1. Apa
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?
Penelitian tindakan kelas adalah
satu rancangan penelitian yang dirancang khusus untuk peningakatan kualitas
praktek pembelajaran di kelas. Peneliti
dalam PTK adalah guru yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelasnya. Dengan demikian guru yang melakukan penelitian tindakan kelas
berperan ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti (teacher-researcher).
Sebagai guru dia harus menyelesaikan masalah pembelajaran (dengan demikian dia
meningkatkan kualitas praktek pembelajaran) di kelasnya, sedangkan sebagai
peneliti dia harus menghasilkan karya ilmiah yang berupa strategi pembelajaran
inofatif yang bisa dimanfaatkan oleh guru-guru lain yang memiliki masalah yang
serupa.
Dengan demikian penelitian
tindakan kelas yang dilakukan oleh teacher-researcher berfungsi ganda, yaitu meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelasnya (as a teacher) dan berbagi pengalaman keberhasilannya
dalam memecahkan masalah tersebut (as a researher) melalui karya ilmiah
inofatif pembelajaran. Dengan berbagi pengalaman melalui jaringan PTK itulah
kulitas pembelajaran di satu daerah bisa bersama-sama meningkat.
2. Bagaimana merumuskan masalah PTK?
Rumusan masalah adalah
pernyataan tujuan penelitian yang lebih operasional (biasanya) dalam bentuk
kalimat tanya. Karena tujuan PTK meliputi dua hal (a) penyelesaian masalah
pembelajaran di kelas dan (2) strategi pembelajaran yang akan dikembangkan
sebagai karya ilmiah inofatif untuk disebarluaskan kepada khalayak guru,
rumusan masalah penelitian tindakan kelas harus mengakomodasi ke dua aspek
tersebut.
Beberapa ahli menyatakan bahwa
rumusan masalah PTK harus menonjolkan (topicalization) aspek penyelesaian
masalahnya, sementara yang lain harus menonjolkan aspek pengembangan
strateginya. Kelompok pertama yang lebih
mengedepankan pemecahan masalah pembelajaran dalam rumusan masalah
penelitiannya tidak melihat PTK sebagai penelitian yang mengembangkan sebuah
strategi pembelajaran, sehingga tidak setuju mengedepankan pengembangan
strategi pembelajaran. Bagi kelompok ini yang utama adalah menyelesaikan
masalah. Kelemahan pemahaman ini adalah kemungkinan diabaikannya produk
penelitian yang berupa karya ilmiah inofatif strategi pembelajaran yang bisa
disebarluaskan ke khalayak guru bidang studi yang sama. Beberapa kali
pengalaman penulis menemukan laporan PTK (di seminar nasional maupun dalam
banyak tesis S2) yang tidak disertai produk strategi pembelajaran inofatif yang
telah dikembangkan, sehingga peserta seminar dan pembaca laporan PTKnya tidak
bisa menggunakan pengalaman keberhasilan peneliti tersebut.
Sementara kelompok yang
mengedepankan pengembangan strategi pembelajaran inofatif beranggapan bahwa PTK
dilatar belakangi oleh masalah pembelajaran yang ingin dipecahkan atau oleh
tujuan untuk meningkatkan kualitas praktek pembelajaran dikelasnya. Dengan kata
lain, penyelesaian masalah atau peningkatan kualitas pembelajaran ditempatkan
sebagai dasar/alasan untuk melakukan PTK yang akan menghasilkan sebuah strategi
pembelajaran inofatif. Karena ukuran (criteria of success) kualitas strategi
pembelajaran yang dikembangkan (dengan tahapan dirumuskan, dicobakan,
dievaluasi, kemudian direvisi untuk dicoba lagi pada siklus berikutnya) adalah
penyelesaian masalah atau peningkatan kualitas pembelajaran yang telah
ditargetkan, maka kelompok ini melihat bahwa yang diutamakan dalam PTK adalah
produk strategi pembelajaran inofatifnya dengan tanpa mengabaikan pemecahan
masalah atau peningkatan kualitas pembelajarannya.
