Friday, June 10, 2016

KAJIAN PUSTAKA, ASUMSI dan HIPOTESIS





KAJIAN PUSTAKA, ASUMSI dan HIPOTESIS





A.        Latar Belakang
Peranan kajian pustaka dalam penelitian adalah untuk menyusun hipotesis. Di samping itu kajian pustaka juga diperlukan oleh peneliti untuk menemukan permasalahan penelitian yang tertera secara jelas di setiap historical background atau dalam latar belakang masalah. Bahkan bila peneliti betul-betul teliti dan cermat maka kerangka teori serta arah perkembangan penelitian pendidikan mutakhir pun dapat digali dari kajian pustaka. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwKore2AAjL8RTfba2Tfi4OG2jKVNj_aXAYRbfz2U6Ro5EPSCEDfSIr7KBGXx_ID1m6syMgSgN0sC-l8u0_xYFQoayPdXieUSqStQ97AV9clBK6T61K0NnQ9vpvVqNh1eETj7eqBjhvHE/s1600/logo+kajianpustaka.png
B.        Kajian Pustaka
1.         Pengertian dan Pentingnya Kajian Pustaka
Penelitian merupakan proses mencari pemecahan masalah melalui prosedur ilmiah. Tahap-tahap yang harus dilalui menurut prosedur ilmiah bukan hanya dilkukan di laboratorium saja tetapi juga di kancah termasuk untuk bidang pendidikan. Guru di dalam menghadapi masalah dengan muridnya, juga dapat menerapkan metode ilmiah.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Menghadapi masalah yang perlu dipecahkan.
b.       Membatasi dan merumuskan masalah dalam bentuk yang spesifik dan dapat dikenali dengan jelas.
c.       Mengembangkan hipotesis (dugaan) pemecahan masalah.
d.      Mengembangkan teknik dan instrumen untuk mengumpulkan data yang mengarah pada pembuktian hipotesis.
e.       Mengumpulkan data.
f.       Menganalisis data.
g.       Menarik kesimpulan dari data yang tersedia menuju pada informasi tentang terbukti ada tidaknya hipotesis.
Kegiatan penelitian selalu bertitik tolak dari pengetahuan yang sudah ada. Pada semua ilmu pengetahuan, ilmuwan selalu memulai penelitiannya dengan cara menggali apa-apa yang sudah diketemukan oleh ahli-ahli lain dan memanfaatkan penemuan-penemuan tersebut untuk kepentingan penelitiannya. Hasil penelitian yang sudah berhasil memperkaya khasanah pengetahuan yang ada biasanya dilaporkan dalam bentuk jurnal-jurnal penelitian. Ketika peneliti mulai membuat rencana penelitian ia tidak bisa menghindar dan harus mempelajari penemuan-penemuan tersebut dengan mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi hal-hal yang telah ada untuk mengetahui apa yang ada dan yang belum ada. Kegiatan itu biasa dikenal dengan istilah: mengkaji bahan pustaka atau hanya disingkat dengan kajian pustaka atau telaah pustaka.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDeV94vX-_oSxBS3aMoT6aRI_G1UN_CArrkkNq2zOMFtAoJZJ9Zu7aKDiRcfrAUbuGV3MxRTU08KDzZ_dAey7ybGzqtNwxZJH2KpcKWY4FgLSniz6SN7S31fTviKP2js7OmwFqCpJLJCc/s1600/Pengertian+dan+Teknik+Menyususn+Kajian+Pustaka.jpg
Dengan melakukan kaji literatur peneliti akan memperoleh beberapa manfaat antara lain:
a)    Peneliti akan mengetahui dengan pasti apakah permasalahan yang dipilih untuk memecahkan melalui penelitian betul-betul belum pernah diteliti oleh orang-orang terdahulu.
b)    Dengan mengadakan kajian literatur peneliti dapat mengetahui masalah-masalah lain yang mungkin ternyata lebih menarik dibandingkan dengan masalah yang telah dipilih terdahulu.
c)    Dengan mengetahui banyak hal yang tercantum di dalam literatur (dan ini merupakan yang terpenting bagi pelaksanaan penelitiannya), peneliti akan dapat lancar dalam menyelesaikan pekerjaannya.
d)    Keharusan peneliti mengacu pada pengetahuan, dalil, konsep atau ketentuan yang sudah ada maka kedudukan peneliti sebagai ilmuwan menjadi mantap, kokoh, tegar, karena dalam kegiatannya tersebut ia telah bekerja dengan baik, menggunakan aturan-aturan akademik yang berlaku. Dalam segala tindakannya, seorang ilmuwan seorang ilmuwan harus berani membuka diri untuk mengemukakan apa yang ia lakukan terhadap ilmu, bertindak jujur, dan sanggup mengakui kelebihan orang lain. 

