PROSES PEMBELAJARAN BILINGUAL
I Dwibahasa awal (Early
Bilingualism)
Siapa
orang yang menguasai bilingual?
Seorang pembicara
yang menguasai dwibahasa mengunakan dua bahasa yang berbeda dalam
suara pengucapan, sintak, dan pembicara yang lebih menguasai bahasa, atau
Banyak bahasa yang dikuasai. Seorang yang menguasai dwibahasa akan diarahkan
sebagai bahsa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2), secara berturut-turut, dan B1
diletakkan sebelum B2.
Perkembangan
pertama dwibahasa
Memperoleh bahasa
(bahasa-bahasa) di awal masa anak-anak dan mempelajari dan yang dipelajari
mereka dengan orang dewasa berbeda pada hakikatnya cukup memerlukan diskusi
yang terpisah. Seorang anak yang belum masuk sekolah memperoleh atau mangambil
bahasa secara informal sebagian dengan ditunjukkan “
di jalan” dan di rumah, sebaliknya anak yang lebih tua atau orang dewasa
mempelajari bahasa melalui usaha sadar dan sering menggunakan metode formal.
Kita akan menyebut mereka yang sudah memperoleh bahasa mereka sebelum umur 6
tahun sebagai perkembangan awal dua bahasa dan mereka yang telah menyadarkan
bahasa mereka pada masa remaja dan masa dewasa disebut orang yang menguasi dwibahasa yang terlambat. Mereka
yang memperoleh dan mempelajari bahasa antara umur 7 dan remaja mungkin
menunjukkan tingkah laku seperti orang yang menguasi dwibahsa yang jatuh antara
perkembangan dwibahsa awal dan baru-baru
ini, dan anak muda yang menguasai dwibahsa lebih seperti pada perkembangan
dwibahasa awal.
Kemahiran bersama pada dua atau
lebih bahasa
Anak-anak memperoleh dua atau lebih bahasa ketika mereka
ditampilkan perkambangan bahasa awal dalam kehidupannya. Secara khas, mereka ditampilkan pada
satu bahasa di rumah dan bahasa yang lain di luar rumah atau bahasa lingkungan misalnya bahasa TV, toko, sekolah, jalan, dan lain-lain. Ketika
anak muda pindah dari satu bahasa lingkungan ke bahasa yang lain , mereka
mencapai tingkat terdahulu pada bahasa yang baru dan menghilangkan bahasa yang lama
pada suatu waktu , kira-kira 6 bulan. Sebuah bahasa yang diproleh pada awal
masa kanak-kanak bahkan ketika dilupakan beberapa tahun karena tidak digunakan,
mungkin meniggalkan beberapa sisa dalam pikiran , pembelajaran selanjutnya
bahkan dibentuk dari bahasa yang sama yang mudah bahkan sebuah bahasa berpikir
menjadi lengkap dilupakan mungkin dimunculkan kembali dibawah keadaan yang
khusus.
Sistem permulaan perkembangan bilingual
Sebuah sistem bahasa yang tidak dibedakan mungkin
menghasilkan dalam bahasa tercampur atau Code tercampur: suara, kata, dan
struktur kalimat dari dua bahasa bercampur atau tercampur dalam ucapan
seseorang yang menguasai dwibahasa. Pencampuran banyak bahasa
mungkin merefleksikan sebuah sistem bahasa yang tidak dibedakan pada beberapa
tidak semua anak-anak muda. Juga pencampuran pada dua bahasa dalam satu kata. Nampak menjadi gejala yang lebih baik pada sistem
bahasa yang tidak dibedakan daripada kata yang bercampur dan susunan kata-kata
dalan sebuah ucapan dan wacana.Orang dewasa yang sadar dengan baik pada sistim
bahasa yang dibedakan.
Keuntugan kemahiran awal bahasa ke-2
Bahasa Nampak diperoleh secara tidak formal
dan dikuasai untuk kemahiran asli pada awal tahun, sebelum umur 6 tahun,
sebaliknya mereka menampakkan dipelajari dengan usaha sadar dan dikuasai
kemahiran yang bukan penutur asli setelah kira-kira umur 14 tahun. Enam tahun pertama atau juga mungkin dipertimbangkan sebuah priode
kritis pada perolehan bahasa, khususnya Phonology, (Scovel 1988) dan sintak dasar. Secara ilmu
tentang kegaiban, fungsi otak pada anak muda lebih elastic daripada orang tua. kalau pembentukan bahasa pertama kurang
kuat di awal perkembangan dwibahasa daripada dwibahasa selanjutnya.