3. Bagaimana merumuskan tujuan PTK?
Sebagaimana perumusan masalah
PTK, perumusan tujuan PTK yang benar tentunya juga harus menagandung dua unsur
tersebut, yaitu masalah yang akan dipecahkan dan strategi yang akan
dikembangkan untuk memecahkan masalah tersebut. Apapaun rumusannya asal isinya
meliputi dua unsur tersebut bisa dianggap benar, atau apapun rumusan tujuannya,
bila tidak lengkap berisi dua unsur tersebut, rumusan tujuan PTK tersebut
salah.
4. Berapa jumlah pertanyaan PTK?
Masalah PTK yang benar harus
berisi dua aspek, yaitu penyelesaian masalah (misalnya meningkatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran speaking) dan strategi yang dikembangkan (misalnya
strategi penggunaan Picture Games) untuk memecahkan masalah tersebut. Selama
dua aspek tersebut terkandung dalam sebuah rumusan masalah PTK, maka rumusan
masalah tersebut sudah benar.
Penambahan beberapa sub-masalah
untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja dilakukan selama tidak
mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah (utama) nya, misalnya tetap
hanya akan menghasilkan satu strategi dalam satu PTK. Rumusan masalah yang bisa
dirinci menjadi beberapa sub-masalah adalah rumusan masalah yang mengembangkan
satu strategi pembelajaran inofatif yang bisa dibagi menjadi beberapa tahapan
kegiatan pembelajaran, misalnya tahapan pembelajaran dalam writing, bisa
dirinci menjadi 5 tahapan pembelajaran, yaitu (1) tahapan pembelajaran
activating schemata, (2) tahapan pembelajaran brainstorming, (3) tahapan
pembelajaran drafting, (4) tahapan pembelajaran editing, dan (5) tahapan
pembelajaran publishing. Kelima strategi
tersebut membentuk satu strategi yang terkait bukan membentuk 5 strategi yang
berbeda dan terpisah.
Menjadi kurang jelas apabila satu rumusan masalah
dirinci berdasar kriteria keberhasilan PTK, karena akan memberikan kesan
seakan-akan yang dikembangkan lebih dari satu strategi pembelajaran. Misalnya
strategi (tertentu) yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas writing
siswa, dirinci menjadi beberapa sub-strategi, yaitu (1) strategi untuk
meningkatkan kualitas penggunaan tata bahasa, (2) strategi untuk meningkatkan
kekayaan kosa kata, (3) strategi untuk meningkatkan kualitas koherensi, (4)
strategi untuk meningkatkan kualitas organisasi karangan, (5) strategi untuk
meningkatkan kualitas isi karangan, dsb. Ke lima hal tersebut menjadi indikator
keberhasilan satu strategi utama, bukan sub-bagian atau tahapan kegiatan
pembelajaran dengan strtaegi (utama) tersebut.
5. Bagaimana proses PTK?
Proses PTK dimulai dengan
identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang akan
melakukan PTK. Tidak ada guru yang tidak memiliki masalah pembelajaran di
kelasnya. Yang dimaksud masalah pembelajaran.adalah situasi pembelajaran dan
atau hasil pembelajaran yang masih bisa ditingkatkan. Guru professional selalu
mencari cara untuk melaksanakan praktek pembelajaran yang lebih baik dari yang
sudah diusahakan. Sebaliknya guru yang tidak profesional merasa tidak perlu
lagi mengupayakan peningkatan kualitas pembelajarannya karena dia merasa masih
banyak praktek pembelajaran oleh guru lain yang belum sebaik yang dia
laksanakan. Guru yang tidak professional semacam ini tidak pernah merasa ada
masalah dalam praktek pembelajaran yang dia laksanakan. Sebaliknya guru yang professional selalu melihat banyak masalah
yang bisa diselesaikan untuk meningkatkan kualitas praktek pembalajaran. Tentunya
tidak semua masalah akan diselesaikan sekaligus, beberapa masalah saja yang
dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu. Masalah inilah yang
diangkat sebagai dasar melaksanakan PTK.