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRqpqKX5JgDsVoK1QHoi-rVYcznZicO_hmQw9tDsXzeF1QvGOHyKEH68SVQ8dm502oi9ay2WiqtHYDiWmI-TKcu9WiUOyjSEWSUIAwVT5wfQvmqkIWmr7nSlRbhipWGMUArB7UCfZr2G0/s1600/kajian+pustaka.jpg

2.         Pra-Persiapan Penelitian yang Memerlukan Kajian Pustaka
2.1 Pemilihan Permasalahan dan Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan sesuatu yang pokok dalam suatu kegiatan penelitian. Di samping judul, problematika penelitian lebih penting dan menentukan judul itu sendiri. Problematika peneliti merupakan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabnya melalui kegiatan penelitian itu. Untuk memperoleh problematika yang tepat, sebaiknya peneliti mencoba mengidentifikasikan semua problematika yang mungkin. Kemudian baru dipertimbangkan problematika mana yang menurut berbagai hal memang cocok untuk penelitian yang bersangkutan.
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan di dalam merumuskan judul penelitian antara lain: sifat studi atau pendekatan penelitian, variabel pokok, subjek penelitian, lokasi tempat penelitian berlangsung dan kurun waktu ketika penelitian dilaksanakan, juga jenis studi (populasi atau kasus) dapat juga dicantumkan dalam judul. Pemilihan problematika dan judul penelitian harus dilkukan secara hati-hati agar keinginan (calon) peneliti dapat terlaksana. Problematika dan judul tersebut harus sesuai dengan dengan bidang keahlian, minat serta kemampuan peneliti dan dapat dilaksanakan karena bebas atau minim dari kendala, baik yang datang dari diri (calon) peneliti maupun dari luar. Untuk dapat dengan jujur dan berhenti terbuka dalam menentukan penting tidaknya permasalahan, peneliti dapat mencoba mengajukan pertanyaan tentang kemanfaatannya dan kepada siapa informasi tentang hasil tersebut dapat disarankan.
2.2 Penyusunan Latar Belakang Masalah
            Adapun penyusunan latar belakang masalah sebagai berikut:
a.    Untuk dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa permasalahan yang sudah ditentukan memang merupakan permasalahan yang memenuhi kriteria pemilihan permasalahan atau judul penelitian, (calon) peneliti seyogyanya menguasai permasalahan mencari sumber-sumber yang berupa surat-surat keputusan, pedoman, laporan kegiatan, dan sebagainya.
b.    Untuk memperbanyak pengetahuan agar dapat melakukan identifikasi masalah sebanyak-banyaknya, (calon) peneliti harus banyak membaca buku-buku teori dan laporan hasil penelitian sebelumnya.
c.    Untuk memperbanyak bahan dukungan bagi (calon) peneliti agar dapat memilih dan merumuskan hipotesis dengan tepat, maka ia harus banyak mengkaji bahan-bahan yang mengandung teori serta jurnal-jurnal yang memuat hasil laporan penelitian.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiz_jdI32loOIB_54KrMb8e2wL34xZOpMBij32E8eIo3sbDI7jtMKV6CaSSPEqxUeTQwf4cnOFfW9dNXoMvq5Zl2pYLumuy2fnX-22_DUM6J41dh3rHqv8ny47v6svg_jVPefQPLQnOic/s1600/zahiraya.jpg

