INSTRUMEN, UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1.
INSTRUMEN
PENELITIAN
Sebagian besar langkah-langkah dalam suatu proses penelitian dilakukan
dengan mengumpulkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mekanisme pengumpulan informasi penelitian dilakukan secara langsung dengan
berbagai cara yang antara lain melakukan teknik wawacara , survey, pengamatan,
maupun angket.
1.1 Kegunaan instrument penelitian antara lain :
a. Sebagai alat
pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
b. Sebagai alat untuk
mengorganisasi proses wawancara.
c. Sebagai alat
evaluasi performa pekerjaan staf peneliti.
1.2 Menentukan Instumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah segala
peralatan yang digunakan untuk memperoleh,
mengelola, dan menginteprasikan informasi dari para responden yang dilakukan
dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian di rancang untuk satu
tujuan dan tidak bias digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan setiap
objek penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri
instrument yang digunakan. Susunan instrument untuk setiap penelitian tidak
selalu sama dengan penelitian lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme kerja dalam setiap
teknik penelitian juga berbeda-beda.
Beberapa
jenis instrument dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tes.
Tes
adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
2.
Angket atau kuesioner.
Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia
ketahui.
3.
Interviu (interview).
Interviu
digunakan oleh peneliti unyuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari
data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian,
sikap terhadap sesuatu.
4.
Observasi.
Didalam
artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung,
abservasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman
suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati.
5. Skala
bertingkat (ratings).
Rating
atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat bersekala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini depat
dengan mudah menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan didalam orang
menjalankan tugas, yang menjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalm
menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel
skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6. Dokumentasi.
Dokumentasi,
dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan
sebagainya.
Penyusunan Instrumen Penelitian
Dalam setiap penelitian yang bersifat
empiric selalu dibutuhkan instrument penelitian yang terdiri dari daftar
kuesioner(pertanyaan), formulir tabulasi, dan formulir analisis. Ketiga macam
instrument penelitian tersebut harus dirancang dalam satu kesatuan sehingga
dalam proses penelitian dapat bekerja dalam satu arah terpadu. Diantara ketiga
penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan perhatian yang
lebih besardibanding jenis instrument lainnya. Mutu daftar kuesioner sangat
menentukan keberhasilan penelitian yang sedang di lakukan. Jenis instrument
lain, perancangan menyesuaikan dengan struktur daftar pertanyaan. Keterpaduan
semua aspek instrument penelitian diharapkan diharapkan dapat menghasilkan
suatu instrument yang baik dan memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Daftar kuesioner adalah serangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan informasi dari
responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan,
ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrument penelitian, maka
pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan
dicapaioleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis.
Dengan demikian daftar pertanyaan yang harus diajukan dengan taktis dan
stategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh responden.
Pertanyaan yang diajukan ileh responden
harus jelas rumusannya, sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat
dari responden. Sebab responden dan pewawancara dapat menginterpretasi makna
suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga isi pertanyaan
justru tidak dapat dijawab. Disamping itu harus pula diperhatikan kemana arah
yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu
daftar pertanyaan yang memadai.
Seorang peneliti dalam menyusun daftar
pertanyaan hendaknya memepertimbangkan hal-hal berikut :
1. Apakah
anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan keduanya.
2. Dalam
mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah inti/pokok dalam
penelitian anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap, sehingga
mampumengorek informasi yang dibutuhkan.
3. Pertanyaan
hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau setempat agar mudah
dipahami oleh responden.
4. Apabila
menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun jawaban
diidentifikasi dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan informasi.
5. Dalam
membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa anda bukanlah seorang
introgator, tetapi pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.
Proses
Perancangan Daftar Pertanyaan
Menyususun suatu
rancangan daftar pertanyaan sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota
team peneliti. Keterlibatan semua
anggota team peneliti akan memberikan konstribusu penyempurnaan
kontruksi instrument penelitian.
