PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA BRAWIJAYA SMART
SCHOOL KOTA MALANG
Bella
Amanda Ardanita, Bigharta Bekti Susetyo
Universitas Negeri Malang
Program Pascasarjana
E-mail: amandabella85@ymail.com,
bighartabekti@yahoo.com
ABSTRACT:
Education is not only
transferring the knowledge to the students but also building students’
character. Character learning is learning which
traditional and ideological value of Indonesia, Pancasila. This study aims at
explaning the meaning implementation of character learning in geography at
senior high school. Type of this research is a quantitative with descriptive
approach. The research is a located in SMA Brawijaya Smart School Malang City. The subject of the
study are student and teacher involved geography learning activities. Technique of data collectionis with observation,
interviews, and documentation. Technical analysis in this study isusing discriptive analysis. Implementation
of character learning in geography, value of tolerance, creative, curiosity,
spirit of nation, nationalism, environtment value, social value, and
responsible. Indicators of it’s value will explaine in list of questions. Result
of this research show that Grade X in delevopment stage/socionomy (72,41%) dan
Grade XI in cultural stage/autonomy (84,38%).
Keywords: Character Learning, Implementation
of Character Learning
ABSTRAK:Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan secara IPTEK, namun juga membangun
karakter siswa. Pendidikan
karakter merupakan pendidikan nilai-nilai yang bersumber dari Pancasila dan
kehidupan bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penanaman
pendidikan karakter pada mata pelajaran geografi. Jenis penelitian ini yaitu
penelitian deskriptif kuantitatif yang menjelaskan hasil penelitian apa adanya.
Lokasi penelitian berada di SMA Brawijaya Smart
School Kota Malang. Subjek yang diteliti yaitu siswa dan aktivitas mengajar
guru yang terlibat langsung dalam penanaman pendidikan karakter dalam mata
pelajaran geografi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan angket dengan analisis deskriptif. Penanaman
karakter dalam mata
pelajaran geografi yang relevan ada delapan karakter. Karakter tersebut adalah
toleransi, kreatif, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penanaman karakter di kelas X tergolong tahap
berkembang/sosionomi (72,41%) dan pada kelas XI tergolong tahap membudaya/autonomi
(84,38%). Peningkatan penanaman karakter pada kelas XI salah satunya
dipengaruhi oleh pendidikan karakter yang sudah ditanamkan pada kelas X.
Kata
kunci: Pendidikan Karakter, Implementasi Pendidikan Karakter
PENDAHULUAN
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam era globalisasi saat ini membawa
berbagai pengaruh bagi masyarakat, baik pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif tersebut antara lain adalah
semakin mudahnya manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang
paling meng-global saat ini adalah komunikasi
dan informasi yang sudah semakin mudah diakses. Pengaruh negatifnya dari
perkembangan globasisasi antara lain banyaknya tindak kejahatan, kekerasan,
penipuan, korupsi, dan lain sebagainya. Tantangan ke depan adalah bagaimana
mempersiapkan peserta didik menghadapi era pendidikan informasi, komunikasi dan
teknologi (Hartono:2015).
Kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang tinggi diperlukan untuk dapat bertahan dan
bersaing dalam era global saat ini. Peningkatkan
kualitas SDM merupakan salah satu cara untuk membekali manusia Indonesia agar
dapat tetap survive dalam
perkembangan zaman yang diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan
wadah bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas dirinya baik dalam hal ilmu
pengeatahuan, pemikiran, sikap ataupun perilaku. Manusia dapat memberikan kontribusi besar terhadap
kemajuan bangsa dan negaranya melalui pendidikan, sehingga secara tidak
langsung mereka ikut ambil bagian dalam persaingan era global yang semakin
kaburnya batas-batas negara (borderless). Pendidikan karakter hadir sebagai solusi problem
moralitas yang telah meng-global, sebagai
konsekuensi menyiapkan siswa berdaya saing global namun tidak melupakan jati
diri bangsa Indonesia (Shobroh, 2013).
Pendidikan
karakter merupakan suatu hal yang penting. Hal tersebut terkait dengan fungsi
dan tujuan pembelajran yang saat ini mulai dikembangkan. Pengertian pendidikan
karakter beragam. Karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan, hasil
kebudayaan, tingkah laku individu dan sosial dan kecerdasan moral yang tidak
semua orang dapat melihatnya (Stedje, 2010). Pengertian karakter kemudian
berkembang dan diimplimentasikan pada pendidikan yang kemudian berubah secara
harfiah. Pendidikan karakter pada intinya merupakan pembelajaran yang membantu
siswa dalam mengenali nilai-nilai universal, nilai inti dan pendidikan moral
dimana siswa berfikir dan berperilaku dalam lingkup moral (Chao-shun dan Ro-Yu,
2007).