2.3 Penyusunan Metode Penelitian
            Metodologi penelitian merupakan bagian pokok dalam program penelitian yang di dalamnya tercermin metode-metode apa yang akan digunakan oleh (calon) peneliti mengenai pemilihan subjek penelitian (penentuan poulasi dan sampel), teknik sampling, pemilihan instrumen pengumpul data dan pemilihan teknik analisis data. Ada dua bagian uraian metodologi penelitian yaitu:
a)         Metodologi penelitian dalam proposal penelitian
b)         Metodologi penelitian dalam laporan hasil penelitian
3.         Cara-cara Mengkaji Bahan Pustaka
Agar uraian tentang cara mengkaji bahan pustaka berurutan dan mudah dipahami, terlebih dahulu dikemukakan berbagai jenis sumber bahan pustaka, cara-cara mengkaji dan mengumpulkan hasil kajian, disusul dengan cara menuangkannya dalam tulisan.
3.1 Jenis Sumber Bahan Pustaka
a.         Klasifikasi menurut bentuk dibedakan atas:
1)      Sumber tertulis (printed materials yang biasanya disebut: dokumen): antara lain buku harian, surat kabar, majalah, buku notulen rapat, buku inventaris, ijazah, buku-buku pengetahuan, surat-surat keputusan dan lain-lain yang secara umum dapat dibedakan atas bahan-bahan yang ditulis tangan dan yang dicetak atau diterbitkan oleh penerbit, baik yang dipublikasikan secara umum maupun tidak.
2)      Sumber bahan yang tidak tertulis (non printed materials): adalah segala bentuk sumber bukan tulisan antara lain rekaman suara, benda-benda hasil peningalan purbakala (relief, manuskrip, prasasti dan sebagainya) film, slide, dan lain-lainnya.
b.         Klasifikasi menurut isi dibedakan atas:
1)      Sumber Primer adalah sumber bahan atau dokumen yang dikemukakan atau digambarkan sendiri oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan tersebut berlangsung, sehingga mereka dapat dijadikan saksi. Dalam penelitian historis, kedudukan sumber primer sangat utama karena dari sumber primer inilah keaslian dan kemurnian isi sumber bahan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan sumber sekunder.
2)      Sumber Sekunder adalah sumber bahan kajian yang digambarkan oleh bukan orang yang yang ikut mengalami atau yang hadir pada waktu kejadian berlangsung.
3.2 Cara Mengkaji dan Mengumpulkan Hasil Kajian
Untuk mengakaji sumber pustaka sebaiknya peneliti menggunakan kartu bibliografi yang selalu disiapkan setiap saat.