Tahap berikutnya adalah mencari
alternatif strategi pembelajaran yang paling cocok untuk mengatasi masalah yang
telah dipilih melalui kajian sumber pustaka atau diskusi dengan sejawat. Peneliti harus bisa menjelaskan bahwa
strategi yang dipilih bisa menyelesaikan masalah yang akan dipecahkan. Ukuran terselesaikannya masalah melalui
strategi yang dipilih itu nantinya akan digunakan sebagai criteria of success,
yang menentukan apakah strategi tersebut masih harus dimodifikasi lagi atau
dianggap sudah baik. Strategi tersebut
kemudian harus dirumuskan dalam skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah
pembelajaran, dilengkapi dengan bahan ajar dan media pembelajaran yang relevan.
Penyiapan strategi ini disebut dengan tahap perencanaan (tahap pertama).
Tahap kedua adalah mengimplemantasikan skenario
pembelajaran yang telah disiapkan. Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti
harus berlatih menguasai skenario pembelajaran yang telah disiapkan sehingga
pada saat implementasi, kegiatan pembelajaran sudah bisa diamati untuk melihat
tingkat keberhasilannya. Apabila ternyata dalam pelaksanaan pembelajaran,
skenario pembelajaran yang telah disiapkan tidak diikuti dengan baik, maka
pembelajaran tersebut belum bisa diamati untuk dievaluasi tingkat
keberhasilanya.
Tahap ketiga adalah pengamatan.
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan sebelumnya
diamati untuk dilihat tingkat keberhasilannya. Tujuan pengamatan adalah untuk
mengumpulkan data yang menjadi indikator dampak dari implementasi strategi yang
telah direncanakan, untuk menentukan seberapa jauh strategi yang
diimplementasikan telah mampu menyelesaikan masalah seperti yang telah
ditentukan dalam criteria of success.
Data yang dikumpulkan pada tahap ini bukan yang terkait dengan indikator
kesesuaian antara skenario pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran, karena
kesesuaian ini sudah harus dijamin tidak berbeda. Sekali lagi kalau masih ada
perbedaan, maka pelaksanaan pembelajaran belum bisa diamati, karena pengamatan
hanya untuk melihat dampak dari strategi pembelajaran yang telah sesuai dengan
skenarionya. Checklist untuk kegiatan guru dan siswa, seperti yang banyak
dilakukan oleh mahasiswa yang sedang melakukan PTK untuk kepentingan tesisnya,
tidak dipakai untuk mengamati keberhasilan strategi pembelajaran, tetapi
dipakai pada saat latihan sebelum memulai implementasi yang sesungguhnya.
Tahap keempat adalah refleksi.
Pada tahap ini, data yang telah terkumpul pada tahap pengamatan dianalisis,
untuk disimpulkan, kemudian dibandingkan dengan criteria of success. Apabila
hasil analisis menunjukkan bahwa target criteria of success telah tercapai,
maka strategi tersebut telah terbukti mampu menyelesaikan masalah yang sedang
dipecahkan. Penelitian dilanjutkan
dengan melaporkan hasil penelitian yang berupa tesis atau artikel ilmiah dan
menuliskan secara lebih detail (sebagai panduan) bagi orang lain bagaimana
mengimplementasikan strategi tersebut di tempat lain yang memiliki masalah yang
sama. Tetapi apabila target belum
tercapai, peneliti harus mempelajari kembali strategi tersebut, untuk
menentukan bagaian mana dari strategi tersebut yang harus dimodifikasi, untuk
diimplementasikan pada siklus berikutnya.
6. Apa saja yang bisa dijadikan criteria of success?
Kriteria keberhasilan
dikembangkan dari masalah pembelajaran yang akan dipecahkan atau tujuan
peningkatan kualitas pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran banyak
aspek menjadi ukuran keberhasilan. Kegiatan pembelajaran yang tidak
menghasilkan tingkat prestasi akademik seperti yang diinginkan pada peserta
didik memiliki masalah pembelajaran yang perlu dipecahkan. Kegiatan
pembelajaran yang tidak berdampak pada tumbuhnya motivasi peserta didik untuk
memiliki self-regulated learning, atau kegiatan belajar mandiri memiliki
masalah pembelajaran yang perlu dipecahkan. Kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dalam suasana yang tidak menyenangkan, yang menakutkan, yang
menimbulkan stress bagi peserta didik ataupun bagi gurunya, yang menyebabkan
peserta didik kehilangan kepercayaan akan kemampuan dirinya untuk menguasai
ketrampilan yang sedang dipelajari, yang mematikan kemampuan sosial siswa
(seperti kerjasama, kepedulian) adalah kegiatan pembelajaran yang memiliki
masalah yang perlu dipecahkan.
