Friday, June 10, 2016

PEMBELAJARAN DWIBAHASA



 PROSES PEMBELAJARAN BILINGUAL

http://images.huffingtonpost.com/2015-05-21-1432234752-9588891-Bilingual_kid.jpg



I           Dwibahasa awal (Early Bilingualism)

Siapa orang yang menguasai bilingual?
            Seorang pembicara yang menguasai dwibahasa mengunakan dua bahasa yang berbeda dalam suara pengucapan, sintak, dan pembicara yang lebih menguasai bahasa, atau Banyak bahasa yang dikuasai. Seorang yang menguasai dwibahasa akan diarahkan sebagai bahsa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2), secara berturut-turut, dan B1 diletakkan sebelum B2.
            Perkembangan pertama dwibahasa
            Memperoleh bahasa (bahasa-bahasa) di awal masa anak-anak dan mempelajari dan yang dipelajari mereka dengan orang dewasa berbeda pada hakikatnya cukup memerlukan diskusi yang terpisah. Seorang anak yang belum masuk sekolah memperoleh atau mangambil bahasa secara informal sebagian dengan ditunjukkan “ di jalan” dan di rumah, sebaliknya anak yang lebih tua atau orang dewasa mempelajari bahasa melalui usaha sadar dan sering menggunakan metode formal. Kita akan menyebut mereka yang sudah memperoleh bahasa mereka sebelum umur 6 tahun sebagai perkembangan awal dua bahasa dan mereka yang telah menyadarkan bahasa mereka pada masa remaja dan masa dewasa disebut orang yang menguasi dwibahasa yang terlambat. Mereka yang memperoleh dan mempelajari bahasa antara umur 7 dan remaja mungkin menunjukkan tingkah laku seperti orang yang menguasi dwibahsa yang jatuh antara perkembangan  dwibahsa awal dan baru-baru ini, dan anak muda yang menguasai dwibahsa lebih seperti pada perkembangan dwibahasa awal.

 http://jhsnews.jonesboroschools.net/wp-content/uploads/2016/04/cc_bilingual_wmain.jpg

            Kemahiran bersama pada dua atau lebih bahasa
                        Anak-anak memperoleh dua atau lebih bahasa ketika mereka ditampilkan perkambangan bahasa awal dalam kehidupannya. Secara khas, mereka ditampilkan pada satu bahasa di rumah dan bahasa yang lain di luar rumah atau bahasa lingkungan misalnya bahasa TV, toko, sekolah, jalan, dan lain-lain. Ketika anak muda pindah dari satu bahasa lingkungan ke bahasa yang lain , mereka mencapai tingkat terdahulu pada bahasa yang baru dan menghilangkan bahasa yang lama pada suatu waktu , kira-kira 6 bulan. Sebuah bahasa yang diproleh pada awal masa kanak-kanak bahkan ketika dilupakan beberapa tahun karena tidak digunakan, mungkin meniggalkan beberapa sisa dalam pikiran , pembelajaran selanjutnya bahkan dibentuk dari bahasa yang sama yang mudah bahkan sebuah bahasa berpikir menjadi lengkap dilupakan mungkin dimunculkan kembali dibawah keadaan yang khusus.
Sistem permulaan perkembangan bilingual
Sebuah sistem bahasa yang tidak dibedakan mungkin menghasilkan dalam bahasa tercampur atau Code tercampur: suara, kata, dan struktur kalimat dari dua bahasa bercampur atau tercampur dalam ucapan seseorang yang menguasai dwibahasa. Pencampuran banyak bahasa mungkin merefleksikan sebuah sistem bahasa yang tidak dibedakan pada beberapa tidak semua anak-anak muda. Juga pencampuran pada dua bahasa dalam satu kata. Nampak menjadi gejala yang lebih baik pada sistem bahasa yang tidak dibedakan daripada kata yang bercampur dan susunan kata-kata dalan sebuah ucapan dan wacana.Orang dewasa yang sadar dengan baik pada sistim bahasa yang dibedakan.
            Keuntugan kemahiran awal bahasa ke-2
            Bahasa Nampak diperoleh secara tidak formal dan dikuasai untuk kemahiran asli pada awal tahun, sebelum umur 6 tahun, sebaliknya mereka menampakkan dipelajari dengan usaha sadar dan dikuasai kemahiran yang bukan penutur asli setelah kira-kira umur 14 tahun. Enam tahun pertama atau juga mungkin dipertimbangkan sebuah priode kritis pada perolehan bahasa, khususnya Phonology, (Scovel 1988) dan sintak dasar. Secara ilmu tentang kegaiban, fungsi otak pada anak muda lebih elastic daripada orang tua. kalau pembentukan bahasa pertama kurang kuat di awal perkembangan dwibahasa daripada dwibahasa selanjutnya. Perkembangan awal dwibahasa tidak dibentuk dengan baik pada bahasa pertama merosot kembali, perkembangann dwibahsa lebih menyukai untuk memerlukan bahasa ke-2 daripada orang tua. Dan “campur tangan ilmu bahasa” kurang disukai permanaen dank eras kepala pada anak-anak daripada orang dewasa. Campur tangan ilmu bahasa adalah pencampuran yang tidak sengaja pada satu bahasa ke bahasa lain bisanya tidak selalu dari bahasa pertama ke bahasa ke-2 dalam bentuk kata, kosakata, sintaksis, dan percakapan dalam satu pertemuan.