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR7ejk6m84VXaO_VzB6UmxnBPKGFyo_UIy-DXHEx5k1I-5s-MOigA
3.3 Cara Menuliskan Hasil Kajian
a.  Cara Menuangkan Hasil Kajian
Sebelum menuangkan hasil kajian dalam bentuk narasi yang serasi, terlebih dahulu akan dikemukakan uraian sekedarnya tentang kerangka teori dan kerangka berfikirnya.Kerangka Teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya.Kerangka Berpikir adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang diungkapkan dalam hipotesis. Penulisan kerangka berpikir harus didasarkan atas pendapat para ahli dan hasil-hasil penelitian yang mendahuluinya.
b.  Cara Mempertanggungjawabkan Pengambilan Kutipan
Peneliti dibenarkan mengutip hasil karya terdahulu sepanjang dengan jujur menyebutkan dalam daftar pustaka maupun dalam teks proposal dan teks uraian laporan penelitiannya. Jika aturan tata tertib yang ada sudah diikuti, maka mereka tidak dikatakan sebagai plagiat. Cara peneliti mempertanggungjawabkan pengutipannya itu dilakukan dua kali, yaitu pada halaman dimana terdapat kutipan tersebut dan pada daftar kepustakaan.
4.         Sumber Kajian Pustaka
Secara garis besar, materi kepustakaan dapat dibagi atas sumber acuan primer dan sumber acuan sekunder. Yang termasuk sumber acuan primer, antara lain: jurnal, skripsi, tesis, disertasi, bulletin dsb. Sedangkan sumber acuan sekunder terdiri atas: text book, encyclopedia, monograph, hasil review dan sebagainya. Berhubung sifatnya yang lebih baku sering pula disebut “sumber pustaka baku”. Sifatnya lebih permanen, maka pada umumnya memiliki waktu, masa usia terbit yang lebih lama. Dampaknya teori-teori yang ada di dalamnya telah terpaut beberapa tahun dengan penelitian yang tengah dilakukan.
5. Peranan Pustaka dalam Penelitian
Dalam penelitian peranan pustaka tidak dapat disangkal lagi terutama sebelum peneliti menemukan atau menetapkan permasalahan yang akan menjadi objek penelitian. Oleh karena itu peranan pustaka:
1)    Peranan pustaka dalam penelitian sebelum menemukan masalah, yaitu di mana masalah yang baik akan ditemui atau didapatkan oleh peneliti lewat kajian pustaka yang harus dilakukan oleh peneliti secara tekun, disamping peneliti mengadakan observasi ke objek penelitian.
2)    Peranan pustaka dalam merancang bangun penelitian, yaitu sebelum bangun penelitian diselesaikan, sebaiknya peneliti pengkaji ulang secara mendalam penelitian tersebut melalui:
-    Berbagai sumber acuan sekunder yang sangat berkaitan dengan permasalahan penelitian.
-    Mengkaji secara teliti pada sumber acuan primer.
-    Peranan pustaka dalam merumuskan hipotesis penelitian. Dalam hal ini sebaiknya peneliti mengkaji ulang sebelum hipotesis penelitian dibakukan dengan mengkaji kembali berbagai teori, konsep, model, paradigma yang betul-betul yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian.
-    Peranan pustaka dalam melakukan interpretasi hasil, yakni setelah data dianalisis, sebelum didiskusikan dalam bagian atau sub bab diskusi hasil. Dalam hal ini peneliti harus mempersiapkan acuannya guna menguji konsep, konstruk, teori maupun paradigma yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti. 

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRgr_x33Gz0xGbMEwJLA62DeWIfgEZSaY4HHY0TpYZMguD6sBbk
C.        Asumsi
Asumsi dalam kamus ilmiah populer mempunyai arti praduga, anggapan sementara (yang kenbenarannya masih perlu dibuktikan). Dalam penelitian kita diharuskan untuk menyusun asumsi. Hal ini sebagai stimulus, agar kita mencari pembuktiaan sebuah kebenaran ilmiah. Dalam menyusun asumsi ini kita tidak boleh sembarangan, akan tetapi kita harus melihat konteks atau objek yang kita teliti.
Dalam beberapa tesis atau disertasi, ada bagian khusus yang memuat asumsi yang digunakan. Asumsi-asumsi tersebut dikemukakan satu per satu. Pada tesis yang lain para peneliti tidak menempatkannya pada bagian khusus karena asumsi tersebut telah dimasukkan pada bagian pendahuluan laporan. Asumsi adalah kenyataan penting yang dianggap benar tetapi belum terbukti kebenaran. Suatu kejadian atau situasi yang dianggap benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan. Ini tidak sama dengan hipotesis, karena asumsi tidak memerlukan pengujian atau pembuktian.
Asumsi berarti dugaan yang diterima sebagai dasar; landasar berpikir karena dianggap benar. Sedangkan mengasumsikan berarti menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan. Asumsi adalah sebagai dasar dari suatu penelitian. Sebab sebuah penelitian berangkat dari asumsi. Dalam penelitian asumsi merupakan perekat (lem) atau adonan. Dikatakan perekat atau adonan karena asumsi menjadi perekat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Asumsi dapat kita gunakan membangun suatu konstruksi bangunan penelitian yang besar. seperti menyusun batu-batu. Asumsi bisa dengan sebab akibat, tetapi bisa juga tentang suatu masalah. Asumsi juga merupakan hal penting dalam menentukan paradigma penelitian. Asumsi juga berguna untuk menafsirkan kesimpulan kita.
Contoh:
a.       Bahwa perubahan-perubahan kurikulum hanyalah menambah kebingungan bagi guru dan peserta didik.
b.       Bahwa persaingan penerimaan siswa baru antar SMU tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
c.       Bahwa pendidikan di Indonesia belum memenuhi kriteria pemerataan kualitas pendidikan antara di kota dan di desa.
d.      Bahwa kurikulum membatasi kreatifitas guru dalam mengembangkan anak didik.
e.       Bahwa krisis global kedua akan berpengaruh terhadap omset para pengusaha di seluruh Indonesia.

