Sunday, June 12, 2016

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN



PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA BRAWIJAYA SMART SCHOOL KOTA MALANG
Bella Amanda Ardanita, Bigharta Bekti Susetyo
Universitas Negeri Malang
Program Pascasarjana
E-mail: amandabella85@ymail.com, bighartabekti@yahoo.com

ABSTRACT: Education is not only transferring the knowledge to the students but also building students’ character. Character learning is learning which traditional and ideological value of Indonesia, Pancasila. This study aims at explaning the meaning implementation of character learning in geography at senior high school. Type of this research is a quantitative with descriptive approach. The research is a located in SMA Brawijaya Smart School Malang City. The subject of the study are student and teacher involved geography learning activities. Technique of data collectionis with observation, interviews, and documentation. Technical analysis in this study isusing discriptive analysis. Implementation of character learning in geography, value of tolerance, creative, curiosity, spirit of nation, nationalism, environtment value, social value, and responsible. Indicators of it’s value will explaine in list of questions. Result of this research show that Grade X in delevopment stage/socionomy (72,41%) dan Grade XI in cultural stage/autonomy (84,38%).

Keywords: Character Learning, Implementation of Character Learning

ABSTRAK:Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan secara IPTEK, namun juga membangun karakter siswa. Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai-nilai yang bersumber dari Pancasila dan kehidupan bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter pada mata pelajaran geografi. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif yang menjelaskan hasil penelitian apa adanya. Lokasi penelitian berada di SMA Brawijaya Smart School Kota Malang. Subjek yang diteliti yaitu siswa dan aktivitas mengajar guru yang terlibat langsung dalam penanaman pendidikan karakter dalam mata pelajaran geografi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan angket dengan analisis deskriptif. Penanaman karakter dalam  mata pelajaran geografi yang relevan ada delapan karakter. Karakter tersebut adalah toleransi, kreatif, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman karakter di kelas X tergolong tahap berkembang/sosionomi (72,41%) dan pada kelas XI tergolong tahap membudaya/autonomi (84,38%). Peningkatan penanaman karakter pada kelas XI salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan karakter yang sudah ditanamkan pada kelas X.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Implementasi Pendidikan Karakter