Pada
dasarnya tujuan dari pendidikan adalah mengembangkan kemampuan manusia dalam
hal ilmu pengetahuan, sikap dan juga perilaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebenarnya pendidikan bukan hanya membentuk peserta didik menjadi individu yang
pandai dalam segi IPTEK, tapi juga membentuk moral dan kepribadian peserta
didik. Pendidikan karakter di Kanada, Inggris dan Amerika Serikat guru selain
memberikan pembelajaran pendidikan disana dikembangkan dengan pendidikan
demokrasi guna menghasilkan siswa yang kritis, aktif, peka sosial, menghargai
perbedaan dan berkeadilan (Winton,-). Pada
beberapa negara bagian di Amerika Serikat bahkan telah mempersiapkan gerasi
penerus melalui pengimplikasian pendidikan karakter berbasis kepemimpinan yang
fokus kepada kemampuan bermasyarakat, bertanggung jawab, berwawasan global,
aktif dan produktif (Barch dkk, 2012) .
Pembelajaran
disekolah di Indonesia hendaknya dapat melatih nilai-nilai moral, yaitu
pendidikan karakter. Pada peringatan
Dharma Shanti Hari Nyepi 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan
bahwa pendidikan (character building)
amatlah penting untuk membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi
pekerti, dan mulia (Kemendiknas, 2010). Hal tersebut senada
dengan peraturan Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 yang menyatakan bahwa pemberian materi Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa merupakan salah satu program unggulan pemerintah
minimal dalam kurun waktu 5 tahun sejak tahun 2010.
Pendidikan karakter merupakan salah satu
hal yang dimunculkan pada kurikulum 2013. Pembelajaran diselaraskan dengan
karakter bangsa Indonesia dengan daya saing unggul melalui nilai-nilai kebangsaan.
Pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter dengan pendekatan tematik dan
kontekstual diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan ahklak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2010:7).
Pendidikan karakter memiliki beberapa
fungsi. Beberapa fungsi pendidikan karakter diantaranya, pembentukan dan
pengembangan potensi, perbaikan dan penguatan, serta sebagai penyaring. Fungsi
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang menyebutkan, terwujudnya
masyarakat madani sebagai bangsa Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang
sesuai degan amanat proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui
proses pendidikan (Mulyasa 2010:17). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Wardoyo, 2013:90).
Globalisasi pada saat ini, penanaman
pendidikan karakter mutlak diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Pembentukan
siswa yang berkarakter nilai-nilai kebangsaan salah satu caranya dengan
menyisipkan pada kegiatan belajar mengajar. Karakter
menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku (Kemendiknas, 2010). Mempersiapkan
siswa di masa mendatang tidak hanya dari bekal pengetahuan namun, jati diri
karakter bangsa diharapkan mampu menjadikan siswa yang unggul, berwawasan
global dengan berkarakter Pancasila. Pendidikan karakter di sekolah menurut
Musfiroh, dirahapkan tercipta siswa yang tidak hanya mengetahui kebijakan (knowing the good), tetapi juga mampu
merasakan (feeling the good),
mencintai (feeling the good),
menginginkan (desiring the good), dan
mengerjakan (act the good) tindakan
kebajikan (Wardoyo, 2013:92).
SMA Brawijaya Smart School merupakan salah satu
sekolah di Kota Malang yang dalam proses pembelajaran maupun di luar
pembelajarannya menanamkan nilai-nilai moral melalui pendidikan karakter.
Penanaman pendidikan karakter yang ada disana diimplikasikan dengan mengintegrasikan ke dalam pembelajaran
dan kegiatan sehari-hari di sekolah.
Penanaman karakter tersebut juga ditanamkan melalui
ekstrakurikuler
dan beberapa kegiatan yang memang ditanamkan sebagai kebiasaan di SMA Brawijaya
Smart School. Pengembangan penanaman
karakter yang ada disana lebih ditekankan pada seluruh warga sekolah tidak
hanya pada siswa saja, sehingga penanaman karakter dapat menyeluruh pada semua
warga sekolah.
