Siswa : Menjawab
pertanyaan guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan, Henry
Guntur. 1989. Metodologi Pengajaran
Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Tarigan. Djago.
Drs. dkk. 2006. Materi Pokok Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:Universitas Terbuka.
Ghazali, Syukur.
2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
dengan Pendekatan Komunikatif –
Interakif. Bandung: Refika Aditama
Tarigan dan
Djago. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry
Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
No comments:
Post a Comment