Saturday, June 4, 2016

Cara Membuat Kutipan dan Daftar Pustaka



KUTIPAN

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn9VzLv_fnJJ3zyKfIAqwPkLZShARVxGrt7-yhaQ0vpYBkgo7DpUB9vFK_biQpoXeTd9w4W4sZiwAYaDp1MEL4V80n9SXBSGow0QgharSWn0vO-qDCyQ5pAQoxkYCKTygOWALT5dzfrCFM/s1600/Kutipan.png


Hakikat Kutipan
            Proses mengutip sebenarnya adalah upaya penulis untuk memperkuat gagasannya dengang kutipan dari para ahli atau upaya menyampaikan gagasannya dengna menyampaikan gagasan para ahli. Oleh karena itu, menurut Keraf (dalam buku Hikmat, (2013: 100) mendefinisikan “kutipan sebagai pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang pengarang atau ucapan seorang pengarang yang terkenal baik yang terdapat dalam buku maupun majalah.

 https://pbs.twimg.com/profile_images/449021659651899392/QSVGweSa_400x400.jpeg



Jenis Kutipan
            Menurut Keraf (dalam buku Hikmat, 2013: 100) menggolongkan jenis kutipan menjadi dua macam, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman kalimat atau pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli. Adapun kutipan tidak langsung merupakan pinjaman pendapat atau kalimat yang mengambil inti sarinya saja. Dapat disimpulkan bahwa kutipan langsung, secara utuh mengambil untuk dijadikan rujukan sedangkan kutipan tidak langsung hanya mengambil pokok pikiran atau inti sarinya saja.


 http://s.kaskus.id/images/2014/10/09/6656352_20141009050946.jpg


 Teknik Mengutip Berdasarkan Bentuknya
  1. Kutipan Langsung
Menurut Hikmat (2013: 100) ada dua pola cara mengutip langsung berdasarkan jumlat teks yang dikutip.
a.       Untuk teks yang  tidak lebih dari 4 baris.
1)      Kutipan terintegrasi dengan teks.
2)      Kutipan di awali dengan tanda kutip.
3)      Jika teks utama ditulis dengan 2 atau 1,5 spasi maka kutipan ditulis dengan ukuran spasi sama.
4)      Mencantumkan sumber referensi.
Contoh.
Tarigan (1994:4) mengatakan bahwa “menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata, dengan demikian maka keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.

b.      Untuk teks yang lebih dari 4 baris.
1)      Kutipan tidak terintegrasi dengan teks utama atau dipisah.
2)      Kutipan tidak diawali dengan tanda kutip.
3)      Kutipan menggunakan spasi 1 walaupun teks utama 2 atau 1,5 spasi.
Contoh.
Hakikat menulis berdasarkan Tarigan (1994:12) sebagai berikut,
Kegiatan menulis diperlukan penglihatan dan gerak tangan. Sedangkan dalam berbicara diperlukan pendengaran dan pengucapan. Artinya, dengan perkataan lain, menulis merupakan komunikasi tidak langsung sedangkan berbicara merupakan komunikasi langsung. Baik menulis atau berbicara harus memperhatikan komponen-komponen yang sama yaitu struktur kata, kosa kata dan kelancaran umum, bedanya adalah kalau menulis berkaitan dengan ortografi maka berbicara berkaitan dengan fonologi. Berbicara dan menulis banyak mempunyai kesamaan umum, maka sejumlah ahli memasukkan kedua keterampilan berbahasa ini ke dalam retorik. Retorik merupakan penggunaan secara tepat guna mengkomunikasikan perasaan yang sejati dan gagasan-gagasan yang sehat serta masuk akal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pembicara yang baik perlu sekaligus menjadi seorang penulis yang baik.