Perkembangan awal dwibahasa tidak dibentuk dengan baik pada bahasa pertama
merosot kembali, perkembangann dwibahsa lebih menyukai untuk memerlukan bahasa
ke-2 daripada orang tua. Dan “campur tangan ilmu bahasa”
kurang disukai permanaen dank eras kepala pada anak-anak daripada orang dewasa. Campur tangan ilmu bahasa adalah
pencampuran yang tidak sengaja pada satu bahasa ke bahasa lain bisanya tidak selalu dari bahasa pertama ke bahasa ke-2 dalam bentuk kata, kosakata,
sintaksis, dan percakapan dalam satu pertemuan.
Proses pembelajaran awal lawan pembelajaran
akhir pada bahasa kedua
Walaupun bukti yang melimpah itu begitu sulit untuk
pembelajar yang terlambat pada bahasa ke-2 untuk dicapai kemahiran seperti
penduduk asli, beberapa siswa yang menguasai dwibahasa menolak konsep sebuah
periode kritis untuk kemahiran bahasa ke-2; walaupun mereka mengakui bahwa
remaja pada awalnya adalah waktu optimal untuk pembelajaran kedua, dalam
istilah kedua-duanya rata-rata pembelajaran dan kemahiran yang didapatkan. Dengan
memulai perolehan bahasa kedua awal, seorang anak bisa memperoleh keuntungan
dua-duanya pada perolehan bahasa awal dan pembelajar yang terlambat dan
menghilangkan keuntungan perolehan bahasa awal.
II Sekolah Dwibahasa (Bilingual
Schooling)
III Pembelajaran bahasa pada masa remaja dan orang dewasa (Language
Learning in Adolescence and Adulthood)
Pembelajaran Bahasa di Masa
Remaja dan Dewasa
Kebanyakan
orang menyia-nyiakan masa emasnya yaitu masa kanak-kanak untuk memperoleh dua
bahasa atau lebih. Dan baru memperolehnya saat remaja atau dewasa. belajar
bahasa hendaknya saat masih anak-anak. Dengan kondisi otak yang masih baru,
memory yang masih kosong dan rasa ingin tahu yang besar adalah masa yang tepat
untuk belajar bahasa. Jika pada saat dewasa atau sudah tua baru belajar bahasa,
maka ada kecenderugan mempelajari bahasa dengan cara formal dan biasanya butuh
usaha yang lebih keras dari pada anak-anak. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan oang dewasa dalam mempelajari bahasa:
1. Kemampuan
2.
Motivasi
3.
Strategi
belajar
4. Metode pembelaran.
a.
Prediksi
Pretasi dalam Bahasa Kedua
Salah
satu prediksi yang dapat dipercaya untuk mengetahui prestasi seseorang dalam
mempelajari bahasa adalah dengan melihat lama atau tidaknya mereka menempuh
pendidikan formal. Semakin lama seseorang bersekolah, maka bisa dilihat bahwa
kemampuan belajar bahasa dari orang tersebu dikatakan prestasinya kurang dalam
belajar bahasa kedua. Dalam satu kelas yang terdapat di sekolah terdapat siswa
yang memperoleh pretasi yang tinggi dan ada siswa yang tidak. Prediksi ini bisa
di dapat dengan menggunakan tes. Tes yang diberikan dapat di kaji dari beberapa
aspek, yaitu:
1.
Kemampuan
pengucapan
2.
Penbendaharaan
kosa kata
3.
Sintaksis
Ada tes yang dapat dipercaya dan pasti benar,
yang ditemukan oleh carol dan sapon, yaitu dengan teknik MLAT (Modern Language
Aptitude Test). Ada beberapa jenis kemampuan yang bisa di tes kan untuk
mengetahui prestasi dalam belajar bahasa kedua, yaitu:
1. Tes belajar menghafal angka diluar kepala
dengan menyebut kembali nomer dinyatakan dalam bahasa tiruan. Contohnya :
menulis angka bilangan dalam bentuk kata bahasa baru.