Berikut adalah langkah-langkah dalam
menyusun daftar pertanyaan:
1. Penentuan Informasi yang dibutuhkan
2. Penentuan proses pengumpulan data
3. Penyusunan instrument penelitian
4. Pengujian instrument penelitian
II.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN
Sebelum aksi penelitian dilakukan, mahasiswa perlu
membedakan kriteria tentang validitas dan reliabilitas hasil penelitian dengan
validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil penelitian yang valid dan reliabel
dengan instrumen yang valid dan reliabel, Sugiono, 2005, merupakan hasil
penelitian yang memiliki kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Misalnya saja warna dalam objek
yang berwarna merah, akan tetapi data yang terkumpul memberikan data berwarna
lain, maka hasil penelitiannya tidak valid. Sedangkan hasil penelitian yang
reliabel, diperoleh bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dalam kurun
waktu yang berbeda, ataupun pengukuran yang dilakukan secara berulang. Misalnya
warna dalam obyek beberapa waktu lalu berwarna merah, maka pada saat ini dan
besok tetap berwarna merah. Jika kita memperoleh data tentang jumlah mahasiswa
Fakultas Ekonomi dua hari yang lalu adalah 50 mahasiswa, maka jumlah mahasiswa
pada hari ini dan besok adalah sebanyak 50 mahasiswa, demikian seterusnya.
1. Reliabilitas Instrumen
Pengertian Reliabilitas, Sugiono 2005, adalah serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran
yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Kondisi itu
ditengarai dengan konsistensi hasil dari penggunaan alat ukur yang sama yang
dilakukan secara berulang dan memberikan hasil yang relatif sama dan tidak
melanggar kelaziman. Untuk pengukuran subjektif, penilaian yang dilakukan oleh
minimal dua orang bisa memberikan hasil yang relatif sama (reliabilitas antar
penilai). Pengertian Reliabilitas tidak sama dengan pengertian validitas.
Artinya pengukuran yang memiliki reliabilitas dapat mengukur secara konsisten,
tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
2. Pengukuran Reliabilitas
Sifat reliabilitas dari
sebuah instrumen berhubungan dengan sejauh mana kemampuan alat ukur itu
memberikan hasil yang konsisten dari satu even percobaan ke even percobaan
lainnya. Jika konsistensi pengukuran itu tidak kita peroleh dalam setiap
pengukuran, dapat dibayangkan bila pengukuran yang dilakukan dengan instrumen itu
memberikan hasil yang berbeda dari pengukuran satu ke pengukuran berikutnya.
Saat ini kita memperoleh hasil pengukuran berat badan seseorang adalah 70 kg.
Beberapa saat kemudian, meskipun dengan alat ukur yang sama kita memperoleh
hasil 73 kg. Demikian seterusnya, hasilnya tidak pernah konsisten. Data yang
kita peroleh tidak pernah konsisten dari waktu ke waktu. Pertanyaan yanag akan
muncul dari benak kita adalah hasil pengukuran mana yang kita gunakan?
Dalam kajian teoritis, reliabilitas adalah sejauh mana
pengukuran dari suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama
meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang
sama. Instrumen alat ukur dianggap bisa diandalkan apabila memberikan hasil
yang konsisten untuk pengukuran yang sama dan tidak bisa diandalkan bila
pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang itu memberikan hasil yang
relatif tidak sama. Pengujian reliabilitas instrumen untuk memperoleh hasil
yang reliabel bisa dilakukan dengan berbagai metode statistik.
Contoh lain adalah misalnya saja dalam sebuah kesempatan
kita ingin mengukur panjang dan lebar tiga (3) buah lapangan bola volley. Alat
yang digunakan dalam pengukuran itu adalah meteran dan jangkauan langkah.
Setelah dilakukan pengukuran, bisa dipastikan bahwa pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan meteran memperoleh hasil panjang dan lebar yang relatif sama
terhadap ketiga lapangan bola volley itu. Sedangkan pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan jangkauan langkah terhadap ketiga lapangan bola volley itu,
menghasilkan satuan ukur, yakni panjang dan lebar yang berbeda.
3. Validitas Instrumen
Fenomena kedua setelah mahasiswa menguji reliabilitas alat
ukur, pekerjaan berikutnya adalah bagaimana memperoleh instrumen yang memiliki
validitas, agar data yang diperoleh dari penyebaran instrumen itu benar-benar
valid. Dikatakan memiliki validitas adalah bila instrumen atau alat ukur yang
dibuat bisa dengan tepat mengukur objek yang akan diukur. Misalnya saja untuk
mengukur, panjang dan lebar lapangan bola volley agar sama dengan luas standar
lapangan internasional, maka sebaiknya kita menggunakan meteran. Karena meteran
adalah merupakan alat ukur yang valid dan sudah memiliki validitas. Selain
meteran, alat ukur untuk mengukur panjang dan lebar benda tidak lazim
digunakan. Dalam teori ada bermacam-macam validitas.