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam era globalisasi saat ini membawa berbagai pengaruh bagi masyarakat, baik pengaruh positif maupun negatif.  Pengaruh positif tersebut antara lain adalah semakin mudahnya manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang paling meng-global saat ini adalah  komunikasi dan informasi yang sudah semakin mudah diakses. Pengaruh negatifnya dari perkembangan globasisasi antara lain banyaknya tindak kejahatan, kekerasan, penipuan, korupsi, dan lain sebagainya. Tantangan ke depan adalah bagaimana mempersiapkan peserta didik menghadapi era pendidikan informasi, komunikasi dan teknologi (Hartono:2015).
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tinggi diperlukan untuk dapat bertahan dan bersaing dalam era global saat ini. Peningkatkan kualitas SDM merupakan salah satu cara untuk membekali manusia Indonesia agar dapat tetap survive dalam perkembangan zaman yang diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas dirinya baik dalam hal ilmu pengeatahuan, pemikiran, sikap ataupun perilaku. Manusia dapat memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan bangsa dan negaranya melalui pendidikan, sehingga secara tidak langsung mereka ikut ambil bagian dalam persaingan era global yang semakin kaburnya batas-batas negara (borderless). Pendidikan karakter hadir sebagai solusi problem moralitas yang telah meng-global, sebagai konsekuensi menyiapkan siswa berdaya saing global namun tidak melupakan jati diri bangsa Indonesia (Shobroh, 2013).
Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang penting. Hal tersebut terkait dengan fungsi dan tujuan pembelajran yang saat ini mulai dikembangkan. Pengertian pendidikan karakter beragam. Karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan, hasil kebudayaan, tingkah laku individu dan sosial dan kecerdasan moral yang tidak semua orang dapat melihatnya (Stedje, 2010). Pengertian karakter kemudian berkembang dan diimplimentasikan pada pendidikan yang kemudian berubah secara harfiah. Pendidikan karakter pada intinya merupakan pembelajaran yang membantu siswa dalam mengenali nilai-nilai universal, nilai inti dan pendidikan moral dimana siswa berfikir dan berperilaku dalam lingkup moral (Chao-shun dan Ro-Yu, 2007).
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan adalah mengembangkan kemampuan manusia dalam hal ilmu pengetahuan, sikap dan juga perilaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya pendidikan bukan hanya membentuk peserta didik menjadi individu yang pandai dalam segi IPTEK, tapi juga membentuk moral dan kepribadian peserta didik. Pendidikan karakter di Kanada, Inggris dan Amerika Serikat guru selain memberikan pembelajaran pendidikan disana dikembangkan dengan pendidikan demokrasi guna menghasilkan siswa yang kritis, aktif, peka sosial, menghargai perbedaan dan berkeadilan (Winton,-).  Pada beberapa negara bagian di Amerika Serikat bahkan telah mempersiapkan gerasi penerus melalui pengimplikasian pendidikan karakter berbasis kepemimpinan yang fokus kepada kemampuan bermasyarakat, bertanggung jawab, berwawasan global, aktif dan produktif (Barch dkk, 2012) .
Pembelajaran disekolah di Indonesia hendaknya dapat melatih nilai-nilai moral, yaitu pendidikan karakter. Pada peringatan Dharma Shanti Hari Nyepi 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa pendidikan (character building) amatlah penting untuk membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia (Kemendiknas, 2010). Hal tersebut senada dengan peraturan Kementerian Pendidikan Nasional tahun  2010 yang menyatakan bahwa pemberian materi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa merupakan salah satu program unggulan pemerintah minimal dalam kurun waktu 5 tahun sejak tahun 2010.
Pendidikan karakter merupakan salah satu hal yang dimunculkan pada kurikulum 2013. Pembelajaran diselaraskan dengan karakter bangsa Indonesia dengan daya saing unggul melalui nilai-nilai kebangsaan. Pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan ahklak mulia sehingga terwujud  dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2010:7).
Pendidikan karakter memiliki beberapa fungsi. Beberapa fungsi pendidikan karakter diantaranya, pembentukan dan pengembangan potensi, perbaikan dan penguatan, serta sebagai penyaring. Fungsi tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang menyebutkan, terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang sesuai degan amanat proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses pendidikan (Mulyasa 2010:17). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Wardoyo, 2013:90).