 http://az616578.vo.msecnd.net/files/2016/04/01/635951464023496981402392897_18GRAY-articleLarge-v2.jpg

Proses pembelajaran awal lawan pembelajaran akhir pada bahasa kedua
Walaupun bukti yang melimpah itu begitu sulit untuk pembelajar yang terlambat pada bahasa ke-2 untuk dicapai kemahiran seperti penduduk asli, beberapa siswa yang menguasai dwibahasa menolak konsep sebuah periode kritis untuk kemahiran bahasa ke-2; walaupun mereka mengakui bahwa remaja pada awalnya adalah waktu optimal untuk pembelajaran kedua, dalam istilah kedua-duanya rata-rata pembelajaran dan kemahiran yang didapatkan. Dengan memulai perolehan bahasa kedua awal, seorang anak bisa memperoleh keuntungan dua-duanya pada perolehan bahasa awal dan pembelajar yang terlambat dan menghilangkan keuntungan perolehan bahasa awal. 

https://blogs.thegospelcoalition.org/trevinwax/files/2013/08/Bilingual-Kids.jpg

           
II         Sekolah Dwibahasa (Bilingual Schooling)
           
III        Pembelajaran bahasa pada masa remaja dan orang dewasa  (Language Learning in Adolescence and Adulthood)
            Pembelajaran Bahasa di Masa Remaja dan Dewasa

Kebanyakan orang menyia-nyiakan masa emasnya yaitu masa kanak-kanak untuk memperoleh dua bahasa atau lebih. Dan baru memperolehnya saat remaja atau dewasa. belajar bahasa hendaknya saat masih anak-anak. Dengan kondisi otak yang masih baru, memory yang masih kosong dan rasa ingin tahu yang besar adalah masa yang tepat untuk belajar bahasa. Jika pada saat dewasa atau sudah tua baru belajar bahasa, maka ada kecenderugan mempelajari bahasa dengan cara formal dan biasanya butuh usaha yang lebih keras dari pada anak-anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan oang dewasa dalam mempelajari bahasa:
1.      Kemampuan
2.      Motivasi
3.      Strategi belajar
4.      Metode pembelaran.

