KAJIAN PUSTAKA, ASUMSI dan HIPOTESIS
A. Latar Belakang
Peranan kajian pustaka
dalam penelitian adalah untuk menyusun hipotesis. Di samping itu kajian pustaka
juga diperlukan oleh peneliti untuk menemukan permasalahan penelitian yang
tertera secara jelas di setiap historical background atau dalam latar belakang
masalah. Bahkan bila peneliti betul-betul teliti dan cermat maka kerangka teori
serta arah perkembangan penelitian pendidikan mutakhir pun dapat digali dari
kajian pustaka.
B. Kajian
Pustaka
1. Pengertian dan Pentingnya Kajian
Pustaka
Penelitian merupakan
proses mencari pemecahan masalah melalui prosedur ilmiah. Tahap-tahap yang
harus dilalui menurut prosedur ilmiah bukan hanya dilkukan di laboratorium saja
tetapi juga di kancah termasuk untuk bidang pendidikan. Guru di dalam
menghadapi masalah dengan muridnya, juga dapat menerapkan metode ilmiah.
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
a. Menghadapi
masalah yang perlu dipecahkan.
b. Membatasi
dan merumuskan masalah dalam bentuk yang spesifik dan dapat dikenali dengan
jelas.
c. Mengembangkan
hipotesis (dugaan) pemecahan masalah.
d. Mengembangkan
teknik dan instrumen untuk mengumpulkan data yang mengarah pada pembuktian
hipotesis.
e. Mengumpulkan
data.
f. Menganalisis
data.
g. Menarik
kesimpulan dari data yang tersedia menuju pada informasi tentang terbukti ada
tidaknya hipotesis.
Kegiatan penelitian selalu bertitik tolak dari
pengetahuan yang sudah ada. Pada semua ilmu pengetahuan, ilmuwan selalu memulai
penelitiannya dengan cara menggali apa-apa yang sudah diketemukan oleh
ahli-ahli lain dan memanfaatkan penemuan-penemuan tersebut untuk kepentingan
penelitiannya. Hasil penelitian yang sudah berhasil memperkaya khasanah
pengetahuan yang ada biasanya dilaporkan dalam bentuk jurnal-jurnal penelitian.
Ketika peneliti mulai membuat rencana penelitian ia tidak bisa menghindar dan
harus mempelajari penemuan-penemuan tersebut dengan mendalami, mencermati,
menelaah, dan mengidentifikasi hal-hal yang telah ada untuk mengetahui apa yang
ada dan yang belum ada. Kegiatan itu biasa dikenal dengan istilah: mengkaji
bahan pustaka atau hanya disingkat dengan kajian pustaka atau telaah pustaka.
Dengan
melakukan kaji literatur peneliti akan memperoleh beberapa manfaat antara lain:
a) Peneliti
akan mengetahui dengan pasti apakah permasalahan yang dipilih untuk memecahkan
melalui penelitian betul-betul belum pernah diteliti oleh orang-orang
terdahulu.
b) Dengan
mengadakan kajian literatur peneliti dapat mengetahui masalah-masalah lain yang
mungkin ternyata lebih menarik dibandingkan dengan masalah yang telah dipilih
terdahulu.
c) Dengan
mengetahui banyak hal yang tercantum di dalam literatur (dan ini merupakan yang
terpenting bagi pelaksanaan penelitiannya), peneliti akan dapat lancar dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
d) Keharusan
peneliti mengacu pada pengetahuan, dalil, konsep atau ketentuan yang sudah ada
maka kedudukan peneliti sebagai ilmuwan menjadi mantap, kokoh, tegar, karena
dalam kegiatannya tersebut ia telah bekerja dengan baik, menggunakan
aturan-aturan akademik yang berlaku. Dalam segala tindakannya, seorang ilmuwan
seorang ilmuwan harus berani membuka diri untuk mengemukakan apa yang ia
lakukan terhadap ilmu, bertindak jujur, dan sanggup mengakui kelebihan orang
lain.
2. Pra-Persiapan Penelitian yang
Memerlukan Kajian Pustaka
2.1 Pemilihan
Permasalahan dan Judul Penelitian
Judul penelitian
merupakan sesuatu yang pokok dalam suatu kegiatan penelitian. Di samping judul,
problematika penelitian lebih penting dan menentukan judul itu sendiri.
Problematika peneliti merupakan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabnya
melalui kegiatan penelitian itu. Untuk memperoleh problematika yang tepat,
sebaiknya peneliti mencoba mengidentifikasikan semua problematika yang mungkin.