Globalisasi pada saat ini, penanaman pendidikan karakter mutlak diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Pembentukan siswa yang berkarakter nilai-nilai kebangsaan salah satu caranya dengan menyisipkan pada kegiatan belajar mengajar. Karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku (Kemendiknas, 2010). Mempersiapkan siswa di masa mendatang tidak hanya dari bekal pengetahuan namun, jati diri karakter bangsa diharapkan mampu menjadikan siswa yang unggul, berwawasan global dengan berkarakter Pancasila. Pendidikan karakter di sekolah menurut Musfiroh, dirahapkan tercipta siswa yang tidak hanya mengetahui kebijakan (knowing the good), tetapi juga mampu merasakan (feeling the good), mencintai (feeling the good), menginginkan (desiring the good), dan mengerjakan (act the good) tindakan kebajikan (Wardoyo, 2013:92).
SMA Brawijaya Smart School merupakan salah satu sekolah di Kota Malang yang dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajarannya menanamkan nilai-nilai moral melalui pendidikan karakter. Penanaman pendidikan karakter yang ada disana diimplikasikan dengan mengintegrasikan ke dalam pembelajaran dan kegiatan sehari-hari di sekolah. Penanaman karakter tersebut juga ditanamkan melalui ekstrakurikuler dan beberapa kegiatan yang memang ditanamkan sebagai kebiasaan di SMA Brawijaya Smart School. Pengembangan penanaman karakter yang ada disana lebih ditekankan pada seluruh warga sekolah tidak hanya pada siswa saja, sehingga penanaman karakter dapat menyeluruh pada semua warga sekolah.
Penanaman karakter yang ada di SMA Brawijaya Smart School tidak hanya melalui pengintegrasian mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan dan pembiasaan yang dilakukan disana juga merupakan salah satu cara sekolah membentuk karakter semua siswa. Kegiatan tersebut antara lain melalui ekstrakurikuler yang mengajarkan siswa untuk memiliki toleransi terhadap sesama dan tanggung jawab. Pembiasaan yang banyak dilakukan antara lain 5 menit sebelum masuk dan pulang sekolah, masing-masing kelas harus membersihkan kelasnya terlebih dahulu. Pembiasaan yang lainnya adalah tidak diperbolehkan makan atau minum dengan berdiri, jika itu dilanggar akan masuk poin pelanggaran tata tertib. Pembiasaan disana yang paling nampak terkait dengan melatih kedisiplinan siswa dan saling menghormati antar sesama, terutama guru. Siswa yang terlambat masuk sekolah, maka akan mendapat hukuman untuk berdiri hormat dibawah tiang bendera sampai 1 jam pelajaran selesai, serta dengan memakai baju yang bertuliskan ”I LOVE DISIPLIN” selama 1 minggu saat berada di sekolah. Setiap pagi, sebelum masuk gedung sekolah, guru-guru berjajar di bagian ruang lobby, dan setiap siswa yang datang wajib untuk bersalaman dan mencium tangan guru.
Kegiatan belajar mengajar di SMA Brawijaya Smart School memiliki beberapa keunikan. Hal yang paling unik di SMA Brawijaya Smart School ini penggunaan bahasa saat berada di sekolah. Siswa memanggil gurunya dengan sebutan ”Miss” bagi guru perempuan dan sebutan ”Mister” bagi guru laki-laki. Siswa dalam keseharian bercakap-cakap dan berbincang-bincang dengan guru maupun dengan teman sebaya, mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Penggunaan campuran bahasa (Bahasa Inggris, Indonesia, dan Jawa) membuat sekolah tersebut menggunakan bahasa keseharian disekolah itu menjadi tringual language. Keunikan-keunikan kebiasaan yang ada di SMA Brawijaya Smart School itulah yang menjadikan penanaman karakter disana cepat untuk dipahami, dimengerti, dan dilaksanakan oleh semua siswa.
Pendidikan karakter dikelas dapat ditanamkan yang dirancang melalui rencana pelaksanaan pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter kedalam semua materi pembelajaran dilakukan dalam rangka mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013.  Kegiatan selanjutnya adalah mencermati bahwa materi pembelajaran tersebut memiliki dampak instruksional dan/atau dampak pengiring pembentukan karakter (Depdiknas, 2010:18).
Pendidikan karakter dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran. Mata pelajaran geografi merupakan salah satu materi yang dapat mengimplikasikan pendidikan karakter di dalamnya. Terdapat delapan karakter yang dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran geografi. Delapan karakter tersebut antara lain adalah, toleransi, kreatif, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata pelajaran geografi diwujudkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan awal, inti, penutup dan penugasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan penanaman karakter dalam pembelajaran geografi di kelas X dan XI IPS di SMA Brawijaya Smart School.
METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian untuk mendeskripsikan pelaksanaan penanaman karakter dakam pembelajaran geografi di kelas X dan XI IPS di SMA Brawijaya Smart School. Pengumpulan data/informasi dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang berupa indikator penerapan integrasi pendidikan karakter dalam  pelajaran geografi pada jenjang kelas X dan XI IPS yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap analisis data.