a.         Prediksi Pretasi dalam Bahasa Kedua
Salah satu prediksi yang dapat dipercaya untuk mengetahui prestasi seseorang dalam mempelajari bahasa adalah dengan melihat lama atau tidaknya mereka menempuh pendidikan formal. Semakin lama seseorang bersekolah, maka bisa dilihat bahwa kemampuan belajar bahasa dari orang tersebu dikatakan prestasinya kurang dalam belajar bahasa kedua. Dalam satu kelas yang terdapat di sekolah terdapat siswa yang memperoleh pretasi yang tinggi dan ada siswa yang tidak. Prediksi ini bisa di dapat dengan menggunakan tes. Tes yang diberikan dapat di kaji dari beberapa aspek, yaitu:
1.      Kemampuan pengucapan
2.      Penbendaharaan kosa kata
3.      Sintaksis
Ada tes yang dapat dipercaya dan pasti benar, yang ditemukan oleh carol dan sapon, yaitu dengan teknik MLAT (Modern Language Aptitude Test). Ada beberapa jenis kemampuan yang bisa di tes kan untuk mengetahui prestasi dalam belajar bahasa kedua, yaitu:
1.    Tes belajar menghafal angka diluar kepala dengan menyebut kembali nomer dinyatakan dalam bahasa tiruan. Contohnya : menulis angka bilangan dalam bentuk kata bahasa baru.
2.    Tes kemampuan penulisan fonetik untuk menghubungkan bunyi dengan simbol tertulis. Contohnya : garis bawahi kata yang kamu dengar – tik,tiyk,tis,tyis.
3.    Tes kemampuan petunjuk ejaan dalam penggunaan ejaan. Contohnya : pilih kata mana yang mempunyai arti sama kata-kata yang lafalnya seperti ini – luv: carry, exist, affection, wash, spy.
4.    Tes kepekaan sintaksis kata dalam kalimat. Contohnya: a. huruf mana yang dicetak miring dalam kalimat? (b) cocokkan secara sintaksis bagian kalimat yang dicetak miring.
a.         John sold DICK his bicycle
b.         If their work is up to standart, I will guarantee them a bonus at the end of the week
5.    Tes pasangan kata sejenis menampakkan ingatan diluar kepala untuk orang Kurdish (dibicarakan di bagian kosa kata Iran)
            Akan tetapi teknik MLAT mempunyai sedikit kelemahan yaitu mereka tidak mengedalakn tes pelafalan bunyi dan penggunaan morfem dalam tata bahasa, maupun mengadakan tes seperti faktor linguistic dalam pergaulan.
b.        Alasan Mengapa Oranga Belajar bahasa Asing
Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa orang belajar bahasa asing.  Yang jelas untuk menjadi pembelajar yang baik siswa harus mempunyai alasan yang bagus untuk mempelajari bahasa. Karena Mempelajari bahasa butuh waktu yang lama, sulirt dan terdakang memerlukan biaya yang tinggi. Ada beberapa alasan mengapa orang mempelajari bahasa, yaitu:
1.      Tujuan diplomat
2.      Untuk berdagang
3.      Penceramah
4.      Menambah kecerdasan personal
5.      Ahli antropolgi
6.      Berkunjung ke negara orang lain
7.      Faktor pekerjaan.
8.      Migrasi
9.      Tuntutan pekerjaan
Bahasa asing yang sering maksud adalah bahasa Inggris. Bahasa ini merupakan bahasa yang sangat ingin dipelajari oleh mereka yang bahasa keduanya bukan bahasa inggris. Bahasa ini juga disebut-sebut dengan bahasa internasional , bahasa pemersatu bangsa. Ada fakta yang merangkan bahwa orang yang aslinya berbahasa inggris terkenal malas dalam mempelajari bahasa, sedangkan orang yang berasal daerah yang tidak berbahasa inggris akan lebih gemar mempelajari bahasa.
Ada bebeberapa bahasa yang  wajib dipelajari, yaitu:
1.      Bahasa Inggris
2.      Bahasa jepang
3.      Bahasa Jerman
4.      Bahasa Perancis
c.         Metode Pengajaran Bahasa  Asing
Metode yang bagus untuk untuk mempelajari bahasa asing adalah metode yang sesuai dengan tujuan pelajar dan gaya pembelajaran. Ada beberapa jenis metode pembelajaran yang dipakai, yaitu:
1.      Metode Penerjemahan
Dalam metode ini,  siswa mempelajari terutama bahasa target dengan menerjemahkan ke dalam bahasa asli mereka. Guru memberikan panduan penggunaan tata bahasa siswa. Guru tidak harus banyak bicara dalam bahasa yang ditargetkan, jarang berbicara menggunakan bahasa tersebut atau membiarkan siswa yang bicara. Metode tersebut mengajarkan siswa membaca dalam L2 tapi tidak berbicara dalam komunikasi.
2.      Metode Langsung
Metode ini merupakan kebalikan dari metode secara tidak langsung, metode penerjemahan hanya mempunyai satu tujuan, dinamakan pengajaran cepat bahasa lisan. Hal tersebut dipraktekan dalam bahasa iklan sekolah seperti Beriitz. Seorang guru yang pembicara asli bahasa yang ditargetkan melarang siswa menggunakan bahasa lain selain bahasa yang ditargetkan sejak awal. Dia menghindari menjelaskan tata bahasa dan materi menulis. Dia melatih dalam kemampuan lisan, menggunakan bantuan audio-visual, gerak isyarat, dan pertunjukan.