  1. Kutipan Tidak Langsung
Menurut Hikmat (2013: 103) terdapat beberapa hal mengenai teknik penulis kutipan tidak langsung, antara lain sebagai berikut.
a.       Terintegrasi dengan teks utama.
b.      Tidak diapit oleh tanda kutip.
c.       Teks kutipan sesuai dengan teks utama.
d.      Mencantumkan sumber kutipan.
Contoh.
Majas menurut  Nurgiyantoro (1987: 297) merupakan kata-kata yang tidak menunjuk pada makna harfiah melainkan pada makna yang ditambah atau makna yang tersirat.
Bandingkan dengan kutipan langsung berikut ini!
Menurut Nurgiyantoro (1987: 297) menyatakan bahwa, “permajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggaya bahasa yang maknanya tidak menujuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambah, makna yang tesirat”


 http://i.imgur.com/tznydc7.png


Teknik Mengutip Berdasarkan Penulisan Sumbernya
            Menurut Hikmat (2013: 103) cara mengutip baik langsung dan tidak langsung harus disertai dengan sumber kutipannya. Terdapat dua variasi yaitu catatan tubuh karangan (bdynote) dan catatan kaki (foot note). Penyampaian sumber kutipan tersebut sangat diperlukan sebagai penanda yang membedakan antara gagasan enulis dengan gagasan orang lain pada sebuah tulisan. Penulisan sumber kutipan juga berfungsi sebagai pembuktian hutang budi karena telah meminjam pernyataan orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah sumber referensi yang kita pakai harus mencantumkan sumber rujukan.
  1. Catatan dalam Tubuh Karangan (Body Note)
Body Note digunakan dalam artikel atau karangan, buku. Penulisa Body Note sangatlah mudah karena letaknya yang terintegrasi dengan teks. Body Note terdiri dari tiga unsur yaitu nama pengarang, tahun terbit, dan halaman. Berikut ini teknik penulisan Body Note.
a.       Body Note terintergrasi dengan teks utama.
b.      Nama pengarang cukup ditulis nama akhirnya saja, tanpa gelar.
c.       Tahun terbit merupakan tahun kapan buku rujukan terbit, lazimnya terdapat di awal sebuah halaman buku.
d.      Halaman yang ditulis merupakan halaman teks yang kita jadikan rujukan bukan halaman karangan kita sendiri.
e.       Menggunakan tanda kurung yang didalamnya berisi tahun dan halama yang dipisah dengan tanda titik dua.
f.       Jika di dalam tandan kurung terdapat nama pengarang maka setelah nama ditambah tanda koma.
g.       Bisa diletakkan di awal maupun di akhir paragraf.
Contoh.
Majas menurut  Nurgiyantoro (1987: 297) merupakan kata-kata yang tidak menunjuk pada makna harfiah melainkan pada makna yang ditambah atau makna yang tersirat.
Atau
Majas merupakan kata-kata yang tidak menunjuk pada makna harfiah melainkan pada makna yang ditambah atau makna yang tersirat (Nurgiyantoro, 1987: 297).

  1. Catatan Kaki (Foot Note)
Menurut Hikmat (2013: 105) Foot Note sering gunakankan dalam tugas perkuliahan seperti makalah, skripsi, tesis, tugas akhir, maupun disertasi. Penulisan Foot Note lebih rumid dibandingkan dengan Body Note. Namun, penggunaan Foot Note memudahkan pembaca mengetahui sumber referensi yang digunakan penulis. Berikut ini teknik yang digunakan dalam Foot Note.
a.       Nomor penunjuk.
Nomor penunjuk diletakkan di awal dengan bentuk angka arab yang menggantung di atas dan berurutan secara berkesinambungan.
b.      Nama pengarang.
Nama pengarang ditulis biasa tidak dibalik dan tanpa gelar, serta diakhiri dengan tanda koma. Jika buku, majalah, atau surat kabar ditulis oleh dua atau tiga orang, nama pengarang dicantumkan semua. Jika pengarang lebih dari tiga orang, ditulis hanya nama pengarang pertama, lalu di belakangnya ditulis et al., atau dkk.
c.       Judul karangan.
Judul jika bersumber dari buku mana judul tersebut di cetak miring dan jika bersumber dari artikel, majalah, koran atau internet judulnya diapit dengan tanda kutip. Judul diakhiri dengan tanda koma.
d.      Data kepustakaan.
Data kepustakaan meliputi kota terbit, penebut dan tahun terbit. Ketigal tersebut berada dalam tanda kurung dengan nama kota di awal yang diikuti dengan titik dua kemudian ditulis penerbit dan tahun terbit yang dipisakan dengan tanda koma. Selanjutnya diakhiri dengan tanda koma.
e.       Halaman.
Halaman ditulis paling akhir. Halaman bisa disingkat dengan hlm. atau hal. Yang kemudian diikuti dengan halaman referensi yang dirujuk dan diakhiri dengan tanda titik. 