Menurut Ebel, dalam Moh. Nazir, 2003, Validitas dibagi
menjadi concurrent validity (validitas concuren), construct validity (validitas
konstruk), face validity (validitas rupa), factorial validity (validitas
faktorial), empirical validity (validitas empiris), intrinsic validity
(validitas intrinsik), dan predictive validity (validitas prediksi).
Sementara itu, Anastasi, 1973 dan Nunnally, 1979, dalam
Masri 2006, validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa
jenis, yakni validitas konstruk (construct validity), validitas isi (content
valitity), validitas prediktif (predictive validity), validitas eksternal
(external validity), dan validitas rupa (face validity). Selain itu ada
beberapa jenis validitas lain yang tidak dibicarakan, tetapi relatif penting
dilakukan bagi penelitian di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar
dan memiliki aneka ragam budaya. Validitas tersebut adalah validitas budaya
(cross-cultural validity).
Sedangkan menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara
pengujiannya, terdapat dua validitas, yakni validitas ekternal dan validitas
internal, selain itu validitas dikelompokkan menjadi beberapa kriteria, yakni,
validitas konstruk, validitas isi, dan validitas prediksi.
Pengertian concurrent
validity adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan (korelasi) antara skor
dalam item instrumen dengan kinerja, atau objek penelitian yang lain.
Construct validity atau validitas konstruk, adalah bila kita
mendefinisikan validitas sebagai kualitas psikologi apa yang diukur oleh sebuah
pengujian, serta menilainya dengan memperlihatkan bahwa konstrak tertentu yang
bisa diterangkan, dapat menyebabkan penampilan baik buruknya (performance)
dalam pengujian. Face validity atau validitas rupa yang berhubungan apa yang
kelihatan dalam mengukur sesuatu, tetapi bukan terhadap apa yang seharusnya
akan diukur.
Factorial validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi
antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau
ukuran-ukuran perilaku lainnya. Validitas ini biasanya diperoleh dengan
menggunakan teknik analisis faktor.
Empirical validity adalah validitas empiris yang berkaitan
dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria, dimana kriteria itu adalah
merupakan ukuran yang bebas dan langsung berhubungan dengan apa yang ingin
diramalkan oleh pengukuran.
Intrinsic validity adalah validitas yang berkaitan dengan
penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh fakta kuantitatif dan objektif untuk.
Teknik uji coba itu yang dilakukan untuk mendukung bahwa instrumen yang
digunakan sebagai alat ukur adalah benar-benar mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Predictive validity adalah validitas perkiraan yang
berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja atau
seseorang di masa mendatang berdasarkan pengukuran awal. Validitas prediksi
adalah validitas instrumen yang diharapkan bisa memiliki hubungan dengan hasil
yang diharapkan dari instrumen yang dibuat. Misalnya instrumen yang ditujukan
terhadap mahasiswa baru. Bila jawaban responden (mahasiswa baru) memiliki
hubungan dengan prestasi belajar mahasiswa ketika mengikuti kuliah mulai dari
semester awal sampai semester akhir, berarti instrumen itu memiliki validitas
prediksi yang tinggi. Sebaliknya jika instrumen yang dibuat dan ditujukan
terhadap mahasiswa baru itu tidak memilii bubungan dengan prestasi belajar
mahasiswa mulai dari semester awal hingga semester akhir, berarti instrumen itu
meiliki validitas prediksi yang rendah.
Content validity adalah validitas yang berkaitan dengan
baik atau buruknya sampel yang diambil dari populasi.
Curricular validity adalah validitas yang ditentukan oleh
bagaimana cara peneliti menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh
pengukuran yang dilakukan ituadalah merupakan alat ukur yang benar-benar
mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional. Masri, 2006, validitas
terbagi dalam beberapa kriteria antara lain, validitas konstruk, validitas isi,
dan validitas prediksi.
Validitas isi adalah validitas instrumen yang memiliki
kandungan isi butir-butir item pertanyaan yang dibuat sesuai dengan topik
penelitian dan bisa menggali jawaban responden sesuai dengan permasalahan yang
sudah dirumuskan oleh peneliti.
Validitas konstruk adalah validitas yang berkenaan dengan
kualitas dalam aspek psikologis tentang apa yang diukur oleh suatu pengukuran
serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu itu bisa menyebabkan
kinerja dan hasil yang baik dalam pengukuran. Validitas prediksi adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur yang sudah
dilakukan pada periode awal terhadap seseorang dengan kinerja seseorang pada
waktu yang akan datang. Validitas ini biasanya dilakuklan ketika adavrekruitmen
siswa atau pegawai lembaga tertentu.
No comments:
Post a Comment