3.      Metode Audilingual
Metode ini mengutamakan kemampuan bicara dan mendengarkan sebelum membaca dan menulis menggunakan dialog dan latihan (terbentuk karena kebiasaan dalam L2) dan menciptakan analisis berbeda dalam L1 dan L2 (penggunaan bahasa).
d.        Cara Richard Burton dalam mempelajari bahasa
1.      Pertama dia membeli buku tatabahasa dan kosa kata secara sederhana, kemudian menggaris bawahi kata-kata dan aturan yang rasanya perlu di ingat.
2.      Meletakkan buku tersebut di sakunya, dia mempelajarinya di setiap waktu luang, tidak pernah bekerja lebih dari lima belas menit setiap waktu. Dengan menggunakan metode ini, dia mampu mempelajari 300 kata dalam seminggu.
3.      Ketika dia memperoleh kosa kata dasar, dia memilih buku cerita sederhana dan membacanya, memberi tanda dengan pensil setiap kata-kata baru untuk diingat dan terus melakukannya sedikitnya sekali dalam sehari. Kemudian dia melanjutkan dengan buku yang lebih sulit, di waktu yang bersamaan juga mempelajari poin-poin tata bahasa.
4.      Ketika dia menemukan bunyi kata asing yang belum dia ketahui, dia melatih lidahnya dengan mengulang kata ratusan kali setiap hari… Jika tersedia guru asli yang menguasai bahasa tersebut,dia mengaku selalu belajar ‘kata janji’ yang pertama lalu mengatakan sambil tertawa setelah berusaha dengan cukup keras, semuanya menjadi mudah.
e.         Pergantian Bahasa
Pergantian bahasa atau pergantian simbol ditujukan kepada kecenderungan dwibahasa (bilingual) untuk mengubah satu bahasa ke bahasa yang lainnya saat berbicara. Bahasa berganti dalam ungkapan-ungkapan atau sesi percakapan,bahasa tersebut sepertinya bercampur, padahal sebenarnya tidak. Proses pergantian ini dihadapkan pada masalah linguistik-kognitif. Bagaimana dia menjaga dua bahasa secara terpisah dan menggantinya? Bagaimana dia mengatur kata dari dua bahasa dalam menyusun kalimat.
Ada beberapa hasil penelitian yang menghasilkan kenyataan yang sebenarnya terjadi pad proses belajar bahasa:
1.      Seorang bilingual tidak dapat mematikan satu bahasa ketika menggunakan bahasa yang lainnya.
2.      pergantian bahasa tidak menyita banyak waktu.
3.      Pergantian tidak perlu dikacaukan.
f.         Pengaruh Hubungan Antara bahasa pertama dengan bahasa kedua.
Hal yang selalu terjadi adalah bahasa pertama  memaksa dalam bahasa kedua, tetapi adakalanya malah berbalik. Tipe-tipe gangguan kmungkinan diprediksi dalam beberapa tingkat dengan memerikasa persamaan dan perbedaan dua bahasa. Contoh gangguan selanjutnya sebenarnya telah diteliti, tapi kemungkinan mereka telah memprediksi dengan membandingkan sistem dua bahasa. System pada dua bahasa yang sering menjadi acuan adalah tipe fonem, suku kata, struktur dan ilmu persajakan serta pola fonetik.
Beberapa contoh kejadian adanya pengaruh hubungan bahasa pertama dengan bahasa ke dua:
1.      Bahasa jepang kekurangan fonem /T,l/, sekelompok konsonan inisial, dan konsonan akhir, konsekuensinya orang yang berbicara bahasa jepang akan membuat sensai seperti “suriru” yang mana /s/ diganti /T/, /r/ diganti /r/, dan CVCVCV diganti CCVC.
2.      Kelompok 1 mengadopsi SVO strategi urutan kata dalam bahasa inggris, sebaik seperti perjanjian S-V dan strategi animacy dari spanyol. Hasil campuran menggunakan jalan yang sama untuk dua bahasa tersebut. Berbeda dengan kelompok 2 mengadopsi strategi yang sama untuk satu bahasa italia.
3.      Pengaruh L1 dapat juga dilihat dari penampilan aksi berbicara, orang yang tinggal hanya dengan satu kebudayaan atau satu bahasa mungkin meminta maaf, memberikan pujian, memohon, dan lain sebagainya lebih sering, lebih dalam, atau sopan daripada orang yang kebudayaan dan bahasanya lain. Dalam memesan, orang jerman cenderung memilih kata-kata langsung daripada orang berbahasa inggris, dan orang yang berbicara bahasa jerman, mempelajari bahasa inggris dianggap kurang sopan oleh orang yang berbicara bahasa inggris.
4.      Dalam memesan, siswa dari cina yang tinggal di kanada sangat sopan dalam berbicara bahasa inggris dan cina(I Taylor 1989, chap 2). Tetapi ada beberapa tanggapan aneh dari siswa cina: Siswa berasal dari cina cenderung mulai pesan makanan dengan panggilan atau seruan “comrades”, “Friend”, “Master”, ”profesor” dan lain-lain, kemungkinan mencerminkan pentingnya hubungan sosial yang ada dalam masyarakat china.
5.      Irania mengucapkan salam dan merespon salam lebih puitis daripada orang yang asli berbahasa inggris, dan untuk menambah gaya L1 menjadi L2.