Contoh dari buku.
1Ade Iwan Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Bagas Pratama dan T. Manurung, Surat Menyurat Bisnis Modern, (Bsndung: Pustaka Setia, 1998), hal. 50.

Contoh selain dari buku (majalah, koran, internet)

3Richard Whittle, “High Sea Piracy: Crisis in Aden”, diakses dari http://www.aviationtoday.com/rw/military/attack/High-Sea-Piracy-Crisis-in-Aden_32500.html, pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 10.47.
4Mochtar Naim, ’’Mengapa Orang Minang Merantau?’’ Tempo, 31 Januari 1975, hlm. 36.
5Suara Merdeka, 29 Agustus 2005, hlm. 4.

            Hal lain yang harus diperhatikan ketika melakukan kutipan dari internet adalah pengarang dalam lama yang kita kunjungi tidak ada nama pengarang. Maka pengarang cukup dituli dengan istilah anomin. Namun, kutipan selanjutnya ditulis hal-hal yang mengenai judul, tanggal, bulan dan tahun kapan diakses.
            Menurut Hikmat (2013: 107), menyatakan penulisan catatan kaki tidak selamanya rujukan mencantumkan seluruh catatan kaki. hal ini terjadi karena rujukan yang dipakai tidak hanya dikutip sekali saja tetapi lebih. Maka kutipan-kutipan selanjutnya cukup diwakili dengan istilah ibid., loc. cit,. dan op. cit.

a.       Ibid
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan nomor halamannya. Kalau kata ibid. terletak di awal catatan kaki, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital (Ibid), sedang bila terletak di tengah kalimat, misalnya sesudah katakata “Disadur dari” maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid).
       Contoh.
1Ade Iwan Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Ibid., hlm.17

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah salah satu metoe pengajaran dimana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka salin membantu antara satu dengan yang lainny dalam mempelajari suatu pokok bahasan.1 Selanjutnya menyatakan bahwa kelompok tersebut memiliki latar yang heterogen.2 dari pendapat tersebut dapat simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif sangatlah perlu dilakukan oleh siswa. Model pembelajaran tersebut dapat juga untuk bersosialisasi antar siswa.

1Slavin, Cooperative Learning, (USA: A Simon & Schuster Company, 1995), hlm.2.
2Ibid., hlm 5.

b.      Op.Cit. dan Loc. Cit.
Menurut Hikmat (2013: 108) menerengkan bahwa “Op.Cit. memiliki arti pada karya yang telah dikutip sedangkan Loc. Cit. berarti tempat yang telah dikutip”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Op.Cit. digunakan jika kutipa berasal dari buku yang sama tapi dijeda oleh kutipan yang lain. Adapun Loc. Cit. digunankan untuk kutipan yang berasal bukan dari buku melainkan seperti jurnal, majalah, internet dll. Penggunaan keduanya diawali dengan nama pengarang kemudian tanda koma.

Contoh.
1Ade Iwan Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Slavin, Cooperative Learning, (USA: A Simon & Schuster Company, 1995), hlm.2.
3Ade iwan setiawan, Op. Cit., hal. 19.


1Richard Whittle, “High Sea Piracy: Crisis in Aden”, diakses dari http://www.aviationtoday.com/rw/military/attack/High-Sea-Piracy-Crisis-in-Aden_32500.html, pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 10.47.
2Mochtar Naim, ’’Mengapa Orang Minang Merantau?’’ Tempo, 31 Januari 1975, hlm. 36.
3Richard Whittle, Loc. Cit.

1Ade Iwan Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Ibid., hlm.17.
3Ade Iwan Setiawan, Op. Cit., hlm 19.




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmZsksW9Bf9sW6RPQZOMRGsj6QF0aofXe8Dz_1uvzHVKyxBSioO3LflbQDvathyGOVXTs-VRp8FjoJWv7vWQa_27w8G-s41JgcfW2puS-AsRnDckRTLommRvgJe64HNoHET0O5ltM-SO6P/s1600/Kutipan+Novel.jpg


Kiat-Kiat Mengutip
            Mengutip bukan saja menyampaikan beberapa gagasan dari orang lain untuk kemudian digabungan antara pendapat satu dengan pendapat yang lain (Hikmat, 2013: 109).  Jika hal ini dilakukan sama saja dengan membuat kliping. Dan kutipan yang dihasilkan terasa dangkal. Kutipan yang baik haruslah disertai dengan interpretasi berdasarkan cara pandang pengarang (pengutip). Dengan demikian ada kontak komunkasi secara tidak langsung antara penulis beserta sumber kutipan dengan pengarang.

