KUTIPAN
Hakikat
Kutipan
Proses
mengutip sebenarnya adalah upaya penulis untuk memperkuat gagasannya dengang
kutipan dari para ahli atau upaya menyampaikan gagasannya dengna menyampaikan
gagasan para ahli. Oleh karena itu, menurut Keraf (dalam buku Hikmat, (2013:
100) mendefinisikan “kutipan sebagai pinjaman kalimat atau pendapat dari
seseorang pengarang atau ucapan seorang pengarang yang terkenal baik yang
terdapat dalam buku maupun majalah.
Jenis
Kutipan
Menurut
Keraf (dalam buku Hikmat, 2013: 100) menggolongkan jenis kutipan menjadi dua
macam, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung
adalah pinjaman kalimat atau pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli. Adapun kutipan tidak langsung
merupakan pinjaman pendapat atau kalimat yang mengambil inti sarinya saja.
Dapat disimpulkan bahwa kutipan langsung, secara utuh mengambil untuk dijadikan
rujukan sedangkan kutipan tidak langsung hanya mengambil pokok pikiran atau
inti sarinya saja.
Teknik
Mengutip Berdasarkan Bentuknya
- Kutipan Langsung
Menurut
Hikmat (2013: 100) ada dua pola cara mengutip langsung berdasarkan jumlat teks
yang dikutip.
a.
Untuk teks yang
tidak lebih dari 4 baris.
1)
Kutipan terintegrasi dengan teks.
2)
Kutipan di awali dengan tanda kutip.
3)
Jika teks utama ditulis dengan 2 atau 1,5 spasi maka
kutipan ditulis dengan ukuran spasi sama.
4)
Mencantumkan sumber referensi.
Contoh.
Tarigan (1994:4) mengatakan bahwa “menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain”. Penulis harus terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata, dengan demikian maka keterampilan
menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan
praktek yang banyak dan teratur.
b.
Untuk teks yang lebih dari 4 baris.
1)
Kutipan tidak terintegrasi dengan teks utama atau
dipisah.
2)
Kutipan tidak diawali dengan tanda kutip.
3)
Kutipan menggunakan spasi 1 walaupun teks utama 2 atau
1,5 spasi.
Contoh.
Hakikat
menulis berdasarkan Tarigan (1994:12) sebagai berikut,
Kegiatan
menulis diperlukan penglihatan dan gerak tangan. Sedangkan dalam berbicara
diperlukan pendengaran dan pengucapan. Artinya, dengan perkataan lain, menulis
merupakan komunikasi tidak langsung sedangkan berbicara merupakan komunikasi
langsung. Baik menulis atau berbicara harus memperhatikan komponen-komponen
yang sama yaitu struktur kata, kosa kata dan kelancaran umum, bedanya adalah
kalau menulis berkaitan dengan ortografi maka berbicara berkaitan dengan
fonologi. Berbicara dan menulis banyak mempunyai kesamaan umum, maka sejumlah
ahli memasukkan kedua keterampilan berbahasa ini ke dalam retorik. Retorik
merupakan penggunaan secara tepat guna mengkomunikasikan perasaan yang sejati
dan gagasan-gagasan yang sehat serta masuk akal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
seorang pembicara yang baik perlu sekaligus menjadi seorang penulis yang baik.
- Kutipan Tidak Langsung
Menurut
Hikmat (2013: 103) terdapat beberapa hal mengenai teknik penulis kutipan tidak
langsung, antara lain sebagai berikut.
a.
Terintegrasi dengan teks utama.
b.
Tidak diapit oleh tanda kutip.
c.
Teks kutipan sesuai dengan teks utama.
d.
Mencantumkan sumber kutipan.
Contoh.
Majas menurut Nurgiyantoro (1987:
297) merupakan kata-kata yang tidak menunjuk pada makna harfiah melainkan pada
makna yang ditambah atau makna yang tersirat.
Bandingkan
dengan kutipan langsung berikut ini!