2. Tes kemampuan penulisan fonetik untuk
menghubungkan bunyi dengan simbol tertulis. Contohnya : garis bawahi kata yang
kamu dengar – tik,tiyk,tis,tyis.
3. Tes kemampuan petunjuk ejaan dalam
penggunaan ejaan. Contohnya : pilih kata mana yang mempunyai arti sama
kata-kata yang lafalnya seperti ini – luv: carry, exist, affection, wash, spy.
4. Tes kepekaan sintaksis kata dalam kalimat.
Contohnya: a. huruf mana yang dicetak miring dalam kalimat? (b) cocokkan secara
sintaksis bagian kalimat yang dicetak miring.
a. John sold DICK his bicycle
b. If their work is up to standart, I will
guarantee them a bonus at the end of the week
5. Tes pasangan kata sejenis menampakkan
ingatan diluar kepala untuk orang Kurdish (dibicarakan di bagian kosa kata
Iran)
Akan tetapi teknik MLAT mempunyai
sedikit kelemahan yaitu mereka tidak mengedalakn tes pelafalan bunyi dan
penggunaan morfem dalam tata bahasa, maupun mengadakan tes seperti faktor
linguistic dalam pergaulan.
b.
Alasan
Mengapa Oranga Belajar bahasa Asing
Ada
banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa orang belajar bahasa asing. Yang jelas untuk menjadi pembelajar yang baik
siswa harus mempunyai alasan yang bagus untuk mempelajari bahasa. Karena
Mempelajari bahasa butuh waktu yang lama, sulirt dan terdakang memerlukan biaya
yang tinggi. Ada beberapa alasan mengapa orang mempelajari bahasa, yaitu:
1.
Tujuan
diplomat
2.
Untuk
berdagang
3.
Penceramah
4.
Menambah
kecerdasan personal
5.
Ahli
antropolgi
6.
Berkunjung
ke negara orang lain
7.
Faktor
pekerjaan.
8.
Migrasi
9.
Tuntutan
pekerjaan
Bahasa asing yang sering maksud adalah bahasa
Inggris. Bahasa ini merupakan bahasa yang sangat ingin dipelajari oleh mereka
yang bahasa keduanya bukan bahasa inggris. Bahasa ini juga disebut-sebut dengan
bahasa internasional , bahasa pemersatu bangsa. Ada fakta yang merangkan bahwa
orang yang aslinya berbahasa inggris terkenal malas dalam mempelajari bahasa,
sedangkan orang yang berasal daerah yang tidak berbahasa inggris akan lebih
gemar mempelajari bahasa.
Ada bebeberapa bahasa yang wajib dipelajari, yaitu:
1.
Bahasa
Inggris
2.
Bahasa
jepang
3.
Bahasa
Jerman
4.
Bahasa
Perancis
c.
Metode
Pengajaran Bahasa Asing
Metode
yang bagus untuk untuk mempelajari bahasa asing adalah metode yang sesuai
dengan tujuan pelajar dan gaya pembelajaran. Ada beberapa jenis metode
pembelajaran yang dipakai, yaitu:
1.
Metode
Penerjemahan
Dalam
metode ini, siswa mempelajari terutama
bahasa target dengan menerjemahkan ke dalam bahasa asli mereka. Guru memberikan
panduan penggunaan tata bahasa siswa. Guru tidak harus banyak bicara dalam
bahasa yang ditargetkan, jarang berbicara menggunakan bahasa tersebut atau
membiarkan siswa yang bicara. Metode tersebut mengajarkan siswa membaca dalam
L2 tapi tidak berbicara dalam komunikasi.
2.
Metode
Langsung
Metode
ini merupakan kebalikan dari metode secara tidak langsung, metode penerjemahan
hanya mempunyai satu tujuan, dinamakan pengajaran cepat bahasa lisan. Hal
tersebut dipraktekan dalam bahasa iklan sekolah seperti Beriitz. Seorang guru
yang pembicara asli bahasa yang ditargetkan melarang siswa menggunakan bahasa
lain selain bahasa yang ditargetkan sejak awal. Dia menghindari menjelaskan
tata bahasa dan materi menulis. Dia melatih dalam kemampuan lisan, menggunakan
bantuan audio-visual, gerak isyarat, dan pertunjukan.
3.