Subjek yang dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas X dan XI IPS di SMA Brawijaya Smart School. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X dan XI IPS di SMA Brawijaya Smart School. Kelas X IPS terdiri dari X IS1 dan X IS 2, sedangkan  kelas XI IPS terdiri dari XI IS1 dan XI IS2. Sampel penelitian ini akan diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan menggunakan lembar observasi dan angket, sedangkan cara memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara observasi, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian hasil angket siswa berdasarkan tiap-tiap indikator dalam Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2013.  Berdasarkan hasil penilaian tersebut selanjutnya dilakukan penjumlahan skor kemudian dipersentasekan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
   Proses pembelajaran di sekolah tidak hanya dilakukan dengan memberikan materi-materi pelajaran formal saja. Proses pembelajaran tersebut dibagi menjadi beberapa aspek yang meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Aspek-aspek tersebut menunjukkan pada proses pembelajaran tidak hanya menjadikan siswa pandai dalam hal pelajaran, akan tetapi juga mengajarkan pada siswa tentang nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral tersebut lebih ditekankan pada penanaman karakter siswa sejak dini. Karakter tersebut terkait dengan pembelajaran geografi seperti karakter toleransi, rasa ingin tahu, kreatif, semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Penanaman karakter pada pembelajaran geografi di SMA Brawijaya Smart School dilakukan dengan cara menyelipkan pendidikan karakter tersebut pada setiap materi yang diajarkan. Hal itu juga sebagai wujud pengaplikasian kurikulum 2013 yang mengharuskan adanya penanaman karakter pada proses pembelajaran. Pada Rencana Proses Pembelajaran (RPP) 2013 yang dibuat oleh TIM MGMP guru geografi se-kota Malang, termasuk guru geografi Brawijaya Smart School telah menyelipkan penanaman karakter pada setiap kegiatan proses pembelajaran. Karakter tersebut diaplikasikan pada kegiatan pembuka, inti, dan penutup. Penanaman karakter juga dilakukan diluar proses pembelajaran yang berupa tata tertib yang wajib untuk ditaati oleh semua siswa di SMA Brawijaya Smart School.
Penggunaan reward and punishment yang diberlakukan dalam kebijakan sekolah senada dengan pandangan Skinner dalam teori belajar. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Siswa yang belajar responnya menjadi baik, sebaliknya apabila siswa tidak belajar responnya turun (Dimyati dan Mudjiono, 1994:8). Penguatan dalam penanaman karakter pada siswa dapat dilakukan melalui ucapan dan gerakan. Hal tersebut sudah dilakukan yang diakomodir oleh tata tertib dengan memberlakukan beberapa perilaku saat masuk kelas sampai kegiatan belajar berakhir. 
Penanaman karakter yang didapatkan siswa melalui proses belajar di kelas dipengaruhi oleh beberapa hal. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama siswa dalam mengenal nilai-nilai sosial. Kegiatan ekstrakurikuler yang diperoleh siswa memiliki nilai interaksi sosial, fisik dan lingkungan yang dapat melatih siswa dalam berkehidupan bermasayrakat. Lingkungan sekolah memegang peranan dalam menciptakan situasi, sarana, prasarana dan kebijakan yang mendorong pendidikan karakter untuk dikembangkan dalam berbagai kegiatan sekolah. Pengintegrasian tersebut memerlukan kreatifitas guru dalam menyisipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran geografi. Rencana pembelajaran RPP yang disusun MGMP Geografi Kota Malang disusun sedemikian rupa diharapkan dapat mengakomodir penanaman karakter yang cocok dalam pembelajaran geografi.
          Kendala atau hal yang mempengaruhi dalam pengimplikasian pendidikan karakter diatas senada dengan pendapat Brofenbenner. Brofenbenner mengemukakan pandangannya terkait faktor-faktor makro yang terkait kendala belajar (Hanafiah dan Suhana, 2010:11). Pertama, sistem mikro dimana pengaruh siswa ada apada keluarga sekolah, guru, teman bermain, tetangga dan lingkungan sehari-hari. Kedua, sistem meso dimana interaksi orang tua dengan guru, siswa dengan guru, siswa dengan teman sebaya dan sebagainya. Ketiga sistem exo dimana lingkungan yang lebih luas yang tidak langsung menyentuh pribadi siswa namun pengaruhnya besar yakni, TV, internet, media cetak/elektronik dan sebagainya. Keempat, sistem makro dimana lingkup yang lebih luas dari sistem exo seperti kebijakan pemerintah, ideologi negara, tradisi adat, hukum nasional dan sebaginya.  