Kemudian baru dipertimbangkan problematika mana yang menurut berbagai hal
memang cocok untuk penelitian yang bersangkutan.
Unsur-unsur yang harus
dipertimbangkan di dalam merumuskan judul penelitian antara lain: sifat studi
atau pendekatan penelitian, variabel pokok, subjek penelitian, lokasi tempat
penelitian berlangsung dan kurun waktu ketika penelitian dilaksanakan, juga
jenis studi (populasi atau kasus) dapat juga dicantumkan dalam judul. Pemilihan
problematika dan judul penelitian harus dilkukan secara hati-hati agar
keinginan (calon) peneliti dapat terlaksana. Problematika dan judul tersebut
harus sesuai dengan dengan bidang keahlian, minat serta kemampuan peneliti dan
dapat dilaksanakan karena bebas atau minim dari kendala, baik yang datang dari
diri (calon) peneliti maupun dari luar. Untuk dapat dengan jujur dan berhenti
terbuka dalam menentukan penting tidaknya permasalahan, peneliti dapat mencoba
mengajukan pertanyaan tentang kemanfaatannya dan kepada siapa informasi tentang
hasil tersebut dapat disarankan.
2.2 Penyusunan Latar Belakang
Masalah
Adapun penyusunan latar belakang
masalah sebagai berikut:
a. Untuk
dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa permasalahan yang sudah ditentukan
memang merupakan permasalahan yang memenuhi kriteria pemilihan permasalahan
atau judul penelitian, (calon) peneliti seyogyanya menguasai permasalahan
mencari sumber-sumber yang berupa surat-surat keputusan, pedoman, laporan
kegiatan, dan sebagainya.
b. Untuk
memperbanyak pengetahuan agar dapat melakukan identifikasi masalah
sebanyak-banyaknya, (calon) peneliti harus banyak membaca buku-buku teori dan
laporan hasil penelitian sebelumnya.
c. Untuk
memperbanyak bahan dukungan bagi (calon) peneliti agar dapat memilih dan
merumuskan hipotesis dengan tepat, maka ia harus banyak mengkaji bahan-bahan
yang mengandung teori serta jurnal-jurnal yang memuat hasil laporan penelitian.
2.3 Penyusunan Metode
Penelitian
Metodologi penelitian
merupakan bagian pokok dalam program penelitian yang di dalamnya tercermin
metode-metode apa yang akan digunakan oleh (calon) peneliti mengenai pemilihan
subjek penelitian (penentuan poulasi dan sampel), teknik sampling, pemilihan
instrumen pengumpul data dan pemilihan teknik analisis data. Ada dua bagian
uraian metodologi penelitian yaitu:
a) Metodologi penelitian dalam proposal
penelitian
b) Metodologi penelitian dalam laporan
hasil penelitian
3. Cara-cara
Mengkaji Bahan Pustaka
Agar uraian tentang
cara mengkaji bahan pustaka berurutan dan mudah dipahami, terlebih dahulu dikemukakan
berbagai jenis sumber bahan pustaka, cara-cara mengkaji dan mengumpulkan hasil
kajian, disusul dengan cara menuangkannya dalam tulisan.
3.1 Jenis Sumber Bahan Pustaka
a. Klasifikasi menurut bentuk dibedakan atas:
1) Sumber
tertulis (printed materials yang biasanya disebut: dokumen): antara lain buku
harian, surat kabar, majalah, buku notulen rapat, buku inventaris, ijazah,
buku-buku pengetahuan, surat-surat keputusan dan lain-lain yang secara umum
dapat dibedakan atas bahan-bahan yang ditulis tangan dan yang dicetak atau
diterbitkan oleh penerbit, baik yang dipublikasikan secara umum maupun tidak.
2) Sumber
bahan yang tidak tertulis (non printed materials): adalah segala bentuk sumber
bukan tulisan antara lain rekaman suara, benda-benda hasil peningalan purbakala
(relief, manuskrip, prasasti dan sebagainya) film, slide, dan lain-lainnya.
b. Klasifikasi menurut isi dibedakan atas:
1) Sumber
Primer adalah sumber bahan atau dokumen yang dikemukakan atau digambarkan
sendiri oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan
tersebut berlangsung, sehingga mereka dapat dijadikan saksi. Dalam penelitian
historis, kedudukan sumber primer sangat utama karena dari sumber primer inilah
keaslian dan kemurnian isi sumber bahan lebih dapat dipercaya dibandingkan
dengan sumber sekunder.