            Beberapa kiat mengutip menurut Hikmat,(2013: 109) sebagai berikut.
A.     Menerangkan Kutipan
Dalam menerangkan kutipan ini, penulis dituntut untuk membahas kembali kutipan yang telah dikutip dengan mengutarakan intrepretasinya (cara pandangnya). Berikut ini contohnya.
Triningsih (2009:16) berpendapat bahwa kata populer merupakan kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari. Kata kajian adalah kata yang dikenal dan digunakan para ilmuan atau kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata kajian banyak diserap dari bahasa asing. Kesimpulan dari pendapat tesebut, bahwa kata populer merupakan yang dipakai untuk berkomunikasi oleh masyarakat bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kata kajian adalah kata yang hanya dipakai dan dimengerti oleh masyarakat tertentu saja.

B.     Memperkuat Gagasan dengan Kutipan
Dalam memperkuat gagasan dengan kutipan, letak kutipan berada di akhir, sehingga seakan-akan kutipan tersebut menjadi dalil pembenaran atas pendapat penulis. Berikut ini contohnya.
Kata populer merupakan yang dipakai untuk berkomunikasi oleh masyarakat bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kata kajian adalah kata yang hanya dipakai dan dimengerti oleh masyarakat tertentu saja. Hal ini senanda dengan pendapat Triningsih (2009: 16) bahwa kata populer merupakan kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari. Kata kajian adalah kata yang dikenal dan digunakan para ilmuan atau kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata kajian banyak diserap dari bahasa asing.

C.     Menyimpulkan Beberapa Kutipan
Dalam menyimpulkan beberapa kutipan ada beberapa hal yang diperhatikan yaitu: (a) berisi beberapa kutipan, (b) kutipan satu dengan yang lainnya harus satu konsep, sehingga bisa disimpulkan, (c) letak kesimpulan ada di bagian akhir. Berikut ini contonya.
Soedjito (1988: 44) berpendapat bahwa kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah atau ragam bahasa yang telah ditentukan akan dilazimkan. Bila memedomani sistem tersebut, akan terlihat keberaturan dan kemantapan bahasa Indonesia. Berdasarkan kutipan di atas, kata baku sebenarnya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tulisan dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Adapun menurut Sunarno (2007: 6) kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Dengan demikian kesimpulannya adalah kata baku merupakan kata yang sudah sesuai dengan aturan Bahasa Indonesia baik dalam penulisan, pemilihan dan penggunaannya.

D.     Membandingkan Beberapa Kutipan
Dalam membandingkan beberapa kutipan, sebenarnya hampir sama dengan menyimpulkan yakni konsepnya sama. Namun, dalam membandingkan beberapa kutipan ini, dari kesamaan tersebut penulis dituntut untuk mengidentifikasi perbedaan yang ada antara satu kutipan dengan kutipan yang lain. Jadi membandingkan persamaan dan perbedaan. Berikut contohnya.
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti yang terdiri dari satu atau lebih morfem (Amin dalam Azizah, 2010: 12). Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk fakta, klausa, atau kalimat. Hal ini sedikit berbeda dengan pendapat Harianto (2000: 1) mengungkapkan bahwa kata adalah kumpulan huruf. Pendapat Amin senada dengan Rahman (2007:25) bahwa kata adalah satuan bahasaa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Kata-kata seperti besar, pinadah, waktu, isi, dan pejuang lebih dikenal atau umum karena dipergunakan pada berbagai kesempatan dan komunikasi sehari-hari di kalangan lapisan masyarakat.

Latihan
1.      Bacalah satu topik bahasa yang berasa dari buku Anda, kemudian buatkan 4 jenis kutipan dalam bentuk paragraf disertai interpretasi Anda dan cantumkan juga sumber rujukannya dalam bantuk body note dan foot note!
2.      Bacalah satu topik bahasa yang berasa dari artikel, majalah atau intenet, kemudian buatkan 4 jenis kutipan dalam bentuk paragraf disertai interpretasi Anda dan cantumkan juga sumber rujukannya dalam bantuk body note dan foot note!




 https://mseptianp.files.wordpress.com/2016/03/daftar-pustaka.jpg


DAFTAR PUSTAKA

Hakikat Daftar Pustaka
            Karya ilmiah membutuhkan referensi atau buku rujukan sebagai penguat atas ide atau fakta untuk memperkuat kajian ilmiah yang diangkat. Oleh karena itu, penulisan daftar pustaka perlu dicatat dengan baik. Sumber rujukan bisa berasal dari buku, majalah, koran, artikel, hasil penelitan lainnya dan internet. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Hikmat (2013: 116) daftar pustaka merupakan “referensi atau rujukan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah”.