          Pengintegrasian pendidikan karakter secara lebih detail dapat dilihat dari proses belajar dan kebijakan sekolah di SMA. Kemendiknas (2011), menerangkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter terintegrasi di seluruh mata pelajaran dan muatan lokal sesuai dengan kekhasannya. Pendidikan karakter tercantum dalam silabus dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Pendidikan karakter dalam pengembangan diri melalui program bimbingan konseling dan ekstrakurikuler. Penanaman karakter juga menyangkut keteladanan dan pembiasaan nilai-nilai positif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut sesuai dengan tiga fokus pendidikan karakter dimana nilai-nilai pengajaran, klarifikasi dan perkembangan moral (Agung, 2011). Keteladanan merupakan hal yang didapat siswa dari proses pengamatan dan ditirukan oleh siswa, jadi pengimplikasian pendidikan karakter tidak berfokus pada siswa saja.
          Berdasarkan hasil penelitian pada kelas X menunjukkan nilai penanaman karakter berada pada tahap berkembang. Tahap berkembang didasari dari data rerata penanaman karakter 72,41% (Tahap Sosionomi). Siswa-siswa kelas X secara persepsi sependapat dengan penanaman karakter yang telah diberikan. Siswa sudah melaksanakan berbagai perilaku yang telah diajarkan dan ditanamkan sesuai dengan indikator yang telah tertulis pada RPP. Berbagai perilaku yang terkait dengan penanaman karakter dalam pembelajaran geografi (toleransi, rasa ingin tahu, kreatif, semangat kebangsaan, cintatanah air, pedulil ingkungan, peduli sosial dan tanggungjawab) sudah dilakukan oleh siswa secara konsisten. Jika terdapat siswa yang kurang peduli/ acuh terhadap lingungan fisik, sosial dan lingkungan itu hanya sedikit siswa.
          Siswa SMA Brawijaya Smart School memiliki keunikan dari segi latar belakang budaya. Siswa berasal dari berbagai daerah di Propinsi Jawa Timur bahkan luar Propinsi Jawa Timur. Perbedaan latar belakang budaya tersebut tercermin dalam indikator toleransi yang saling menghormati dan menghargai pendapat, latar belakang dan berbagai nilai sosial. Keragaman budaya yang ada di sekitar siswa secara tidak langsung juga ikut mendorong adanya sikap dan perilaku siswa dalam mengembangkan dan memperkuat karakter yang ada pada diri siswa. Pendidikan karakter tersebut sesuai dengan proses sosio-kultural dan proses psikologi yang terdiri dari 1) Olah hati (spriritual dan emotional development), 2) Olah pikir (intellectual development) 3) Olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development) dan 4) Olah rasa dan karsa (affective dan creativity development) (Kemendiknas, 2010).
          Perkembangan perubahan sikap dan perilaku yang ada pada diri siswa lebih condong terlihat ketika siswa mulai naik tingkatan pendidikan formalnya. Siswa kelas X mengalami perubahan dari sekolah menengah pertama ke sekolah menengah atas. Perubahan tersebut terlihat dari sisi perbedaan pergaulan dan lingkungan sekolah. Siswa kelas X pada hasil penelitian tidak menyukai hal-hal yang berkaitan kegiatan ekstra dan organisasi. Mereka seakan tidak mau mengembangkan diri yang selaras dengan pengembangan tanggung jawab, disiplin dan pembagian waktu. Pada indikator yang menanyakan sikap terhadap OSIS, ekstra kurikuler dan peringatan hari tertentu, sikap siswa seakan tidak terlalu menganggap penting hal tersebut, bahkan cenderung tidak ingin melalukan kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
Siswa kelas X secara mayoritas telah tertanam 8 karakter yang terkait dalam pembelajaran geografi. Delapan karakterter sebut adalah toleransi, rasa ingin tahu, kreatif, semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab. Kedelapan karakterter sebut dalam proses pembelajaran telah dilakukan oleh siswa dalam kesehariannya. Hal tersebut didukung juga dengan rancangan proses pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru, sehingga siswa tidak hanya melakukan setiap karakter tersebut atas keinginan sendiri namun juga didorong oleh guru dalam mengaplikasikan karakter tersebut.
Peran guru dalam merancang RPP, tidak hanya untuk mengajarkan materi agar dipahami oleh siswa, akan tetapi juga menanamkan karakter-karakter yang terkait dengan pembelajaran geografi. Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu jembatan dalam menanamkan karakter pada siswa. Karakterter sebut diselipkan dalam setiap kegiatan proses pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan dapat match dengan karakter yang ditanamkan oleh guru. Guru ikut serta berperan aktif dalam proses penanaman karakter yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas.
          Hasil penanaman karakter di kelas X SMA Brawijaya Smart School tidak hanya dilihat dari hasil angket yang diberikan pada siswa. Hasil tersebut didukung juga oleh hasil catatan observasi kelas yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil catatan observasi pelaksanaan pembelajaran geografi berbasis karakter oleh guru, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas X sebagian besar telah mendorong siswa untuk menanamkan kedelapan karakter geografi. Hal tersebut ditunjukkan mulai dari guru memulai pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, pemberian tugas, refleksi, dan kegiatan penutup.
          Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bermetode ceramah. Pembelajaran tersebut menggunakan media powerpoint dan LCD Projector. Guru telah melakukan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran namun untuk pembelajaran karakter yang relevan dengan pembelajaran geografi belum maksimal. Penanaman karakter toleransi, kreatif, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab sudah di lakukan guru dalam pembelajaran. Karakter cinta tanah air dan peduli lingkungan yang mengkaitkan lingkungan sekitar dan mengajak untuk menjaga kelestarian lingkungan menjadi kekurangan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian di kelas XI menunjukkan bahwa penanaman karakter pada pelajaran geografi berada pada tahap membudaya. Skor rerata penanaman karakter berada 84,38% (Tahap Autonomi) yang tergolong tinggi. Pada tahap tersebut, siswa mulai melaksanakan perilaku yang berada dalam indikator secara konsisten. Penanaman karakter sejak mereka kelas X, mulai berkembang dan meningkat.
            Observasi di kelas XI IS 1 dilakukan dengan dua kali tatap muka. Pembelajaran geografi cukup aktif dengan komunikasi verbal dua arah dan pemberian tugas sebagai penguatan materi maupun sebagai refleksi pembelajaran. Situasi kelas dan kekeluargaan terjalin baik, tugas pembelajaran dengan diskusi maupun pembentukan kelompok tugas bisa berjalan dengan baik. Pada proses pembelajaran banyak feedback dari siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi interaktif antara guru dan siswa.
            Siswa kelas XI memiliki prilaku dan sikap yang berkembang tidak hanya dalam kelas namun juga di kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan di luar jam kelas seperti organisasi OSIS dan ekstakurikuler lain dapat melatih siswa dalam sikap dan pengetahuan sosial, fisik dan lingkungan. Hal tersebut senada degan tiga fungsi utama pendidikan karakter yang berguna untuk pembentukan dan pengembagan potensi, perbaikan dan penguatan serta sebagai penyaring/filter dari nilai-nilai luar yang belum tentu cocok dengan budaya Indonesia (Depdiknas, 2010).
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas XI IS tidak jauh berbeda dengan kelas X. Pembelajaran geografi dilakukan dengan metode ceramah dengan bantuan LCD Projector. Pembelajaran materi dinamika penduduk guru menjelaskan materi dan latihan soal sebagai penguatan dan evaluasi. Penanaman karakter tentang cinta tanah air yang menunjukkan kepekaan fisik, sosial dan lingkungan belum terlihat. Karakter peduli lingkungan yang mengajak siswa untuk melestarikan atau menjaga lingkungan belum dilakukan oleh guru.
Penanaman karakter dalam mata pelajaran geografi yang ada di SMA Brawijaya Smart School Kota Malang telah melalui prinsip pengembangan pendidikan karakter. Marten (2005) mengatakan guru sudah menggunakan strategi pendidikan karakter apabila terdapat identifikasi nilai, pembelajaran nilai dan menerapkan nilai tersebut (Winarni, 2013). Berdasarkan observasi dan angket yang sudah dianalisis, pendidikan karakter sudah berprinsip berkelanjutan yang dilakukan dalam mata pelajaran geografi, dan nilai tersebut dikembangkan dalam proses belajar. Pembelajaran geografi di kelas dilakukan guru dengan menyenangkan dan membuat siswa aktif. Pendidikan karakter merupakan pendidikan sepanjang hayat, sebagai proses kearah manusia yang sempurna (Dharmawan, 2014). Penanaman pendidikan karakter di dalam kelas, diharapkan mengakar kuat dalam ingatan dan sikap siswa untuk manusia Indonesia yang berwawasan global dan berjati diri Pancasila.
PENUTUP
Kesimpulan
            Penanaman pendidikan karakter dalam geografi terdapat delapan karakter. Penanaman pendidikan karakter dalam pelajaran geografi di SMA Brawijaya Smart School Kota Malang mulai berkembang dan membudaya. Pada kelas X, siswa pada tahap berkembang dalam indikator pendidikan karakter dan pada kelas XI penanaman pendidikan karakter menunjukkan pada tahap yang membudaya. Peningkatan tersebut menyiratkan bahwa siswa selain belajar mata pelajaran geografi, pengembangan diri di kegiatan organisasi dan ekstra kurikuler pun turut berperan dalam penanaman karakter. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa di SMA Brawijaya Smart School telah berhasil untuk melaksanakan, mengembangkan, serta membudayakan karakter terkait dengan pembelajaran geografi.
Saran
            Pembelajaran yang dilakukan guru memiliki beberapa kekurangan. Siswa secara maksimal belum diajak untuk mengenal lingkungan sekitar. Penanaman karakter cinta tanah air dan peduli lingkungan masih belum maksimal. Kepekaan terhadap lingkungan, fisik dan sosial belum menyeluruh membudaya pada siswa. Bedasarkan hal tersebut, guru hendaknya memaksimalkan interaksi sosial maupun lingkungan kehidupan sehari-hari siswa sebagai stimulus dalam kegiatan proses belajar mengajar.
DAFTAR RUJUKAN