Penanaman
karakter yang ada di SMA Brawijaya Smart
School tidak hanya melalui pengintegrasian mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan dan pembiasaan yang dilakukan disana juga merupakan
salah satu cara sekolah membentuk karakter semua siswa. Kegiatan tersebut
antara lain melalui ekstrakurikuler yang mengajarkan siswa untuk memiliki toleransi
terhadap sesama dan tanggung jawab. Pembiasaan yang banyak dilakukan antara
lain 5 menit sebelum masuk dan pulang sekolah, masing-masing kelas harus
membersihkan kelasnya terlebih dahulu. Pembiasaan yang lainnya adalah tidak diperbolehkan
makan atau minum dengan berdiri, jika itu dilanggar akan masuk poin pelanggaran
tata tertib. Pembiasaan disana yang paling nampak terkait dengan melatih
kedisiplinan siswa dan saling menghormati antar sesama, terutama guru. Siswa
yang terlambat masuk sekolah, maka akan mendapat hukuman untuk berdiri hormat
dibawah tiang bendera sampai 1 jam pelajaran selesai, serta dengan memakai baju
yang bertuliskan ”I LOVE DISIPLIN”
selama 1 minggu saat berada di sekolah. Setiap pagi, sebelum masuk gedung
sekolah, guru-guru berjajar di bagian ruang lobby,
dan setiap siswa yang datang wajib untuk bersalaman dan mencium tangan guru.
Kegiatan belajar mengajar di SMA
Brawijaya Smart School memiliki
beberapa keunikan. Hal yang paling unik di SMA Brawijaya Smart
School ini penggunaan bahasa saat berada di sekolah. Siswa memanggil gurunya dengan sebutan ”Miss” bagi guru perempuan dan sebutan ”Mister” bagi guru laki-laki. Siswa
dalam keseharian bercakap-cakap dan berbincang-bincang
dengan guru maupun dengan teman sebaya, mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Penggunaan campuran bahasa (Bahasa Inggris, Indonesia, dan Jawa) membuat
sekolah tersebut menggunakan bahasa keseharian disekolah itu menjadi tringual language. Keunikan-keunikan
kebiasaan yang ada di SMA Brawijaya Smart
School itulah yang menjadikan penanaman karakter disana cepat untuk
dipahami, dimengerti, dan dilaksanakan oleh semua siswa.
Pendidikan karakter dikelas dapat
ditanamkan yang dirancang melalui rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pengintegrasian pendidikan karakter kedalam semua materi pembelajaran dilakukan
dalam rangka mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Kegiatan selanjutnya adalah mencermati bahwa
materi pembelajaran tersebut memiliki dampak instruksional dan/atau dampak
pengiring pembentukan karakter (Depdiknas, 2010:18).
Pendidikan karakter dapat diterapkan
dalam semua mata pelajaran. Mata pelajaran geografi merupakan salah satu materi
yang dapat mengimplikasikan pendidikan karakter di dalamnya. Terdapat delapan
karakter yang dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran geografi. Delapan
karakter tersebut antara lain adalah, toleransi, kreatif, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial,
tanggung jawab. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata pelajaran
geografi diwujudkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan
awal, inti, penutup dan penugasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan penanaman karakter dalam pembelajaran geografi di kelas
X dan XI IPS di SMA Brawijaya Smart
School.
METODE
Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini termasuk dalam
penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan dari penelitian untuk mendeskripsikan pelaksanaan
penanaman karakter dakam pembelajaran geografi di kelas X dan XI IPS di SMA
Brawijaya Smart School. Pengumpulan
data/informasi dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang berupa indikator
penerapan integrasi pendidikan karakter dalam
pelajaran geografi pada jenjang kelas X dan XI IPS yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 tahap, yaitu tahap pengumpulan
data dan tahap analisis data.