Menurut Nurgiyantoro (1987: 297) menyatakan bahwa, “permajasan (figure of thought) merupakan teknik
pengungkapan bahasa, penggaya bahasa yang maknanya tidak menujuk pada makna
harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambah, makna
yang tesirat”
Teknik
Mengutip Berdasarkan Penulisan Sumbernya
Menurut
Hikmat (2013: 103) cara mengutip baik langsung dan tidak langsung harus
disertai dengan sumber kutipannya. Terdapat dua variasi yaitu catatan tubuh
karangan (bdynote) dan catatan kaki (foot note). Penyampaian sumber kutipan
tersebut sangat diperlukan sebagai penanda yang membedakan antara gagasan
enulis dengan gagasan orang lain pada sebuah tulisan. Penulisan sumber kutipan
juga berfungsi sebagai pembuktian hutang budi karena telah meminjam pernyataan
orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah sumber referensi yang kita
pakai harus mencantumkan sumber rujukan.
- Catatan dalam Tubuh Karangan (Body Note)
Body Note digunakan dalam artikel atau karangan, buku. Penulisa Body Note sangatlah mudah karena
letaknya yang terintegrasi dengan teks. Body
Note terdiri dari tiga unsur yaitu nama pengarang, tahun terbit, dan
halaman. Berikut ini teknik penulisan Body
Note.
a.
Body Note terintergrasi
dengan teks utama.
b.
Nama pengarang cukup ditulis nama akhirnya saja, tanpa
gelar.
c.
Tahun terbit merupakan tahun kapan buku rujukan terbit,
lazimnya terdapat di awal sebuah halaman buku.
d.
Halaman yang ditulis merupakan halaman teks yang kita
jadikan rujukan bukan halaman karangan kita sendiri.
e.
Menggunakan tanda kurung yang didalamnya berisi tahun dan
halama yang dipisah dengan tanda titik dua.
f.
Jika di dalam tandan kurung terdapat nama pengarang maka
setelah nama ditambah tanda koma.
g.
Bisa diletakkan di awal maupun di akhir paragraf.
Contoh.
Majas menurut Nurgiyantoro (1987:
297) merupakan kata-kata yang tidak menunjuk pada makna harfiah melainkan pada
makna yang ditambah atau makna yang tersirat.
Atau
Majas merupakan kata-kata yang tidak menunjuk pada makna harfiah melainkan
pada makna yang ditambah atau makna yang tersirat (Nurgiyantoro, 1987: 297).
- Catatan Kaki (Foot Note)
Menurut
Hikmat (2013: 105) Foot Note sering
gunakankan dalam tugas perkuliahan seperti makalah, skripsi, tesis, tugas
akhir, maupun disertasi. Penulisan Foot
Note lebih rumid dibandingkan dengan Body
Note. Namun, penggunaan Foot Note
memudahkan pembaca mengetahui sumber referensi yang digunakan penulis. Berikut
ini teknik yang digunakan dalam Foot
Note.
a.
Nomor penunjuk.
Nomor penunjuk diletakkan di awal dengan bentuk angka
arab yang menggantung di atas dan berurutan secara berkesinambungan.
b.
Nama pengarang.
Nama pengarang ditulis biasa tidak dibalik dan tanpa
gelar, serta diakhiri dengan tanda koma. Jika buku, majalah, atau surat kabar
ditulis oleh dua atau tiga orang, nama pengarang dicantumkan semua. Jika
pengarang lebih dari tiga orang, ditulis hanya nama pengarang pertama, lalu di
belakangnya ditulis et al., atau dkk.
c.
Judul karangan.
Judul jika bersumber dari buku mana judul tersebut di
cetak miring dan jika bersumber dari artikel, majalah, koran atau internet
judulnya diapit dengan tanda kutip. Judul diakhiri dengan tanda koma.
d.
Data kepustakaan.
Data kepustakaan meliputi kota terbit, penebut dan tahun
terbit. Ketigal tersebut berada dalam tanda kurung dengan nama kota di awal
yang diikuti dengan titik dua kemudian ditulis penerbit dan tahun terbit yang
dipisakan dengan tanda koma. Selanjutnya diakhiri dengan tanda koma.
e.
Halaman.
Halaman ditulis paling akhir. Halaman bisa disingkat
dengan hlm. atau hal. Yang kemudian diikuti dengan halaman referensi yang
dirujuk dan diakhiri dengan tanda titik.
Contoh dari buku.
1Ade Iwan
Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman
Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Bagas
Pratama dan T. Manurung, Surat Menyurat
Bisnis Modern, (Bsndung: Pustaka Setia, 1998), hal. 50.
Contoh
selain dari buku (majalah, koran, internet)
3Richard
Whittle, “High Sea Piracy: Crisis in Aden”, diakses dari
http://www.aviationtoday.com/rw/military/attack/High-Sea-Piracy-Crisis-in-Aden_32500.html,
pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 10.47.