Metode
Audilingual
Metode
ini mengutamakan kemampuan bicara dan mendengarkan sebelum membaca dan menulis
menggunakan dialog dan latihan (terbentuk karena kebiasaan dalam L2) dan
menciptakan analisis berbeda dalam L1 dan L2 (penggunaan bahasa).
d.
Cara
Richard Burton dalam mempelajari bahasa
1.
Pertama
dia membeli buku tatabahasa dan kosa kata secara sederhana, kemudian menggaris
bawahi kata-kata dan aturan yang rasanya perlu di ingat.
2.
Meletakkan
buku tersebut di sakunya, dia mempelajarinya di setiap waktu luang, tidak
pernah bekerja lebih dari lima belas menit setiap waktu. Dengan menggunakan
metode ini, dia mampu mempelajari 300 kata dalam seminggu.
3.
Ketika
dia memperoleh kosa kata dasar, dia memilih buku cerita sederhana dan
membacanya, memberi tanda dengan pensil setiap kata-kata baru untuk diingat dan
terus melakukannya sedikitnya sekali dalam sehari. Kemudian dia melanjutkan
dengan buku yang lebih sulit, di waktu yang bersamaan juga mempelajari
poin-poin tata bahasa.
4.
Ketika
dia menemukan bunyi kata asing yang belum dia ketahui, dia melatih lidahnya
dengan mengulang kata ratusan kali setiap hari… Jika tersedia guru asli yang
menguasai bahasa tersebut,dia mengaku selalu belajar ‘kata janji’ yang pertama
lalu mengatakan sambil tertawa setelah berusaha dengan cukup keras, semuanya
menjadi mudah.
e.
Pergantian
Bahasa
Pergantian
bahasa atau pergantian simbol ditujukan kepada kecenderungan dwibahasa
(bilingual) untuk mengubah satu bahasa ke bahasa yang lainnya saat berbicara.
Bahasa berganti dalam ungkapan-ungkapan atau sesi percakapan,bahasa tersebut
sepertinya bercampur, padahal sebenarnya tidak. Proses pergantian ini
dihadapkan pada masalah linguistik-kognitif. Bagaimana dia menjaga dua bahasa
secara terpisah dan menggantinya? Bagaimana dia mengatur kata dari dua bahasa
dalam menyusun kalimat.
Ada beberapa hasil penelitian
yang menghasilkan kenyataan yang sebenarnya terjadi pad proses belajar bahasa:
1.
Seorang
bilingual tidak dapat mematikan satu bahasa ketika menggunakan bahasa yang
lainnya.
2.
pergantian
bahasa tidak menyita banyak waktu.
3.
Pergantian
tidak perlu dikacaukan.
f.
Pengaruh
Hubungan Antara bahasa pertama dengan bahasa kedua.
Hal
yang selalu terjadi adalah bahasa pertama
memaksa dalam bahasa kedua, tetapi adakalanya malah berbalik. Tipe-tipe gangguan
kmungkinan diprediksi dalam beberapa tingkat dengan memerikasa persamaan dan
perbedaan dua bahasa. Contoh gangguan selanjutnya sebenarnya telah diteliti,
tapi kemungkinan mereka telah memprediksi dengan membandingkan sistem dua
bahasa. System pada dua bahasa yang sering menjadi acuan adalah tipe fonem,
suku kata, struktur dan ilmu persajakan serta pola fonetik.
Beberapa
contoh kejadian adanya pengaruh hubungan bahasa pertama dengan bahasa ke dua:
1.
Bahasa
jepang kekurangan fonem /T,l/, sekelompok konsonan inisial, dan konsonan akhir,
konsekuensinya orang yang berbicara bahasa jepang akan membuat sensai seperti
“suriru” yang mana /s/ diganti /T/, /r/ diganti /r/, dan CVCVCV diganti CCVC.
2.
Kelompok
1 mengadopsi SVO strategi urutan kata dalam bahasa inggris, sebaik seperti
perjanjian S-V dan strategi animacy dari spanyol. Hasil campuran menggunakan
jalan yang sama untuk dua bahasa tersebut. Berbeda dengan kelompok 2 mengadopsi
strategi yang sama untuk satu bahasa italia.
3.