2) Sumber
Sekunder adalah sumber bahan kajian yang digambarkan oleh bukan orang yang yang
ikut mengalami atau yang hadir pada waktu kejadian berlangsung.
3.2 Cara Mengkaji dan Mengumpulkan
Hasil Kajian
Untuk mengakaji sumber pustaka sebaiknya
peneliti menggunakan kartu bibliografi yang selalu disiapkan setiap saat.
3.3 Cara Menuliskan Hasil Kajian
a. Cara Menuangkan Hasil Kajian
Sebelum menuangkan
hasil kajian dalam bentuk narasi yang serasi, terlebih dahulu akan dikemukakan
uraian sekedarnya tentang kerangka teori dan kerangka berfikirnya.Kerangka
Teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok
masalah yang ada dalam penelitiannya.Kerangka Berpikir adalah bagian teori dari
penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan
hipotesis. Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan
penjelasan kepada orang lain mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang
diungkapkan dalam hipotesis. Penulisan kerangka berpikir harus didasarkan atas
pendapat para ahli dan hasil-hasil penelitian yang mendahuluinya.
b. Cara Mempertanggungjawabkan Pengambilan
Kutipan
Peneliti dibenarkan
mengutip hasil karya terdahulu sepanjang dengan jujur menyebutkan dalam daftar
pustaka maupun dalam teks proposal dan teks uraian laporan penelitiannya. Jika
aturan tata tertib yang ada sudah diikuti, maka mereka tidak dikatakan sebagai
plagiat. Cara peneliti mempertanggungjawabkan pengutipannya itu dilakukan dua
kali, yaitu pada halaman dimana terdapat kutipan tersebut dan pada daftar
kepustakaan.
4. Sumber Kajian Pustaka
Secara garis besar, materi kepustakaan
dapat dibagi atas sumber acuan primer dan sumber acuan sekunder. Yang termasuk
sumber acuan primer, antara lain: jurnal, skripsi, tesis, disertasi, bulletin
dsb. Sedangkan sumber acuan sekunder terdiri atas: text book, encyclopedia,
monograph, hasil review dan sebagainya. Berhubung sifatnya yang lebih baku sering
pula disebut “sumber pustaka baku”. Sifatnya lebih permanen, maka pada umumnya
memiliki waktu, masa usia terbit yang lebih lama. Dampaknya teori-teori yang
ada di dalamnya telah terpaut beberapa tahun dengan penelitian yang tengah
dilakukan.
5. Peranan Pustaka
dalam Penelitian
Dalam
penelitian peranan pustaka tidak dapat disangkal lagi terutama sebelum peneliti
menemukan atau menetapkan permasalahan yang akan menjadi objek penelitian. Oleh
karena itu peranan pustaka:
1) Peranan
pustaka dalam penelitian sebelum menemukan masalah, yaitu di mana masalah yang
baik akan ditemui atau didapatkan oleh peneliti lewat kajian pustaka yang harus
dilakukan oleh peneliti secara tekun, disamping peneliti mengadakan observasi
ke objek penelitian.
2) Peranan
pustaka dalam merancang bangun penelitian, yaitu sebelum bangun penelitian
diselesaikan, sebaiknya peneliti pengkaji ulang secara mendalam penelitian
tersebut melalui:
- Berbagai sumber acuan sekunder yang sangat
berkaitan dengan permasalahan penelitian.
- Mengkaji secara teliti pada sumber acuan
primer.
- Peranan pustaka dalam merumuskan hipotesis
penelitian. Dalam hal ini sebaiknya peneliti mengkaji ulang sebelum hipotesis
penelitian dibakukan dengan mengkaji kembali berbagai teori, konsep, model,
paradigma yang betul-betul yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian.
- Peranan pustaka dalam melakukan interpretasi
hasil, yakni setelah data dianalisis, sebelum didiskusikan dalam bagian atau
sub bab diskusi hasil. Dalam hal ini peneliti harus mempersiapkan acuannya guna
menguji konsep, konstruk, teori maupun paradigma yang terkait dengan
permasalahan yang sedang diteliti.
C. Asumsi
Asumsi dalam kamus
ilmiah populer mempunyai arti praduga, anggapan sementara (yang kenbenarannya
masih perlu dibuktikan). Dalam penelitian kita diharuskan untuk menyusun
asumsi. Hal ini sebagai stimulus, agar kita mencari pembuktiaan sebuah
kebenaran ilmiah. Dalam menyusun asumsi ini kita tidak boleh sembarangan, akan
tetapi kita harus melihat konteks atau objek yang kita teliti.