https://bilingualismresearch.files.wordpress.com/2013/07/faq11.gif

IV        Proses informasi dwibahasa (Bilingual Information Processing)
           
V         Daya ingatan semantik dwibahasa (Bilingual Semantic Memory)
            Pengaturan kata-kata dan informasi yang bervariasi tentang kata-kata rupanya daya ingatnya lebih kompleks bilingual daripada monolingual. Kata-kata dari dua bahasa kemungkinan terbentuk (1) secara umum dalam bentuk konsep/pengertian, berdasarkan pada common-store hyphothesis atau (2) dibentuk secara terpisah di setiap bahasa, berdasarkan separate-strore hyphothesis. Dalam kehidupan sehari-hari, dwibahasa dapat menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, oleh karena itu mendukung common-store hyphothesis. Dwibahasa dapat berfungsi dengan bebas dalam satu di antara dua bahasa dari gangguan bahasa lain secara minim, oleh karena itu mendukung separate-strore hyphothesis. Akhirnya, kami akan sampai pada hipĆ³tesis ketiga, dinamakan overlapping distributed memory, yang mana informasi semantic dari dua bahasa atau lebih dibentuk dalam jalan distribusi, yang keduanya elemennya saling tumpang tindih dan terpisah melalui hubungan kata dari dua bahasa atau lebih. Satu bentuk umum untuk dua bahasa ialah Common store hyphothesis didukung jika tugas dapat ditampilkan secara sama baik secara bilingual. Tugas tersebut menekankan proses kata-kata yang memiliki arti daripada terbentuknya kata-kata, tampaknya untuk memperoleh hasil yang mendukung hipotesis ini.
Ketika membaca dalam hati, bilingual bahasa prancis-inggris mendapat nilai yang hampir sama dalam tes pemahaman, meskipun paragraf tertulis dalam unilingual ataupun tertulis dengan bahasa campuran (Kolers 1996a). Dalam percobaan daya ingat,menunjukkan dua kali fold dan terjemahan bahasa prancis pli dua kali mempunyai efek yang sama dalam mengulang kata sebagai presentasi fold atau pli sebanyak empat kali (Kolers 1966b). Fold dan pli bentuknya juga terlihat sama, maupun bunyinya juga mirip, dan batasan kata-kata telah dilihat dan dibentuk tidak sebagai bentuk gambar maupun bentuk fonetik tetapi pola arti bahasa tersebut. Dalam mengategorikan semantik, Spanyol-Inggris bilingual memutuskan bahwa kata (contoh: robin) nama contoh tipe kategori (bird) pada dasarnya kata-katanya sama dan nama kategorinya dalam bahasa yang sama ataupun dalam bahasa yang berbeda (Caramazza & Brones 1980).Dalam memberi nama kategori untuk gambar dan kata-kata, dua bahasa Yahudi-Inggris memproduksi banyak kata-kata yang hampir sama dalam bahasa sama maupun bahasa campuran (Shanon 1982). Keputusan kosa kata dalam menentukan kata maupun bukan kata antara hubungan dua bahasa yang saling berdekatan, Bahasa inggris dan bahasa belanda, juga mendukung common strore hyphotesis (Nas 1983).
Anggapan dengan adanya bentuk konsep tunggal, bagaimana kata L1 berhubungan dengan titik ekuifalen L2? Secara langsung maupun tak langsung melalui konsep? Berdasarkan word assosiation hypothesis, hubungan langsung berada diantara kata-kata dalam dua bahasa. Dan berdasarkan concept mediation hyphothesis, dua bahasa berhubungan lewat dasar, system konsep amodal, salah satu gambar objek juga mempunyai akses (Potter, So, Von Eckardt, Feldman 1984). Dalam dukungan concept mediation hyphotesis, ketika menguasai dwibahasa china-inggris dan yang tidak menguasai dwibahasa inggris-prancis membaca kata dengan keras, nama gambar dan kata terjemahan, dua kelompok membaca kata-kata dalam L1 lebih cepat daripada memberi nama gambar, dan memberi nama gambar dalam L2 lebih cepat daripada mereka menerjemahkan kata L1 ke dalam L2.
Bentuk terpisah untuk dua bahasa Separate-store hyphotesis kemungkinan didukung jika hasil bilingual dalam tugas merasa kesulitan jika diselesaikan dalam dwibahasa dibandingkan dengan satu bahasa. Tugas tersebut sebagai rantai penghubung di antara kata-kata tampaknya menyerupai hipotesis ini.