 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgroTLla61bfNYucRhbqa1_uSunBX0wIu0_IRL0uvUuUZuGyWwic9IzHCQwhTE8iNh2nCvvLNnMKdvFzQ4II47nfeo4jMgPiVE_iH1UaVgSOc8VYA3e-YQiBYWIE0CfMpqkU19phjCAFuY/s1600/Daftar+pustaka.jpg





Penulisan Daftar Pustaka
            Secara umum penulisan daftar pustaka sebagai berikut
  1. Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet (A, B, C, D,... selanjutnya), dibuat berturut-turut ke bawah, tanpa menggunakan tanda hubung dan sebagainya.
  2. Penulisan daftar pustaka butuh di perhatikan banyak hal di bawah ini : (1) menulis nama pengarang (nama pengarang sisi belakang terlebih dulu ditulis, lantas diikuti dengan nama depan), (2) catat tahun terbit buku, sesudah itu diberi sinyal titik (.), (3) catat tahun terbit buku memberikan garis bawah atau cetak miring. sesudah judul buku lantas diberikan sinyal titik (.), (4) catat kota terbit serta nama penerbitnya. pada ke-2 sisi tersebut diberi sinyal titik dua (:), setelah nama penerbit diberikan sinyal titik (.).
  3. Apabila dapat dipakai dua sumber pustaka atau lebih dengan pengarang yang sama, maka sumber dirilis dari buku yang terlebih dulu terbit, lantas diikuti dengan buku yang baru terbit. pada ke-2 sumber pustaka itu dibubuhkan sinyal garis panjang.
  4. Penulisan daftar pustaka yang lebih satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. pertama catat nama belakang dari penulis yang pertama sesudah nama belakang diberi tanda baca koma (,) lantas catat nama depan bila nama depan berbentuk singkatan catat saja singkatan itu sesudah nama pertama selesai diberi tanda baca koma (,) untuk nama ke-2 / ketiga ditulis sama layaknya nama sali alis tak ada pergantian, yang beralih penulisannya cuma orang pertama namun orang ke-2 serta ketiga terus. Apabila penulisan nama ke-2 selesai, untuk tiga penulis pakai tanda baca “dan”( & ) pada nama paling akhir begitu pula bila penulisnya cuma dua orang saja, sesudah penulisan nama selesai,
  5. Penulisan sumber dapat menggunakan berbagai sumber, yakni dapat berdasarkan buku, artikel, koran, majalah, internet, skripsi, tesisi dan disertasi.