4Mochtar
Naim, ’’Mengapa Orang Minang Merantau?’’ Tempo,
31 Januari 1975, hlm. 36.
5Suara Merdeka, 29 Agustus 2005, hlm. 4.
Hal lain yang harus diperhatikan ketika melakukan kutipan
dari internet adalah pengarang dalam lama yang kita kunjungi tidak ada nama
pengarang. Maka pengarang cukup dituli dengan istilah anomin. Namun, kutipan
selanjutnya ditulis hal-hal yang mengenai judul, tanggal, bulan dan tahun kapan
diakses.
Menurut Hikmat (2013: 107), menyatakan penulisan catatan
kaki tidak selamanya rujukan mencantumkan seluruh catatan kaki. hal ini terjadi
karena rujukan yang dipakai tidak hanya dikutip sekali saja tetapi lebih. Maka
kutipan-kutipan selanjutnya cukup diwakili dengan istilah ibid., loc. cit,. dan op.
cit.
a.
Ibid
Singkatan ini berasal dari
bahasa latin ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini
digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan
referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila
halamannya sama, cukup ditulis Ibid.,
bila halamannya berbeda, setelah Ibid.
dituliskan nomor halamannya. Kalau kata ibid.
terletak di awal catatan kaki, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital (Ibid), sedang bila terletak di tengah
kalimat, misalnya sesudah kata‐kata
“Disadur dari” maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid).
Contoh.
1Ade Iwan
Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman
Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Ibid., hlm.17
Pembelajaran
kooperatif menurut Slavin adalah salah satu metoe pengajaran dimana siswa
bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka salin membantu antara
satu dengan yang lainny dalam mempelajari suatu pokok bahasan.1 Selanjutnya
menyatakan bahwa kelompok tersebut memiliki latar yang heterogen.2
dari pendapat tersebut dapat simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif sangatlah
perlu dilakukan oleh siswa. Model pembelajaran tersebut dapat juga untuk
bersosialisasi antar siswa.
1Slavin, Cooperative
Learning, (USA: A Simon & Schuster Company, 1995), hlm.2.
2Ibid., hlm 5.
b.
Op.Cit. dan Loc. Cit.
Menurut
Hikmat (2013: 108) menerengkan bahwa
“Op.Cit. memiliki arti pada karya
yang telah dikutip sedangkan Loc. Cit.
berarti tempat yang telah dikutip”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Op.Cit. digunakan jika kutipa berasal
dari buku yang sama tapi dijeda oleh kutipan yang lain. Adapun Loc. Cit.
digunankan untuk kutipan yang berasal bukan dari buku melainkan seperti jurnal,
majalah, internet dll. Penggunaan keduanya diawali dengan nama pengarang
kemudian tanda koma.
Contoh.
1Ade Iwan
Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman
Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Slavin, Cooperative
Learning, (USA: A Simon & Schuster Company, 1995), hlm.2.
3Ade iwan setiawan, Op.
Cit., hal. 19.
1Richard
Whittle, “High Sea Piracy: Crisis in Aden”, diakses dari
http://www.aviationtoday.com/rw/military/attack/High-Sea-Piracy-Crisis-in-Aden_32500.html,
pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 10.47.
2Mochtar
Naim, ’’Mengapa Orang Minang Merantau?’’ Tempo,
31 Januari 1975, hlm. 36.
3Richard
Whittle, Loc. Cit.
1Ade Iwan
Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman
Potensial, (Depok: Penebar Swadaya, 2002), hlm. 14.
2Ibid., hlm.17.
3Ade Iwan
Setiawan, Op. Cit., hlm 19.
Kiat-Kiat Mengutip
Mengutip
bukan saja menyampaikan beberapa gagasan dari orang lain untuk kemudian
digabungan antara pendapat satu dengan pendapat yang lain (Hikmat, 2013:
109). Jika hal ini dilakukan sama saja
dengan membuat kliping. Dan kutipan yang dihasilkan terasa dangkal. Kutipan
yang baik haruslah disertai dengan interpretasi berdasarkan cara pandang
pengarang (pengutip). Dengan demikian ada kontak komunkasi secara tidak
langsung antara penulis beserta sumber kutipan dengan pengarang.