Sebagai bukti langsung kekuatan rantai antarbahasa dalam tes hubungan kata terus menerus dengan pengajaran lima pola pergantian, pergantian rata-rata dalam pergantian bebas kemungkinan rendah; seharusnya berkisar 0,5 jika kemungkinan ketertinggalan dalam bahasa sebelumnya sama dengan pergantian bahasa yang lain (I. Taylor 1971). Ternyata, subjek lebih suka meninggalkan bahasa sebelumnya daripada mengganti ke dalam bahasa lain.
Tipe kata-kata daya ingat sematik interlingual (bahasa campuran) Kebanyakan penelitian tentang daya ingat semantik dwibahasa digunakan sebagai kata pendorong yang sering, nyata, dan dapat digambarkan serta mempunyai titik terjemahan yang jelas diantara penelitian dua bahasa. Dalam beberapa percobaan pada daya ingat semantik dwibahasa, peneliti membedakan tipe-tipe kata : Yang asalnya sama dan bukan berasal dari asal yang sama, kata nyata dengan abstrak, secara keseluruhan mempunyai kesamaan dengan kata yang berbeda. Hampir berbagai cara yang mana dasar dan target sama huruf, bunyi, dan arti, dll – akan mempermudah daya ingat target (Visual word recognition chapter 6). Bahasa sepertinya hanya satu-satunya jalan dimana dasar dan target mungkin atau tidak mungkin menjadi sama. Di antara hubungan bahasa, khususnya bahasa Indo-European, beberpa kata dilafalkan sama tapi terjemahannya dari dua bahasa tersebut mempunyai bunyi dan pengertian yang berbeda (contohnya bunyi coin dalam dalam bahasa Inggris disebut (KwAN) dan berarti ‘pojok’ dalam bahasa prancis); beberapa kata mungkin disebut bahasa campuran (interlingual) tulisan sejenis. Dalam penetapan dasar kosa kata, dwibahasa inggris-prancis diharuskan membaca sekumpulan bahasa campuran tulisan sejenis dalam satu desain bahasa. Konteks bahasa pada awalnya tidak menghalangi akses sebagai bahasa alternatif seperti kata-kata (Beauvillain& Grainger 1987). Dan arti kata dapat diakses tidak bergantung pada konteks bahasa tetapi seringnya membaca setiap bahasa tersebut; sering berarti telah mengakses telah mengakses lebih dulu sebelum yang jarang mengakses. Untuk membandingkan bahasa yang asalnya sama dan yang asalnya tidak sama, I. Taylor (1976b) memberikan tes kumpulan kata lanjutan untuk dwibahasa inggris-prancis. Ketika kata dorongan tidak sama di antara dua bahasa (contoh acheter untuk beli) tanggapan dalam dua bahasa tersebut tidaklah sama). Sebaliknya jika kata pendorong sama dengan dua bahasa tersebut (contoh la carrote untuk ‘carrot (wortel)’, tanggapan dua bahasa tersebut sama, seperti tampak pada gambar 11-5, kelompok pertama sama dengan dua bahasa tersebut, dan kelompok sisanya mendahului ke tingkatan lebih tinggi; banyak kelompok memproduksi dua bahasa yang sama. Keduanya anak-anak dan orang dewasa menunjukkanpola-pola tanggapan. Dalam Taylor (ibid) tes kumpulan kata lanjutan, kata-kata dorongan nyata, status asal yang sama dan dapt berdiri sendiri, memproduksi lebih banyak tanggapan yang sama daripada kata-kata abstrak. Juga dalam WAT bahasa campuran tanggapan umum atau tanggapan saling berbagi antara dua bahasa lebih besar ke kata-kata nyata (cth table (meja)) daripada kata-kata abstrak (contoh freedom (kebebasan)) (Kolers 1963). Dalam test ingatan ketika langkah-langkah digunakan untuk meningkatkan terjemahan yang salah, kesalahan lebih besar untuk kata-kata nyata daripada kata-kata abstrak (Saegert & Young 1875). Dalam penetapan kosa kata oleh dwibahasa korea-inggris,efek dasar bahasa campuran lebih besar untuk kata-kata nyata daripada kata-kata abstrak (Jin  Fischler 1987, in Ransdell & Fischter 1987). Meskipun unuk objek nyata, sehingga disebut penetapan terjemahan tidak membutuhkan penetapan dalam bahasa dan budaya yang berbeda. Sehingga bentuk umum atau konsep kata-kata lebih mirip untuk dwibahasa yang mempunyai bahasa dan budaya sama daripada yang bahasa dan budayanya berbeda. Dalam overlapping-distributed memory informasi bahasa, terjadi tumpang tindih lebih besar ketika bahasa dan kebudayan saling berhubungan daripada bahasa dan kebudayaannya yang tidak berhubungan.