Subjek
yang dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas X dan XI IPS di SMA
Brawijaya Smart School. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X dan XI IPS di SMA Brawijaya Smart School. Kelas X IPS terdiri dari X
IS1 dan X IS 2, sedangkan kelas XI IPS
terdiri dari XI IS1 dan XI IS2. Sampel penelitian ini akan diambil dengan
menggunakan teknik simple random
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan menggunakan lembar observasi dan
angket, sedangkan cara memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara
observasi, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian hasil angket siswa
berdasarkan tiap-tiap indikator dalam Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional
tahun 2013. Berdasarkan hasil penilaian
tersebut selanjutnya dilakukan penjumlahan skor kemudian dipersentasekan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran di sekolah tidak hanya dilakukan dengan
memberikan materi-materi pelajaran formal saja. Proses pembelajaran tersebut dibagi
menjadi beberapa aspek yang meliputi aspek afektif,
kognitif, dan psikomotorik. Aspek-aspek tersebut menunjukkan pada proses
pembelajaran tidak hanya menjadikan siswa pandai dalam hal pelajaran, akan tetapi juga
mengajarkan pada siswa tentang nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral tersebut lebih ditekankan pada penanaman karakter siswa sejak dini. Karakter tersebut terkait dengan pembelajaran geografi seperti
karakter toleransi, rasa ingin tahu, kreatif, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Penanaman karakter pada pembelajaran geografi di SMA Brawijaya Smart School dilakukan dengan cara menyelipkan pendidikan karakter tersebut pada setiap materi yang
diajarkan. Hal itu juga sebagai wujud pengaplikasian kurikulum 2013
yang mengharuskan adanya penanaman karakter pada proses pembelajaran. Pada Rencana Proses
Pembelajaran (RPP) 2013 yang dibuat oleh TIM MGMP guru geografi se-kota
Malang, termasuk guru geografi Brawijaya Smart School telah menyelipkan penanaman karakter pada setiap kegiatan proses
pembelajaran. Karakter tersebut diaplikasikan pada kegiatan pembuka, inti,
dan penutup. Penanaman karakter juga dilakukan diluar proses
pembelajaran yang berupa tata tertib yang wajib untuk ditaati oleh semua siswa di SMA
Brawijaya Smart School.
Penggunaan reward and punishment yang diberlakukan
dalam kebijakan sekolah senada dengan pandangan Skinner dalam teori belajar. Skinner
berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Siswa yang belajar responnya
menjadi baik, sebaliknya apabila siswa tidak belajar responnya turun (Dimyati
dan Mudjiono, 1994:8). Penguatan dalam penanaman karakter pada siswa dapat
dilakukan melalui ucapan dan gerakan. Hal tersebut sudah dilakukan yang
diakomodir oleh tata tertib dengan memberlakukan beberapa perilaku saat masuk
kelas sampai kegiatan belajar berakhir.
Penanaman karakter yang
didapatkan siswa melalui proses belajar di kelas dipengaruhi oleh beberapa hal.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama siswa dalam mengenal
nilai-nilai sosial. Kegiatan ekstrakurikuler yang diperoleh siswa memiliki
nilai interaksi sosial, fisik dan lingkungan yang dapat melatih siswa dalam
berkehidupan bermasayrakat. Lingkungan sekolah memegang peranan dalam
menciptakan situasi, sarana, prasarana dan kebijakan yang mendorong pendidikan
karakter untuk dikembangkan dalam berbagai kegiatan sekolah. Pengintegrasian
tersebut memerlukan kreatifitas guru dalam menyisipkan pendidikan karakter
dalam pembelajaran geografi. Rencana pembelajaran RPP yang disusun MGMP
Geografi Kota Malang disusun sedemikian rupa diharapkan dapat mengakomodir
penanaman karakter yang cocok dalam pembelajaran geografi.
Kendala atau hal yang mempengaruhi dalam pengimplikasian
pendidikan karakter diatas senada dengan pendapat Brofenbenner. Brofenbenner
mengemukakan pandangannya terkait faktor-faktor makro yang terkait kendala
belajar (Hanafiah dan Suhana, 2010:11). Pertama, sistem mikro dimana pengaruh
siswa ada apada keluarga sekolah, guru, teman bermain, tetangga dan lingkungan
sehari-hari. Kedua, sistem meso dimana interaksi orang tua dengan guru, siswa
dengan guru, siswa dengan teman sebaya dan sebagainya. Ketiga sistem exo dimana
lingkungan yang lebih luas yang tidak langsung menyentuh pribadi siswa namun
pengaruhnya besar yakni, TV, internet, media cetak/elektronik dan sebagainya.
Keempat, sistem makro dimana lingkup yang lebih luas dari sistem exo seperti
kebijakan pemerintah, ideologi negara, tradisi adat, hukum nasional dan
sebaginya.