Dalam beberapa tesis
atau disertasi, ada bagian khusus yang memuat asumsi yang digunakan.
Asumsi-asumsi tersebut dikemukakan satu per satu. Pada tesis yang lain para
peneliti tidak menempatkannya pada bagian khusus karena asumsi tersebut telah
dimasukkan pada bagian pendahuluan laporan. Asumsi adalah kenyataan penting
yang dianggap benar tetapi belum terbukti kebenaran. Suatu kejadian atau
situasi yang dianggap benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan. Ini tidak
sama dengan hipotesis, karena asumsi tidak memerlukan pengujian atau
pembuktian.
Asumsi berarti dugaan
yang diterima sebagai dasar; landasar berpikir karena dianggap benar. Sedangkan
mengasumsikan berarti menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan.
Asumsi adalah sebagai dasar dari suatu penelitian. Sebab sebuah penelitian
berangkat dari asumsi. Dalam penelitian asumsi merupakan perekat (lem) atau
adonan. Dikatakan perekat atau adonan karena asumsi menjadi perekat antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Asumsi dapat kita gunakan membangun suatu
konstruksi bangunan penelitian yang besar. seperti menyusun batu-batu. Asumsi
bisa dengan sebab akibat, tetapi bisa juga tentang suatu masalah. Asumsi juga
merupakan hal penting dalam menentukan paradigma penelitian. Asumsi juga
berguna untuk menafsirkan kesimpulan kita.
Contoh:
a. Bahwa
perubahan-perubahan kurikulum hanyalah menambah kebingungan bagi guru dan
peserta didik.
b. Bahwa
persaingan penerimaan siswa baru antar SMU tidak sejalan dengan tujuan
pendidikan yang sebenarnya.
c. Bahwa
pendidikan di Indonesia belum memenuhi kriteria pemerataan kualitas pendidikan
antara di kota dan di desa.
d. Bahwa
kurikulum membatasi kreatifitas guru dalam mengembangkan anak didik.
e. Bahwa
krisis global kedua akan berpengaruh terhadap omset para pengusaha di seluruh
Indonesia.
D. Hipotesis
1. Pengertian
Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap masalah yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
2. Kegunaan
Hipotesis
a. Hipotesis
memeberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b. Hipotesis
memberikan suatu pernyataan hubungan yang dapat diuji langsung dalam
penelitian.
c. Hipotesis
memberikan arah kepada penelitian
d. Hipotesis
memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan hasil penyidikan.
3. Cara
Memperoleh Hipotesis
Penyidikan bisa berasal dari
masalah-masalah praktis, dari situasi tingkah laku yang diamati, dari
penelitian yang sebelumnya atau dari teori-teori.
a. Hipotesis
Induktif, yakni peneliti dalam merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi
dari hubungan-hubungan yang diamati.
b. Hipotesis
Deduktif, yaitu Hipotesis yang dirumuskan berasal dari teori-teori.
4. Ciri-ciri
Hipotesis yang Baik
Dalam merumuskan hipotesis, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Hipotesis
hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan.
b. Hipotesis
hendaknya manyatakan hubungan atau perbedaan antara dua atau lebih variabel.
c. Hipotesis
hendaknya dapat diuji.
d. Hipotesis
harus mempunyai daya pembeda.
e. Hipotesis
hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
5. Jenis Hipotesis
Dalam bidang penelitian
kuantitatif, Hipotesis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Hipotesis
kerja/hipotesis alternatif, hipotesis ini menyatakan adanya hubungan atau
perbedaan antara variabel yang satu dengan variabel lain.
b. Hipotesis
nol/hipotesis nihil, hipotesis nol ini sering juga dengan hipotesis statistik
karena harus dilakukan melalui pengujian statistik.
E. Penutup
Berdasarkan uraian
singkat tentang bagaimana menentukan kajian pustaka, asumsi, dan hipotesis
dalam sebuah penelitian, diharapkan para peneliti tidak bingung dan tabu
terhadap (calon) penelitian. Banyaknya kesenjangan yang sering ditemukan antara
apa yang telah diajarkan dengan apa yang diterapkan di berbagai bidang keilmuan
merupakan sumber masalah penelitian yang bagus. Semoga penjelasan tentang
kajian pustaka, asumsi, dan hipotesis ini bisa membuka pemahaman dan
menciptakan jiwa peneliti pada diri kita sebagai akademisi.
F. Daftar
Pustaka
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
No comments:
Post a Comment