Beberapa kiat mengutip menurut Hikmat,(2013: 109) sebagai
berikut.
A.
Menerangkan Kutipan
Dalam menerangkan kutipan ini, penulis dituntut untuk membahas kembali
kutipan yang telah dikutip dengan mengutarakan intrepretasinya (cara
pandangnya). Berikut ini contohnya.
Triningsih (2009:16) berpendapat bahwa kata populer
merupakan kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam
berkomunikasi sehari-hari. Kata kajian adalah kata yang dikenal dan digunakan
para ilmuan atau kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata kajian banyak
diserap dari bahasa asing. Kesimpulan dari pendapat tesebut, bahwa kata populer
merupakan yang dipakai untuk berkomunikasi oleh masyarakat bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kata kajian adalah kata yang hanya dipakai
dan dimengerti oleh masyarakat tertentu saja.
B.
Memperkuat Gagasan dengan Kutipan
Dalam memperkuat gagasan dengan kutipan, letak kutipan berada di akhir,
sehingga seakan-akan kutipan tersebut menjadi dalil pembenaran atas pendapat
penulis. Berikut ini contohnya.
Kata populer merupakan yang dipakai untuk berkomunikasi oleh masyarakat
bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kata kajian adalah kata yang
hanya dipakai dan dimengerti oleh masyarakat tertentu saja. Hal ini senanda
dengan pendapat Triningsih (2009: 16) bahwa kata populer merupakan kata yang
dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam berkomunikasi
sehari-hari. Kata kajian adalah kata yang dikenal dan digunakan para ilmuan atau
kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata kajian banyak diserap dari
bahasa asing.
C.
Menyimpulkan Beberapa Kutipan
Dalam menyimpulkan beberapa kutipan ada beberapa hal yang diperhatikan
yaitu: (a) berisi beberapa kutipan, (b) kutipan satu dengan yang lainnya harus
satu konsep, sehingga bisa disimpulkan, (c) letak kesimpulan ada di bagian
akhir. Berikut ini contonya.
Soedjito (1988: 44) berpendapat bahwa kata baku adalah
kata yang mengikuti kaidah atau ragam bahasa yang telah ditentukan akan
dilazimkan. Bila memedomani sistem tersebut, akan terlihat keberaturan dan
kemantapan bahasa Indonesia. Berdasarkan kutipan di atas, kata baku sebenarnya
merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang telah
ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun
tulisan dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Adapun menurut Sunarno (2007:
6) kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
yang telah ditentukan. Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat. Dengan demikian kesimpulannya adalah kata
baku merupakan kata yang sudah sesuai dengan aturan Bahasa Indonesia baik dalam
penulisan, pemilihan dan penggunaannya.
D.
Membandingkan Beberapa Kutipan
Dalam membandingkan beberapa kutipan, sebenarnya hampir sama dengan
menyimpulkan yakni konsepnya sama. Namun, dalam membandingkan beberapa kutipan
ini, dari kesamaan tersebut penulis dituntut untuk mengidentifikasi perbedaan
yang ada antara satu kutipan dengan kutipan yang lain. Jadi membandingkan
persamaan dan perbedaan. Berikut contohnya.
Kata adalah
suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti yang terdiri dari satu atau
lebih morfem (Amin dalam Azizah, 2010: 12). Umumnya kata terdiri dari satu akar
kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk
fakta, klausa, atau kalimat. Hal ini sedikit berbeda dengan pendapat Harianto
(2000: 1) mengungkapkan bahwa kata adalah kumpulan huruf. Pendapat Amin senada
dengan Rahman (2007:25) bahwa kata adalah satuan bahasaa yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Kata-kata seperti
besar, pinadah, waktu, isi, dan pejuang lebih dikenal atau umum karena
dipergunakan pada berbagai kesempatan dan komunikasi sehari-hari di kalangan
lapisan masyarakat.
Latihan
1.
Bacalah satu topik bahasa yang berasa dari buku Anda,
kemudian buatkan 4 jenis kutipan dalam bentuk paragraf disertai interpretasi
Anda dan cantumkan juga sumber rujukannya dalam bantuk body note dan foot note!
2.
Bacalah satu topik bahasa yang berasa dari artikel,
majalah atau intenet, kemudian buatkan 4 jenis kutipan dalam bentuk paragraf
disertai interpretasi Anda dan cantumkan juga sumber rujukannya dalam bantuk body note dan foot note!