http://men-id.com/wp-content/uploads/2013/02/assumptions_01.jpg
D.        Hipotesis
1.         Pengertian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwRDi7Ymz4SMurZeIFfmZ6QGorifPT1R2CL7Xd11sbGL34bAZuaiypaa0B9qxbfs8YfniJmidxNnGtHEkX19JB_Q9EagXpI00wB6YdXR1sy6_YMrP0iGK2VXUR7m7SD_wQqsHp7UXlVps/s1600/hipotesis.jpg
2.         Kegunaan Hipotesis
a.    Hipotesis memeberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b.    Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang dapat diuji langsung dalam penelitian.
c.    Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
d.    Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan hasil penyidikan.
3.         Cara Memperoleh Hipotesis
Penyidikan bisa berasal dari masalah-masalah praktis, dari situasi tingkah laku yang diamati, dari penelitian yang sebelumnya atau dari teori-teori.
a.    Hipotesis Induktif, yakni peneliti dalam merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang diamati.
b.    Hipotesis Deduktif, yaitu Hipotesis yang dirumuskan berasal dari teori-teori.

http://definicion.mx/wp-content/uploads/2014/04/hipotesis-350x350.jpg
4.         Ciri-ciri Hipotesis yang Baik
Dalam merumuskan hipotesis, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Hipotesis hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan.
b.    Hipotesis hendaknya manyatakan hubungan atau perbedaan antara dua atau lebih variabel.
c.    Hipotesis hendaknya dapat diuji.
d.    Hipotesis harus mempunyai daya pembeda.
e.    Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.

5.         Jenis Hipotesis
            Dalam bidang penelitian kuantitatif, Hipotesis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Hipotesis kerja/hipotesis alternatif, hipotesis ini menyatakan adanya hubungan atau perbedaan antara variabel yang satu dengan variabel lain.
b.    Hipotesis nol/hipotesis nihil, hipotesis nol ini sering juga dengan hipotesis statistik karena harus dilakukan melalui pengujian statistik.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioDtc88S0Sp9rbCbPIjgDU8xn8Alc0sUlnqr6QXYIP3RQHQhAENB2cEP-HeWDgCw3xLS2921O2GEuw9yG4FRxtRGF-aykmuZqugu4CDOg2GvNaEHMPSCJVSEEb7DogcWck_8FO8O3Lof0/s1600/hipotesis+penelitian.jpg
E.        Penutup
Berdasarkan uraian singkat tentang bagaimana menentukan kajian pustaka, asumsi, dan hipotesis dalam sebuah penelitian, diharapkan para peneliti tidak bingung dan tabu terhadap (calon) penelitian. Banyaknya kesenjangan yang sering ditemukan antara apa yang telah diajarkan dengan apa yang diterapkan di berbagai bidang keilmuan merupakan sumber masalah penelitian yang bagus. Semoga penjelasan tentang kajian pustaka, asumsi, dan hipotesis ini bisa membuka pemahaman dan menciptakan jiwa peneliti pada diri kita sebagai akademisi.
F.         Daftar Pustaka
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

No comments:

Post a Comment