Indikator terpecahkannya
masalah-masalah tersebut bisa berupa data kuantitatif (seperti skor hasil tes
yang menggambarkan prestasi akademik, frekwensi bertanya yang menggambarkan
keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, dsb), dan atau data
kualitatif (seperti gambaran suasana kelas, gambaran suasana batin peserta
didik maupun guru yang bersangkutan). Data kuantitatif sangat objektif, terukur
dengan pasti dan bisa dianalisis secara statitik. Sementara data kualitatif
sangat subjektif berupa gambaran suasana kelas, kecintaan peserta didik pada
bidang yang sedang dipelajarai, dsb.
Strategi pembelajaran yang
dihasilkan melalui PTK akan memiliki banyak kelebihan yang menarik bagi banyak
guru lain untuk ikut menggunakannya dalam kelas mereka apabila telah terbukti
mampu mencapai target criteria of success baik yang berupa prestasi akademik
maupun atmosfir akademik yang menunjang.
7. Apa yang
dimaksud satu siklus?
Satu siklus adalah satu putaran
dalam PTK yang di dalamnya melipti tahapan kegiatan perencanaan strategi
pembelajaran, tahapan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan strategi yang
telah disiapkan, yang diamati tingkat keberhasilannya, dan dievaluasi apakah
tingkat keberhasilan sudah mencapai yang ditargetkan. Pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan strategi yang telah direncanakan bisa terdiri dari satu atau
beberapa pertemuan yang merupakan kelanjutan dalam satu unit strategi yang
telah direncanakan. Misalnya, pertemuan pertama untuk tahapan pembelajaran
menulis berupa pembangkitan skemata siswa (schemata activation) dilanjutkan
dengan drafting awal, pertemuan kedua adalah tahapan peer editing dan revising,
dan pertemuan ketiga melanjutkan tahapan publishing. Dalam contoh ini tiga
pertemuan dilaksanakan dalam satu siklus.
Apabila satu pertemuan sudah
melaksanakan pembelajaran secara utuh, misalnya pembelajaran speaking satu jam
pertemuan dengan Picture Games, maka pertemuan satu jam berikutnya dengan
picture games lagi merupakan siklus lanjutan. Dalam contoh ini setiap jam pertemuan
speaking melibatkan proses perencanaan strategi Picture Games, pelaksanaan
pembelajaran dengan Picture Games yang telah direncanakan, yang diamati, dan
kemudian dievaluasi keberhasilannya. Pada pertemuan berikutnya, strategi
pembelajaran Pictue games tersebut telah dimodifikasi, untuk kemudian
dilaksanakan, diamati, dan dievaluasi lagi tingkat keberhasilannya.
8. Bolehkah
menggunakan kelompok yang sama untuk pelaksanan siklus kedua, ketiga dst.?
Hal yang perlu dijaga dalam
pelaksanaan siklus berikutnya adalah tidak terjadinya pengulangan pembelajaran
pada kelas yang sama dengan topik pembelajaran yang sama karena apabila ini
terjadi, keberhasilan pembelajaran bukan indikator dari keberhasilan pemakaian
strategi tersebut tetapi karena pengulangan pembelajaran. Pengulangan
pembelajaran di satu kelas seharusnya menggunakan metode lain yang bertujuan
untuk pengayaan atau remedy. Sebaiknya siklus lanjutan dilakukan pada kelompok
lain yang memulai pembelajaran dari awal bukan mengulang pelajaran sebelumnya.
Kelas yang sama bisa saja menjadi tempat pelaksanaan siklus berikutnya
(tentunya untuk topik pembelajaran yang beda) apabila strategi yang sedang
dikembangkan cocok untuk berbagai topik pembelajaran.
9. Apakah Planning (pada bab 3: Metode Penelitian)
dalam tesis berisi laporan kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga mengunakan
past tense verbs atau berisi strategi yang akan dikembangkan?