Agung, Leo. 2011. Character Education Integration in Social Studies. International Journal of History Education 12 (2): 392-403.

Barch, Jon C dkk. 2012. Leadership Education as Character Development: Best Practices from 21 Years of helping Graduates Live Purposeful Lives. Journal of Collage & Character 13(4): 1-12

Chao-Shun, Cheng dan Ro-Yu, Lee. 2007. Character Education dan Character-trait Development: An Enrichmnet fo Collage Students. Paper disajikan dalam Seminar Pendidikan Umum, Kao Yuan University, 25 Mei.

Dharmawan, Nyoman Sudra. 2014. Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Makalah disampaikan pada Pembinaan Pendidikan karakter PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah VIII.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jederal Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD.

DEPDIKNAS. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional. (PDF), Online diakses pada 12 Oktober 2015.

DEPDIKNAS. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. (PDF), (Online) diakses pada 10 Oktober 2015.

Hanafiah, Nanang dan Suhana Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hartono. 2015. Pedidikan Geografi di Era Global: Tinjauan Substantif di Era program Nawa Cita dan Isu Dunia. Makalah disajikan dalam Kuliah Tamu Geografi, Jurusan Geografi FIS UM, 3 September.

Kemendiknas. 2010. Kerangkan Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. (PDF E-book), (Online), diakses pada tanggal 1 November 2015.

Mulyasa, H. E. 2014. Pengembagan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Shobroh, Amanatus. 2013. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Pembentukan Kejujuran Siswa MTs Negeri Galur Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Stedje, Lauree Beth. 2010. Nuts and Bolts Character Education. Oklahoma: Characterfisrt.

Wardoyo, Sigit Mangun. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.

Winarni, Sri. 2013. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Perkuliahan. Jurnal Pendidikan Karakter 3(1) :95-136.

Winton, Sue.-. Character Education: Implications for Critical Democracy. International Critcal Childhood Policy Studies 1(1):42-63.




No comments:

Post a Comment