Pengintegrasian pendidikan karakter secara lebih detail dapat
dilihat dari proses belajar dan kebijakan sekolah di SMA. Kemendiknas (2011),
menerangkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter terintegrasi di seluruh mata
pelajaran dan muatan lokal sesuai dengan kekhasannya. Pendidikan karakter
tercantum dalam silabus dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Pendidikan karakter dalam pengembangan diri melalui program bimbingan konseling
dan ekstrakurikuler. Penanaman karakter juga menyangkut keteladanan dan
pembiasaan nilai-nilai positif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut
sesuai dengan tiga fokus pendidikan karakter dimana nilai-nilai pengajaran,
klarifikasi dan perkembangan moral (Agung, 2011). Keteladanan merupakan hal
yang didapat siswa dari proses pengamatan dan ditirukan oleh siswa, jadi
pengimplikasian pendidikan karakter tidak berfokus pada siswa saja.
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas X menunjukkan nilai
penanaman karakter berada pada tahap berkembang. Tahap berkembang didasari dari
data rerata penanaman karakter 72,41% (Tahap Sosionomi). Siswa-siswa kelas X secara persepsi sependapat dengan penanaman karakter yang
telah diberikan. Siswa sudah melaksanakan berbagai perilaku yang
telah diajarkan dan ditanamkan sesuai dengan indikator yang
telah tertulis pada RPP. Berbagai perilaku yang
terkait dengan penanaman karakter dalam pembelajaran geografi
(toleransi, rasa ingin tahu, kreatif, semangat kebangsaan,
cintatanah air, pedulil ingkungan, peduli sosial dan tanggungjawab)
sudah dilakukan oleh siswa secara konsisten. Jika terdapat siswa yang kurang peduli/ acuh
terhadap lingungan fisik, sosial dan lingkungan itu hanya sedikit siswa.
Siswa SMA Brawijaya Smart
School memiliki keunikan dari segi latar belakang budaya. Siswa berasal
dari berbagai daerah di Propinsi Jawa Timur bahkan luar Propinsi Jawa Timur.
Perbedaan latar belakang budaya tersebut tercermin dalam indikator toleransi yang
saling menghormati dan menghargai pendapat, latar belakang dan berbagai nilai
sosial. Keragaman budaya yang ada di sekitar siswa secara tidak langsung juga
ikut mendorong adanya sikap dan perilaku siswa dalam mengembangkan dan
memperkuat karakter yang ada pada diri siswa. Pendidikan karakter tersebut
sesuai dengan proses sosio-kultural dan proses psikologi yang terdiri dari 1)
Olah hati (spriritual dan emotional
development), 2) Olah pikir (intellectual
development) 3) Olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development) dan 4) Olah rasa dan karsa (affective dan creativity development)
(Kemendiknas, 2010).
Perkembangan perubahan sikap dan perilaku yang ada pada
diri siswa lebih condong terlihat ketika siswa mulai naik tingkatan pendidikan
formalnya. Siswa kelas X mengalami perubahan dari sekolah menengah pertama ke
sekolah menengah atas. Perubahan tersebut terlihat dari sisi perbedaan
pergaulan dan lingkungan sekolah. Siswa kelas X pada hasil penelitian tidak
menyukai hal-hal yang berkaitan kegiatan ekstra dan organisasi. Mereka seakan
tidak mau mengembangkan diri yang selaras dengan pengembangan tanggung jawab,
disiplin dan pembagian waktu. Pada indikator yang menanyakan sikap terhadap
OSIS, ekstra kurikuler
dan peringatan hari tertentu, sikap siswa seakan tidak
terlalu menganggap penting hal tersebut, bahkan cenderung tidak ingin melalukan
kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
Siswa kelas X secara mayoritas telah tertanam 8 karakter yang terkait dalam pembelajaran geografi.
Delapan karakterter sebut adalah toleransi, rasa
ingin tahu, kreatif,
semangat kebangsaan,
cinta tanah air,
peduli lingkungan,
peduli social, dan tanggungjawab. Kedelapan karakterter sebut dalam proses
pembelajaran telah dilakukan oleh siswa dalam kesehariannya. Hal tersebut didukung juga
dengan rancangan proses
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru, sehingga siswa tidak hanya melakukan setiap karakter tersebut atas keinginan sendiri namun juga
didorong oleh guru dalam mengaplikasikan karakter tersebut.