DAFTAR PUSTAKA
Hakikat
Daftar Pustaka
Karya
ilmiah membutuhkan referensi atau buku rujukan sebagai penguat atas ide atau
fakta untuk memperkuat kajian ilmiah yang diangkat. Oleh karena itu, penulisan
daftar pustaka perlu dicatat dengan baik. Sumber rujukan bisa berasal dari
buku, majalah, koran, artikel, hasil penelitan lainnya dan internet. Pernyataan
tersebut senada dengan pendapat Hikmat (2013: 116) daftar pustaka merupakan
“referensi atau rujukan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah”.
Penulisan Daftar Pustaka
Secara
umum penulisan daftar pustaka sebagai berikut
- Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet (A, B, C, D,... selanjutnya), dibuat berturut-turut ke bawah, tanpa menggunakan tanda hubung dan sebagainya.
- Penulisan daftar pustaka butuh di perhatikan banyak hal di bawah ini : (1) menulis nama pengarang (nama pengarang sisi belakang terlebih dulu ditulis, lantas diikuti dengan nama depan), (2) catat tahun terbit buku, sesudah itu diberi sinyal titik (.), (3) catat tahun terbit buku memberikan garis bawah atau cetak miring. sesudah judul buku lantas diberikan sinyal titik (.), (4) catat kota terbit serta nama penerbitnya. pada ke-2 sisi tersebut diberi sinyal titik dua (:), setelah nama penerbit diberikan sinyal titik (.).
- Apabila dapat dipakai dua sumber pustaka atau lebih dengan pengarang yang sama, maka sumber dirilis dari buku yang terlebih dulu terbit, lantas diikuti dengan buku yang baru terbit. pada ke-2 sumber pustaka itu dibubuhkan sinyal garis panjang.
- Penulisan daftar pustaka yang lebih satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. pertama catat nama belakang dari penulis yang pertama sesudah nama belakang diberi tanda baca koma (,) lantas catat nama depan bila nama depan berbentuk singkatan catat saja singkatan itu sesudah nama pertama selesai diberi tanda baca koma (,) untuk nama ke-2 / ketiga ditulis sama layaknya nama sali alis tak ada pergantian, yang beralih penulisannya cuma orang pertama namun orang ke-2 serta ketiga terus. Apabila penulisan nama ke-2 selesai, untuk tiga penulis pakai tanda baca “dan”( & ) pada nama paling akhir begitu pula bila penulisnya cuma dua orang saja, sesudah penulisan nama selesai,
- Penulisan sumber dapat menggunakan berbagai sumber, yakni dapat berdasarkan buku, artikel, koran, majalah, internet, skripsi, tesisi dan disertasi.
- Jika dari Buku
1)
Jika nama penulis terdiri dari nama depan dan nama
belakang, tulis nama belakang terlebih dahulu lalu koma, kemudian tulis nama depan
dan sisanya. Beri tanda titik seteleh selesai menulis nama. Contoh: Ridwan
Hidayat, jadi Hidayat, Ridwan.. Paul Gardner Allen, jadi Allen, Paul Gardner.
2)
Jika nama penulis menggunakan singkatan, tulis nama
penulis tanpa adanya perubahan. Contoh Ali P, maka ditulis Ali P. Tapi jika
singkatan itu berada di depan, maka kita harus menulis nama belakang dulu
diikuti dengan koma, contoh J.J Thomson, maka ditulis Thomson, J.J. Dan jika
singkatan berada di tengah, maka kita tulis dulu nama belakang diikuti tanda
koma lalu tulis nama depan diikuti singkatan. Contoh Sofyan M Ali maka ditulis
Ali, Sofyan M.
3)
Jika penulisnya banyak, nama penulis pertama harus
dibalik seperti aturan diatas, nama kedua dan seterusnya ditulis biasa tanpa
harus dibalik. Gunakan kata “dan” atau tanda “&” sebelum menulis nama
penulis terakhir. Setelah penulisan nama pertama dan seterusnya, ikuti dengan
tanda titik, lalu koma. Contoh penulisnya terdiri dari Ahmad Farhan, Udin S,
J.J Thomson, dan Julia Dewi Subadra, maka harus ditulis Farhan, Ahmad., Udin
S., J.J Thomson., & Julia Dewi Subadra.