Proses semantik dwi bahasa yang fleksible pertanyaan yang seharusnya kita tanyakan tentang daya ingat semantil dwibahasa tidak lama lagi, tapi dalam kondisi seperti apa. Hal tersebut dapat dibicarakan jika dalam satu bentuk atau dua bentuk.seperti yang telah kita lihat, tipe kata-kata : kata-kata abstrak, kata yang asalnya tidak sama, berbeda secara kultural cenderung berpola seolah-olah seperti bentuk umum. Tipe pekerjaan juga menjadi persoalan : pekerjaan yang mengetik arti kata meminta dalam bentuk umum, sedangkan pekerjaan yang mengetik bentuk kata dan rantai penghubung antara dua kata meminta bentul kata terpisah. Cara seorang dwibahasa menggunakan dua bahasa kemungkinan menjadi persoalan dalam membentuk kata-kata dari dua bahasa atau setidaknya hampir mirip. Atau dengan tumpang tindih yang lebih besar, untuk seorang bilingual yang sering menggunakan dua bahasa saat berbicara, seringnya mencari alterbatif dalam berbicara, demikian juga penerjemah profesional dan Inggris-jepang Nisei. Sedangkan, kata-kata atau dua bahasa mungkin diatur secara terpisah atau menguangi kerancuan untuk dwibahasa yang normalnya menggunakan dua bahasa dalam konteks berbeda dan jarang menggunakan bahasa alternatif.
Seseorang yang menguasai lebih dari satu bahasa lebih fleksibel alam proses memilih cara. Trilingual, memberika tiga pilihan bahasa, dan tiga kategori menyusun kata, menggunakan dua bahasa dan kategorinya (Alford dan Aamiry 1969). Ketika menunjukkan daftar kata-kata, setiap bahasa muncul dua kali dalam sat bahasa (contoh dog,dog) atau sekali dalam dua bahasa yang bebeda(dog-hund), dwibahasa inggris-jerman dapat menjadi ingatan mendasardalam bentuk fisik atau arti kata, sesuai dengan yang diperintahkan (Kintch 1970). Dwibahasa spanyol-inggris menunjukkan pola bahasa independen dan bahasa khusus sebagai hasil kondisi yang hampir sama berdasarkan informasi tuntutan tugas (Durgunoglu & Roedinger 1987). Dalam tugas melengkapi kata (conto _l_i_a__r untuk alligator), bahasa khusus telah diteliti tetapi dengan konsep tugas menghafal, bahasa independen juga telah diteliti dan tes ya/tidak dalam mengingat mencerminkan dua tipe bentuk semantik. Bagian kali ini, kami menerima hipĆ³tesis overlaping-distributed memory.dalam perwakilan distribusi daya ingat informasi, menetapkan kembali bagian informasi menyangkut unit pola aktif, setiap bagian pola aktif yang berbeda. Dalam daya ingat semantik dwibahasa, dibandingkan monolingual, hal tersebut kemungkinan memiliki lebih banyak unit, dan bermacam-macam pola unit, untuk mewakili informasi tambahan hubungan diantara dua bahasa. Beberapa unit dan pola ini mungkin menjadi unik untuk satu bahasa, sedangkan pada umumnya dua bahasa tergantung cara penggunaan, pemberian tugas, tipe kata-kata, dan faktor lain, yang tampak dalam gambar 11-6. Lebih jauh lagi bentuk umum dan bentuk terpisah tidak membentuk dua bagian tapi bentuk satu kesatuan. Terakhir, dengan memikirkan pengaturan otak dan fungsi dwibahasa, itu adalah bukti untuk pengaturan umum dan terpisah dalam informasi linguistic (bab 12). Jika menderita kerusakan kelemhan berbahasa disebabkan kerusakan otak, sat bahasa mungkin menjadi lemah/ buruk. Satu bahasa mungkin diperbaiki lebih awal daripada yang lainnya, dan kemungkinan diperbaiki secara parallel. Individu dwilingual merubah bagaimana cara bagaimana mereka belajar dan menggunakan dua bahasa, berdasarkan tugas, kata-kata, konteks, dan lain sebagainya.