Pengaruh
L1 dapat juga dilihat dari penampilan aksi berbicara, orang yang tinggal hanya
dengan satu kebudayaan atau satu bahasa mungkin meminta maaf, memberikan
pujian, memohon, dan lain sebagainya lebih sering, lebih dalam, atau sopan
daripada orang yang kebudayaan dan bahasanya lain. Dalam memesan, orang jerman
cenderung memilih kata-kata langsung daripada orang berbahasa inggris, dan
orang yang berbicara bahasa jerman, mempelajari bahasa inggris dianggap kurang
sopan oleh orang yang berbicara bahasa inggris.
4.
Dalam
memesan, siswa dari cina yang tinggal di kanada sangat sopan dalam berbicara
bahasa inggris dan cina(I Taylor 1989, chap 2). Tetapi ada beberapa tanggapan
aneh dari siswa cina: Siswa berasal dari cina cenderung mulai pesan makanan
dengan panggilan atau seruan “comrades”, “Friend”, “Master”, ”profesor” dan
lain-lain, kemungkinan mencerminkan pentingnya hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat china.
5.
Irania
mengucapkan salam dan merespon salam lebih puitis daripada orang yang asli
berbahasa inggris, dan untuk menambah gaya L1 menjadi L2.
IV Proses informasi dwibahasa (Bilingual
Information Processing)
V Daya ingatan semantik dwibahasa (Bilingual
Semantic Memory)
Pengaturan kata-kata dan informasi yang bervariasi
tentang kata-kata rupanya daya ingatnya lebih kompleks bilingual daripada
monolingual. Kata-kata dari dua bahasa kemungkinan terbentuk (1) secara umum
dalam bentuk konsep/pengertian, berdasarkan pada common-store hyphothesis atau
(2) dibentuk secara terpisah di setiap bahasa, berdasarkan separate-strore hyphothesis. Dalam
kehidupan sehari-hari, dwibahasa dapat menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa
lain, oleh karena itu mendukung common-store hyphothesis. Dwibahasa dapat berfungsi dengan bebas dalam satu di antara
dua bahasa dari gangguan bahasa lain secara minim, oleh karena itu mendukung separate-strore
hyphothesis. Akhirnya, kami akan sampai pada hipĆ³tesis ketiga,
dinamakan overlapping distributed memory, yang mana informasi semantic
dari dua bahasa atau lebih dibentuk dalam jalan distribusi, yang keduanya
elemennya saling tumpang tindih dan terpisah melalui hubungan kata dari dua
bahasa atau lebih. Satu bentuk umum untuk dua bahasa ialah Common store hyphothesis didukung jika tugas dapat ditampilkan secara sama baik secara bilingual.
Tugas tersebut menekankan proses kata-kata yang memiliki arti daripada
terbentuknya kata-kata, tampaknya untuk memperoleh hasil yang mendukung
hipotesis ini.
Ketika
membaca dalam hati, bilingual bahasa prancis-inggris mendapat nilai yang hampir
sama dalam tes pemahaman, meskipun paragraf tertulis dalam unilingual ataupun
tertulis dengan bahasa campuran (Kolers 1996a). Dalam percobaan daya
ingat,menunjukkan dua kali fold dan
terjemahan bahasa prancis pli dua
kali mempunyai efek yang sama dalam mengulang kata sebagai presentasi fold atau pli sebanyak empat kali (Kolers 1966b). Fold dan pli bentuknya
juga terlihat sama, maupun bunyinya juga mirip, dan batasan kata-kata telah
dilihat dan dibentuk tidak sebagai bentuk gambar maupun bentuk fonetik tetapi
pola arti bahasa tersebut. Dalam mengategorikan semantik, Spanyol-Inggris
bilingual memutuskan bahwa kata (contoh: robin)
nama contoh tipe kategori (bird) pada dasarnya kata-katanya sama dan nama
kategorinya dalam bahasa yang sama ataupun dalam bahasa yang berbeda (Caramazza
& Brones 1980).Dalam memberi nama kategori untuk gambar dan kata-kata, dua
bahasa Yahudi-Inggris memproduksi banyak kata-kata yang hampir sama dalam
bahasa sama maupun bahasa campuran (Shanon 1982). Keputusan kosa kata dalam
menentukan kata maupun bukan kata antara hubungan dua bahasa yang saling
berdekatan, Bahasa inggris dan bahasa belanda, juga mendukung common strore
hyphotesis (Nas 1983).