 http://www.anneahira.com/images_wp/cara-menulis-daftar-pustaka.jpg


Teknik Penulisan Daftar Pustaka Berdasarkan Sumbernya
  1. Jika dari Buku
1)      Jika nama penulis terdiri dari nama depan dan nama belakang, tulis nama belakang terlebih dahulu lalu koma, kemudian tulis nama depan dan sisanya. Beri tanda titik seteleh selesai menulis nama. Contoh: Ridwan Hidayat, jadi Hidayat, Ridwan.. Paul Gardner Allen, jadi Allen, Paul Gardner.
2)      Jika nama penulis menggunakan singkatan, tulis nama penulis tanpa adanya perubahan. Contoh Ali P, maka ditulis Ali P. Tapi jika singkatan itu berada di depan, maka kita harus menulis nama belakang dulu diikuti dengan koma, contoh J.J Thomson, maka ditulis Thomson, J.J. Dan jika singkatan berada di tengah, maka kita tulis dulu nama belakang diikuti tanda koma lalu tulis nama depan diikuti singkatan. Contoh Sofyan M Ali maka ditulis Ali, Sofyan M.
3)      Jika penulisnya banyak, nama penulis pertama harus dibalik seperti aturan diatas, nama kedua dan seterusnya ditulis biasa tanpa harus dibalik. Gunakan kata “dan” atau tanda “&” sebelum menulis nama penulis terakhir. Setelah penulisan nama pertama dan seterusnya, ikuti dengan tanda titik, lalu koma. Contoh penulisnya terdiri dari Ahmad Farhan, Udin S, J.J Thomson, dan Julia Dewi Subadra, maka harus ditulis Farhan, Ahmad., Udin S., J.J Thomson., & Julia Dewi Subadra.
4)      Cara lain adalah dengan menulis nama pengarang pertama tapi sisa pengarang ditulis dkk (dan kawan-kawan) saja. Jadi jika kondisinya ada empat pengarang seperti di atas, maka kita cukup menulis Farhan, Ahmad., dkk.
5)      Gelar tidak boleh ditulis dalam daftar pustaka.
6)      Tulis tahun terbit diikuti dengan tanda titik
7)      Tulis Judul buku lalu ikuti dengan tanda titik
8)      Judul buku harus dicetak miring atau dipertebal
9)      Tulis kota penerbit buku diikuti dengan titik dua (:)
10)  Tulis perusahaan yang menerbitkan buku diikuti dengan titik.
Contoh.
Arni, Yahima dan Yuvita Andrini. 2014. Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif. Bandung: Setia Kawan.
Dalmartha, Setyawan. 2014. Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Bandung: Penebar Swadaya.
Hariany, Sangad M. dkk. 2014. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung: Yayasan Obor Indonesia.
Supriati, Yati & Ersi Herliana. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Bogor: Penebar Swadaya.
Sahid, Ahmadi. 2008. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Bandung: Sinar Wadja Lestari.

  1. Jika dari Internet
1)       Tulis nama penulis diikuti dengan tanda titik
2)       Tulis tahun diterbitkannya artikel dalam tanda kurung diikuti titik
3)       Tulis judul artikel yang dicetak miring diikuti titik
4)       Tulis kata “from” diikuti URL artikel lalu tanda koma
5)       Tulis tanggal ketika artikel tersebut diambil.
Contoh.
Ridwan. (2013). Cara Menghilangkan Static Pages dari Hasil Pencarian WordPress. From http://webridwan.com/komputer/website-dan-blog/cara-menghilangkan-static-pages-dari-hasil-pencarian-wordpress/, 05 Juni 2013.

Bagian daftar pustaka yang tidak ditemukan, misalnya tidak menemukan nama, atau tahun, kedua bagian ini bisa dikatakan bagian yang sering tidak ditemukan karena berbagai alasan.
1)      Jika nama tidak ditemukan ganti dengan anonim.
2)      Jika tahun tidak ditemukan ganti dengan Tanpa tahun.

  1. Jika dari artikel
Sumber dari artikel dapat dtulis dengan urutan: nama penulis, tahun pembuatan, artikel, judul artikel dan asal artikel.
Contoh.
Baiquni. 1990. “Masalah Penguasaan Teknologi”, Makalah. Malang: Unibraw.

  1. Jika dari majalah atau koran
Penulisannya tidak beda jauh dengan penulisan sumber yang lain. Perbedaannya harus ditambah tanggal, bulan, dan tahun serta halaman.
Contoh.
Rahimawan, B. “Unsur penting dalam penulisan daftar pustaka”. Majapahit Pos. 10 Mei 2014 hlm. 2 & 6.

Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang):
Jawa Pos. 22 April, 1995 . Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

  1. Jika dari Skripsi, Tesis atau Disertasi
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis Jurusan Teknik Sipil tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.

            Penulisan daftar pustaka tidaklah sulit. Hal yang perlu diingat adalah mengatahui letak susunan penulisannya. Hal yang pasti berikutnya adalah nama pengarang dibalik, dan tanpa titel atau gelar (Hikmat, 2013: 120). Penulisan daftar pustaka, ada kalanya berbada satu kampus dengan kampus yang lain. Buku-buku pedoman penulisan karya ilmiah pun terkadang punya perbedaan untuk teori penulisan daftar pustaka.








DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 1985. Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mediyatama sarana Perkasa.

Artati, Budi. 2009. Baku dan Tidak Baku. Klaten: Intan Pariwara.

Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rinneka Cipta.

Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia: Sekolah Menengah Tingkat Atas. Jakarta: Nusa Indah.

Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Nazar, A. Noerzihri. 2006. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Yunohudiyono, dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan. Surabaya: UNESA University Press










No comments:

Post a Comment