https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQJzjv7pDIbwHsKzOg5d6cSwrI_KRTEqjHNMivG_7GpHy3c5VmZ
VI        Ringkasan dan kesimpulan (Summary and Conclusions)
Dwibahasa berbicara menggunakan dua bahasa atau lebih. Seorang dwibahasa yang masih awam menperoleh dua bahasa secara informal. Pengaruh linguistik seperti aksen asing, cenderung tidak bertahan lama untuk dwibahasa awam tetapi tetap untuk dwibahasa yang sudah lama. Sekolah dwibahasa , jika dikelola tidak terlalu baik, dapat menimbulkan efek yang merusak perkembangan bahasa anak. Jika dikelola dengan baik,dwibahasa cenderung menderita dari kerugian terlalu banyak bermacam-macam tugas, kemungkinan karena alasan seperti kompetisi di antara bahasa. Keterlibatan program yang sesuai, anak sekolah mencapai kemampuan (meskipun tidak seperti orang asli berbahasa inggris) L2 akan mencapai kemampuan yang sama dengan L1 untuk L1 monolingual. Pendidikan bilingual, kemungkinan membantu perkembangan linguistik dan kefleksible-an kognitif. Pelajar yang mempelajari L2 diusia remaja harus mempunyai kecerdasan, yang terdiri dari cabang kemampuan yang dapat diukur dengan tes. L2 dapat belajar dengan baik ketika mereka merasa membutuhkannya. Sebagai tambahan, pembelajaran L2 yang efektif memerlukan materi pembelajaran yang bagus, dan metode yang bail seperi berperan aktif. Dalam berbicara menggunakan dua bahasa, dengan bahasa lain mungkin bercampur antara bahasa, biasanya untuk frase lebih diekspresikan dalam Satu bahasa daripada bahasa yang lain. Pergantian bahasa secara bebas tidak menyita banyak waktu.
Dalam daya ingat semantik dwibahasa, kata-kata dari dua bahasa kemungkinan terbentuk secara umum, dalam bentuk konsep atau terpisah untuk masing-masing bahasa. Pada dasarnya, bentuknya fleksible. Kata-kata nyata, yang asalnya sama, dan kata-kata sama secara kultural cenderung berpola seperti bentuk umum atau jalan distribusi secara tumpang tindih, sedangkan kata-kata abstrak, yang asalnya tidak sama, dan berbeda secara kultural cenderung berpola seperti bentuk terpisah. Tugas-tugas menekankan pada proses kata-kata untuk arti kata tergambar dalam bentuk umum, sedangkan tugas-tugas yang memerlukan pembentukan kata tergambar dalam bentuk terpisah.

No comments:

Post a Comment