Anggapan
dengan adanya bentuk konsep tunggal, bagaimana kata L1 berhubungan dengan titik
ekuifalen L2? Secara langsung maupun tak langsung melalui konsep? Berdasarkan word
assosiation hypothesis,
hubungan langsung berada diantara kata-kata dalam dua bahasa. Dan berdasarkan concept
mediation hyphothesis, dua bahasa berhubungan lewat dasar, system
konsep amodal, salah satu gambar objek juga mempunyai akses (Potter,
So, Von Eckardt, Feldman 1984). Dalam dukungan concept mediation hyphotesis, ketika menguasai dwibahasa
china-inggris dan yang tidak menguasai dwibahasa inggris-prancis membaca kata
dengan keras, nama gambar dan kata terjemahan, dua kelompok membaca kata-kata
dalam L1 lebih cepat daripada memberi nama gambar, dan memberi nama gambar
dalam L2 lebih cepat daripada mereka menerjemahkan kata L1 ke dalam L2.
Bentuk
terpisah untuk dua bahasa Separate-store hyphotesis kemungkinan didukung jika hasil bilingual dalam tugas merasa
kesulitan jika diselesaikan dalam dwibahasa dibandingkan dengan satu bahasa.
Tugas tersebut sebagai rantai penghubung di antara kata-kata tampaknya
menyerupai hipotesis ini.
Sebagai bukti langsung kekuatan rantai antarbahasa dalam tes hubungan
kata terus menerus dengan pengajaran lima pola pergantian, pergantian rata-rata
dalam pergantian bebas kemungkinan rendah; seharusnya berkisar 0,5 jika
kemungkinan ketertinggalan dalam bahasa sebelumnya sama dengan pergantian
bahasa yang lain (I. Taylor 1971). Ternyata, subjek lebih suka meninggalkan
bahasa sebelumnya daripada mengganti ke dalam bahasa lain.
Tipe kata-kata daya ingat sematik interlingual (bahasa
campuran) Kebanyakan penelitian tentang daya ingat semantik dwibahasa digunakan
sebagai kata pendorong yang sering, nyata, dan dapat digambarkan serta
mempunyai titik terjemahan yang jelas diantara penelitian dua bahasa. Dalam
beberapa percobaan pada daya ingat semantik dwibahasa, peneliti membedakan
tipe-tipe kata : Yang asalnya sama dan bukan berasal dari asal yang sama, kata
nyata dengan abstrak, secara keseluruhan mempunyai kesamaan dengan kata yang
berbeda. Hampir berbagai cara yang mana dasar dan target sama
huruf, bunyi, dan arti, dll – akan mempermudah daya ingat target (Visual word recognition chapter 6). Bahasa sepertinya hanya satu-satunya jalan dimana
dasar dan target mungkin atau tidak mungkin menjadi sama. Di antara hubungan
bahasa, khususnya bahasa Indo-European, beberpa kata dilafalkan sama tapi
terjemahannya dari dua bahasa tersebut mempunyai bunyi dan pengertian yang
berbeda (contohnya bunyi coin dalam dalam bahasa Inggris disebut
(KwAN) dan berarti ‘pojok’ dalam bahasa prancis); beberapa kata mungkin disebut
bahasa campuran (interlingual) tulisan sejenis. Dalam penetapan dasar kosa
kata, dwibahasa inggris-prancis diharuskan membaca sekumpulan bahasa campuran
tulisan sejenis dalam satu desain bahasa. Konteks bahasa pada awalnya tidak
menghalangi akses sebagai bahasa alternatif seperti kata-kata (Beauvillain&
Grainger 1987). Dan arti kata dapat diakses tidak bergantung pada konteks
bahasa tetapi seringnya membaca setiap bahasa tersebut; sering berarti telah
mengakses telah mengakses lebih dulu sebelum yang jarang mengakses. Untuk
membandingkan bahasa yang asalnya sama dan yang asalnya tidak sama, I. Taylor
(1976b) memberikan tes kumpulan kata lanjutan untuk dwibahasa inggris-prancis.