Peran guru dalam merancang RPP, tidak hanya untuk mengajarkan materi agar
dipahami oleh siswa, akan tetapi juga
menanamkan karakter-karakter yang terkait dengan pembelajaran geografi. Rancangan Proses Pembelajaran
(RPP) merupakan salah satu jembatan dalam menanamkan karakter pada siswa. Karakterter sebut diselipkan dalam setiap kegiatan proses pembelajaran, sehingga materi yang
disampaikan dapat match dengan karakter yang
ditanamkan oleh guru. Guru ikut serta berperan aktif dalam proses penanaman karakter yang
dilakukan di dalam maupun di luar kelas.
Hasil penanaman karakter di
kelas X SMA Brawijaya Smart School
tidak hanya dilihat dari hasil angket yang
diberikan pada siswa. Hasil tersebut didukung juga oleh hasil catatan observasi kelas yang
dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil catatan observasi pelaksanaan pembelajaran geografi berbasis karakter oleh guru,
diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
kelas X sebagian besar telah mendorong siswa untuk menanamkan kedelapan karakter geografi. Hal tersebut ditunjukkan mulai dari guru memulai pembelajaran,
kegiatan inti pembelajaran, pemberian tugas, refleksi, dan kegiatan penutup.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bermetode
ceramah. Pembelajaran tersebut menggunakan media powerpoint dan LCD Projector. Guru telah melakukan
pembelajaran sesuai rencana pembelajaran namun untuk pembelajaran karakter yang
relevan dengan pembelajaran geografi belum maksimal. Penanaman karakter
toleransi, kreatif, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, peduli lingkungan,
peduli sosial dan tanggung jawab sudah di lakukan guru dalam pembelajaran.
Karakter cinta tanah air dan peduli lingkungan yang mengkaitkan lingkungan
sekitar dan mengajak untuk menjaga kelestarian lingkungan menjadi kekurangan
dalam pembelajaran.
Hasil penelitian di kelas XI
menunjukkan bahwa penanaman karakter pada pelajaran geografi berada pada tahap
membudaya. Skor rerata penanaman karakter berada 84,38% (Tahap Autonomi) yang
tergolong tinggi. Pada tahap tersebut, siswa mulai melaksanakan perilaku yang
berada dalam indikator secara konsisten. Penanaman karakter sejak mereka kelas
X, mulai berkembang dan meningkat.
Observasi di kelas XI IS 1 dilakukan
dengan dua kali tatap muka. Pembelajaran geografi cukup aktif dengan komunikasi
verbal dua arah dan pemberian tugas sebagai penguatan materi maupun sebagai
refleksi pembelajaran. Situasi kelas dan kekeluargaan terjalin baik, tugas
pembelajaran dengan diskusi maupun pembentukan kelompok tugas bisa berjalan
dengan baik. Pada proses pembelajaran
banyak feedback dari siswa, sehingga
proses pembelajaran menjadi interaktif antara guru dan siswa.
Siswa kelas XI memiliki prilaku dan
sikap yang berkembang tidak hanya dalam kelas namun juga di kegiatan organisasi
dan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan di luar jam kelas seperti organisasi OSIS
dan ekstakurikuler lain dapat melatih siswa dalam sikap dan pengetahuan sosial,
fisik dan lingkungan. Hal tersebut senada degan tiga fungsi utama pendidikan
karakter yang berguna untuk pembentukan dan pengembagan potensi, perbaikan dan
penguatan serta sebagai penyaring/filter dari nilai-nilai luar yang belum tentu
cocok dengan budaya Indonesia (Depdiknas, 2010).
Pembelajaran yang dilakukan oleh
guru di kelas XI IS tidak jauh berbeda dengan kelas X. Pembelajaran geografi
dilakukan dengan metode ceramah dengan bantuan LCD Projector. Pembelajaran materi dinamika penduduk guru
menjelaskan materi dan latihan soal sebagai penguatan dan evaluasi. Penanaman
karakter tentang cinta tanah air yang menunjukkan kepekaan fisik, sosial dan
lingkungan belum terlihat. Karakter peduli lingkungan yang mengajak siswa untuk
melestarikan atau menjaga lingkungan belum dilakukan oleh guru.
Penanaman karakter dalam mata
pelajaran geografi yang ada di SMA Brawijaya
Smart School
Kota Malang telah melalui prinsip pengembangan pendidikan karakter. Marten
(2005) mengatakan guru sudah menggunakan strategi pendidikan karakter apabila
terdapat identifikasi nilai, pembelajaran nilai dan menerapkan nilai tersebut
(Winarni, 2013). Berdasarkan
observasi dan angket yang sudah dianalisis, pendidikan karakter sudah
berprinsip berkelanjutan yang dilakukan dalam mata pelajaran geografi, dan
nilai tersebut dikembangkan dalam proses belajar. Pembelajaran geografi di
kelas dilakukan guru dengan
menyenangkan dan membuat siswa aktif. Pendidikan karakter merupakan pendidikan
sepanjang hayat, sebagai proses kearah manusia yang sempurna (Dharmawan, 2014).