4)
Cara lain adalah dengan menulis nama pengarang pertama
tapi sisa pengarang ditulis dkk (dan kawan-kawan) saja. Jadi jika kondisinya
ada empat pengarang seperti di atas, maka kita cukup menulis Farhan, Ahmad.,
dkk.
5)
Gelar tidak boleh ditulis dalam daftar pustaka.
6)
Tulis tahun terbit diikuti dengan tanda titik
7)
Tulis Judul buku lalu ikuti dengan tanda titik
8)
Judul buku harus dicetak miring atau dipertebal
9)
Tulis kota penerbit buku diikuti dengan titik dua (:)
10)
Tulis perusahaan yang menerbitkan buku diikuti dengan
titik.
Contoh.
Arni, Yahima dan Yuvita Andrini. 2014. Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif.
Bandung: Setia Kawan.
Dalmartha, Setyawan. 2014. Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Bandung: Penebar
Swadaya.
Hariany, Sangad M. dkk. 2014. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung: Yayasan Obor
Indonesia.
Supriati, Yati & Ersi Herliana. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot.
Bogor: Penebar Swadaya.
Sahid, Ahmadi. 2008. Khasiat
dan Manfaat Temulawak. Bandung: Sinar Wadja Lestari.
- Jika dari Internet
1)
Tulis nama penulis
diikuti dengan tanda titik
2)
Tulis tahun
diterbitkannya artikel dalam tanda kurung diikuti titik
3)
Tulis judul
artikel yang dicetak miring diikuti titik
4)
Tulis kata “from”
diikuti URL artikel lalu tanda koma
5)
Tulis tanggal
ketika artikel tersebut diambil.
Contoh.
Ridwan.
(2013). Cara Menghilangkan Static Pages
dari Hasil Pencarian WordPress. From http://webridwan.com/komputer/website-dan-blog/cara-menghilangkan-static-pages-dari-hasil-pencarian-wordpress/,
05 Juni 2013.
Bagian
daftar pustaka yang tidak ditemukan, misalnya tidak menemukan nama, atau tahun,
kedua bagian ini bisa dikatakan bagian yang sering tidak ditemukan karena
berbagai alasan.
1)
Jika nama tidak ditemukan ganti dengan anonim.
2)
Jika tahun tidak ditemukan ganti dengan Tanpa tahun.
- Jika dari artikel
Sumber dari artikel dapat dtulis dengan urutan: nama
penulis, tahun pembuatan, artikel, judul artikel dan asal artikel.
Contoh.
Baiquni.
1990. “Masalah Penguasaan Teknologi”, Makalah. Malang: Unibraw.
- Jika dari majalah atau koran
Penulisannya tidak beda jauh dengan penulisan sumber yang
lain. Perbedaannya harus ditambah tanggal, bulan, dan tahun serta halaman.
Contoh.
Rahimawan,
B. “Unsur penting dalam penulisan daftar pustaka”. Majapahit Pos. 10 Mei 2014 hlm. 2 & 6.
Tulisan/berita
dalam koran (tanpa nama pengarang):
Jawa Pos. 22
April, 1995 . Wanita Kelas Bawah Lebih
Mandiri, hlm. 3.
- Jika dari Skripsi, Tesis atau Disertasi
Kuncoro, T.
1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan
Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung:
Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis
Jurusan Teknik Sipil tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.
Penulisan
daftar pustaka tidaklah sulit. Hal yang perlu diingat adalah mengatahui letak
susunan penulisannya. Hal yang pasti berikutnya adalah nama pengarang dibalik,
dan tanpa titel atau gelar (Hikmat, 2013: 120). Penulisan daftar pustaka, ada
kalanya berbada satu kampus dengan kampus yang lain. Buku-buku pedoman
penulisan karya ilmiah pun terkadang punya perbedaan untuk teori penulisan
daftar pustaka.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zaenal
dan Amran Tasai. 1985. Berbahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mediyatama sarana Perkasa.
Artati, Budi.
2009. Baku dan Tidak Baku.
Klaten: Intan Pariwara.
Chaer, Abdul.
2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta:
Rinneka Cipta.
Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Keraf,
Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia:
Sekolah Menengah Tingkat Atas. Jakarta: Nusa Indah.
Hikmat,
Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.
Nazar,
A. Noerzihri. 2006. Bahasa Indonesia
dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Yunohudiyono,
dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan.
Surabaya: UNESA University Press
No comments:
Post a Comment