Ketika kata dorongan tidak sama di antara dua bahasa (contoh acheter untuk beli) tanggapan dalam dua
bahasa tersebut tidaklah sama). Sebaliknya jika kata pendorong sama dengan dua
bahasa tersebut (contoh la carrote
untuk ‘carrot (wortel)’, tanggapan dua bahasa tersebut sama, seperti tampak
pada gambar 11-5, kelompok pertama sama dengan dua bahasa tersebut, dan kelompok
sisanya mendahului ke tingkatan lebih tinggi; banyak kelompok memproduksi dua
bahasa yang sama. Keduanya anak-anak dan orang dewasa menunjukkanpola-pola
tanggapan. Dalam Taylor (ibid) tes kumpulan kata lanjutan, kata-kata dorongan
nyata, status asal yang sama dan dapt berdiri sendiri, memproduksi lebih banyak
tanggapan yang sama daripada kata-kata abstrak. Juga dalam WAT bahasa campuran
tanggapan umum atau tanggapan saling berbagi antara dua bahasa lebih besar ke
kata-kata nyata (cth table (meja)) daripada kata-kata abstrak (contoh freedom
(kebebasan)) (Kolers 1963). Dalam test ingatan ketika langkah-langkah digunakan
untuk meningkatkan terjemahan yang salah, kesalahan lebih besar untuk kata-kata
nyata daripada kata-kata abstrak (Saegert & Young 1875). Dalam penetapan
kosa kata oleh dwibahasa korea-inggris,efek dasar bahasa campuran lebih besar
untuk kata-kata nyata daripada kata-kata abstrak (Jin Fischler 1987, in Ransdell & Fischter
1987). Meskipun unuk objek nyata, sehingga disebut penetapan terjemahan tidak
membutuhkan penetapan dalam bahasa dan budaya yang berbeda. Sehingga bentuk
umum atau konsep kata-kata lebih mirip untuk dwibahasa yang mempunyai bahasa
dan budaya sama daripada yang bahasa dan budayanya berbeda. Dalam overlapping-distributed
memory informasi bahasa, terjadi tumpang tindih lebih besar ketika
bahasa dan kebudayan saling berhubungan daripada bahasa dan kebudayaannya yang
tidak berhubungan.
Proses semantik dwi bahasa yang fleksible pertanyaan
yang seharusnya kita tanyakan tentang daya ingat semantil dwibahasa tidak lama
lagi, tapi dalam kondisi seperti apa. Hal tersebut dapat dibicarakan jika dalam
satu bentuk atau dua bentuk.seperti yang telah kita lihat, tipe kata-kata :
kata-kata abstrak, kata yang asalnya tidak sama, berbeda secara kultural
cenderung berpola seolah-olah seperti bentuk umum. Tipe pekerjaan juga menjadi
persoalan : pekerjaan yang mengetik arti kata meminta dalam bentuk umum,
sedangkan pekerjaan yang mengetik bentuk kata dan rantai penghubung antara dua
kata meminta bentul kata terpisah. Cara seorang dwibahasa menggunakan dua
bahasa kemungkinan menjadi persoalan dalam membentuk kata-kata dari dua bahasa
atau setidaknya hampir mirip. Atau dengan tumpang tindih yang lebih besar,
untuk seorang bilingual yang sering menggunakan dua bahasa saat berbicara,
seringnya mencari alterbatif dalam berbicara, demikian juga penerjemah
profesional dan Inggris-jepang Nisei. Sedangkan, kata-kata atau dua bahasa
mungkin diatur secara terpisah atau menguangi kerancuan untuk dwibahasa yang normalnya
menggunakan dua bahasa dalam konteks berbeda dan jarang menggunakan bahasa
alternatif.