Penanaman pendidikan karakter di dalam kelas, diharapkan mengakar kuat dalam
ingatan dan sikap siswa untuk manusia Indonesia yang berwawasan global dan
berjati diri Pancasila.
PENUTUP
Kesimpulan
Penanaman
pendidikan karakter dalam geografi terdapat delapan karakter. Penanaman
pendidikan karakter dalam pelajaran geografi di SMA Brawijaya Smart School
Kota Malang mulai berkembang dan membudaya. Pada kelas X, siswa pada tahap
berkembang dalam indikator pendidikan karakter dan pada kelas XI penanaman
pendidikan karakter menunjukkan
pada tahap yang membudaya. Peningkatan tersebut menyiratkan bahwa siswa selain
belajar mata pelajaran geografi, pengembangan diri di kegiatan organisasi dan
ekstra kurikuler pun turut
berperan dalam penanaman karakter.
Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa di SMA Brawijaya Smart School telah berhasil untuk melaksanakan, mengembangkan,
serta membudayakan karakter terkait dengan pembelajaran geografi.
Saran
Pembelajaran
yang dilakukan guru memiliki beberapa kekurangan.
Siswa secara maksimal belum diajak untuk mengenal lingkungan sekitar. Penanaman
karakter cinta tanah air dan peduli lingkungan masih belum maksimal. Kepekaan terhadap
lingkungan, fisik dan sosial belum menyeluruh membudaya pada siswa. Bedasarkan
hal tersebut, guru hendaknya memaksimalkan interaksi sosial maupun lingkungan
kehidupan sehari-hari siswa sebagai stimulus dalam kegiatan proses belajar
mengajar.
DAFTAR RUJUKAN
Agung,
Leo. 2011. Character Education Integration in Social Studies. International Journal of History Education 12
(2): 392-403.
Barch,
Jon C dkk. 2012. Leadership Education as Character Development: Best Practices
from 21 Years of helping Graduates Live Purposeful Lives. Journal of Collage & Character 13(4): 1-12
Chao-Shun,
Cheng dan Ro-Yu, Lee. 2007. Character
Education dan Character-trait Development: An Enrichmnet fo Collage Students. Paper
disajikan dalam Seminar Pendidikan Umum, Kao Yuan University, 25 Mei.
Dharmawan,
Nyoman Sudra. 2014. Implementasi
Pendidikan Karakter Bangsa pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Makalah
disampaikan pada Pembinaan Pendidikan karakter PTS di Lingkungan Kopertis
Wilayah VIII.
Dimyati
dan Mudjiono. 1994. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jederal Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD.
DEPDIKNAS.
2010. Desain Induk Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional. (PDF), Online diakses pada 12 Oktober 2015.
DEPDIKNAS.
2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. (PDF), (Online) diakses pada 10
Oktober 2015.
Hanafiah,
Nanang dan Suhana Cucu. 2010. Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Hartono.
2015. Pedidikan Geografi di Era Global: Tinjauan
Substantif di Era program Nawa Cita dan Isu Dunia. Makalah disajikan dalam
Kuliah Tamu Geografi, Jurusan Geografi FIS UM, 3 September.
Kemendiknas. 2010. Kerangkan
Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. (PDF E-book), (Online),
diakses pada tanggal 1 November 2015.
Mulyasa,
H. E. 2014. Pengembagan dan Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Shobroh, Amanatus. 2013. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Pembentukan Kejujuran Siswa MTs
Negeri Galur Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Stedje,
Lauree Beth. 2010. Nuts and Bolts
Character Education. Oklahoma: Characterfisrt.
Wardoyo,
Sigit Mangun. 2013. Pembelajaran
Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung:
Alfabeta.
Winarni,
Sri. 2013. Integrasi Pendidikan Karakter
dalam Perkuliahan. Jurnal Pendidikan Karakter 3(1) :95-136.
Winton,
Sue.-. Character Education: Implications for Critical Democracy. International Critcal Childhood Policy
Studies 1(1):42-63.
No comments:
Post a Comment