Seseorang yang menguasai lebih dari satu bahasa lebih
fleksibel alam proses memilih cara. Trilingual, memberika tiga pilihan bahasa,
dan tiga kategori menyusun kata, menggunakan dua bahasa dan kategorinya (Alford
dan Aamiry 1969). Ketika menunjukkan daftar kata-kata, setiap bahasa muncul dua
kali dalam sat bahasa (contoh dog,dog) atau sekali dalam dua bahasa yang
bebeda(dog-hund), dwibahasa inggris-jerman dapat menjadi ingatan mendasardalam
bentuk fisik atau arti kata, sesuai dengan yang diperintahkan (Kintch 1970). Dwibahasa
spanyol-inggris menunjukkan pola bahasa independen dan bahasa khusus sebagai
hasil kondisi yang hampir sama berdasarkan informasi tuntutan tugas (Durgunoglu
& Roedinger 1987). Dalam tugas melengkapi kata (conto _l_i_a__r untuk
alligator), bahasa khusus telah diteliti tetapi dengan konsep tugas menghafal,
bahasa independen juga telah diteliti dan tes ya/tidak dalam mengingat
mencerminkan dua tipe bentuk semantik. Bagian kali ini, kami menerima hipĆ³tesis
overlaping-distributed
memory.dalam perwakilan
distribusi daya ingat informasi, menetapkan kembali bagian informasi menyangkut
unit pola aktif, setiap bagian pola aktif yang berbeda. Dalam daya ingat
semantik dwibahasa, dibandingkan monolingual, hal tersebut kemungkinan memiliki
lebih banyak unit, dan bermacam-macam pola unit, untuk mewakili informasi
tambahan hubungan diantara dua bahasa. Beberapa unit dan pola ini mungkin
menjadi unik untuk satu bahasa, sedangkan pada umumnya dua bahasa tergantung
cara penggunaan, pemberian tugas, tipe kata-kata, dan faktor lain, yang tampak
dalam gambar 11-6. Lebih jauh lagi bentuk umum dan bentuk
terpisah tidak membentuk dua bagian tapi bentuk satu kesatuan. Terakhir, dengan memikirkan
pengaturan otak dan fungsi dwibahasa, itu adalah bukti untuk pengaturan umum
dan terpisah dalam informasi linguistic (bab 12). Jika menderita kerusakan
kelemhan berbahasa disebabkan kerusakan otak, sat bahasa mungkin menjadi lemah/
buruk. Satu bahasa
mungkin diperbaiki lebih awal daripada yang lainnya, dan kemungkinan diperbaiki
secara parallel. Individu dwilingual merubah bagaimana cara bagaimana mereka
belajar dan menggunakan dua bahasa, berdasarkan tugas, kata-kata, konteks, dan
lain sebagainya.
VI Ringkasan
dan kesimpulan
(Summary and Conclusions)
Dwibahasa berbicara menggunakan dua bahasa atau lebih.
Seorang dwibahasa yang masih awam menperoleh dua bahasa secara informal.
Pengaruh linguistik seperti aksen asing, cenderung tidak bertahan lama untuk
dwibahasa awam tetapi tetap untuk dwibahasa yang sudah lama. Sekolah dwibahasa
, jika dikelola tidak terlalu baik, dapat menimbulkan efek yang merusak
perkembangan bahasa anak. Jika dikelola dengan baik,dwibahasa cenderung
menderita dari kerugian terlalu banyak bermacam-macam tugas, kemungkinan karena
alasan seperti kompetisi di antara bahasa. Keterlibatan program yang sesuai,
anak sekolah mencapai kemampuan (meskipun tidak seperti orang asli berbahasa
inggris) L2 akan mencapai kemampuan yang sama dengan L1 untuk L1 monolingual.
Pendidikan bilingual, kemungkinan membantu perkembangan linguistik dan
kefleksible-an kognitif. Pelajar yang mempelajari L2 diusia remaja harus
mempunyai kecerdasan, yang terdiri dari cabang kemampuan yang dapat diukur
dengan tes. L2 dapat belajar dengan baik ketika mereka merasa membutuhkannya.
Sebagai tambahan, pembelajaran L2 yang efektif memerlukan materi pembelajaran
yang bagus, dan metode yang bail seperi berperan aktif. Dalam berbicara
menggunakan dua bahasa, dengan bahasa lain mungkin bercampur antara bahasa,
biasanya untuk frase lebih diekspresikan dalam Satu bahasa daripada bahasa yang
lain. Pergantian bahasa secara bebas tidak menyita banyak waktu.
Dalam daya ingat semantik dwibahasa, kata-kata dari
dua bahasa kemungkinan terbentuk secara umum, dalam bentuk konsep atau terpisah
untuk masing-masing bahasa. Pada dasarnya, bentuknya fleksible. Kata-kata
nyata, yang asalnya sama, dan kata-kata sama secara kultural cenderung berpola
seperti bentuk umum atau jalan distribusi secara tumpang tindih, sedangkan
kata-kata abstrak, yang asalnya tidak sama, dan berbeda secara kultural
cenderung berpola seperti bentuk terpisah. Tugas-tugas menekankan pada proses
kata-kata untuk arti kata tergambar dalam bentuk umum, sedangkan tugas-tugas
yang memerlukan pembentukan kata tergambar dalam bentuk terpisah.
No comments:
Post a Comment