Planning pada bab 3 berisi
strategi yang akan dikembangkan, akan direvisi, ditambah, dikurangi, dsb. bukan
laporan yang telah dilaksanakan, jadi tidak menggunakan past-tense verbs. Dalam
penelitian jenis lain, Bab3 tentang metode penelitian berisi laporan proses
kegiatan penelitian, seperti design penelitian yang telah digunakan, proses
pemilihan sample yang telah dilaksanakan, instrumen pengumpulan data yang telah
dikembangkan dan digunakan, pengumpulan data dan analisis data yang telah
dilaksanakan dalam penelitian tersebut, sehingga kata kerja Bahasa Inggris yang
digunakan harus berbentuk past tense. Tapi Penelitian tindakan kelas berbeda.
Strategi di Bab 3 adalah yang akan
dikembangkan. Memang seluruh tesis adalah laporan penelitian, tetapi dalam
laporan penelitian ada bagian-bagiannya, ada bagian perencanaan pada Bab 1, ada
bagian kajian teori pada bab 2, ada bagian metode penelitian pada bab 3, ada
bagian hasil penelitian pada bab 4, dsb. yang tidak semuanya merupakan laporan
kegiatan yang harus menggunakan past tense verbs.
10. Apa yang disebutkan dalam tahap implementing?
Pada tahap implementing, peneliti
cukup melaporkan cara kerja dalam mengimplementasikan strategi yang telah disiapkan, tidak perlu
menceritakan lagi tahapan-tahapan pembelajarannya. Semua tahapan (skenario)
pembelajaran harus sudah dideskripsikan secara detail pada tahap planning dan
tidak perlu lagi diulang pada tahap implementing.
Seringkali mahasiswa penulis
tesis berdasar PTK mengisi planning dengan rencana yang akan dilakukan,
termasuk rencana akan menyusun skenario pembelajaran, sedangkan deskripsi
skenario pembelajarannya diuraikan secara detail di bagian implementing. Dengan
cara ini strategi yang menjadi sentral pembahasan dalam PTK berada di dalam
implementing, bukan di bagian planning. Ini bertentangan dengan alur prosedur
PTK, yaitu apabila satu siklus belum mencapai prestasi yang ditargetkan, maka
langkah berikutnya adalah memperbaiki planning (yang berisi skenario
pembelajaran) bukan memperbaiki implementing. Kalau skenarionya berada dalam
bagian implementing, berarti skenarionya tidak diperbaiki. Atau dengan kata
lain kalau planning (yang berisi rencana akan menyusun skenario pembelajaran)
itu yang diperbaiki, berarti rencana akan menyusun skenario itulah yang akan
dirubah. Ini salah, karena yang direvisi adalah strateginya.
Dalam tahap implementing cukup
dideskripsikan secara sekilas bahwa semua kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini berdasarkan strategi yang telah disiapkan, perlu dijelaskan siapa pelaksana
pembelajarannya, biasanya peneliti sendiri, siapa observernya, bagaimana
training yang telah dilakukan untuk menjamin bahwa strategi itu betul-betul
telah dikuasai oleh implementer dan siap diamati tingkat keberhasilannya. Tidak
lagi ada pertanyaan apakah implementernya sudah menguasai strateginya atau
belum. Tidak relevan lagi pertanyaan Seberapa jauh strategi yang telah
disiapkan telah diikuti dalam proses implementasi karena semua ini sudah harus
dikuasai, dilatihkan sebelum penelitian dimulai. Kalau dalam perjalanan
ternyata implementasi belum sesuai dengan strategi yang telah disiapkan, maka
pengamatan terhadap dampak keberhasilan belum bisa dilakukan. Penelitian harus
diulang kembali dari awal.
11. Apa ukuran keberhasilan sebuah siklus pada PTK?
Sebuah siklus dalam PTK
dikatakan sudah berhasil atau belum berhasil diukur dari pencapaian target yang
telah ditentukan, yang berupa kriteria keberhasilan. Apabila pencapaian hasil
sudah sama seperti yang ditargetkan, maka siklus tersebut sudah berhasil,
apabila belum sesuai target, maka strateginya harus direvisi untuk digunakan
pada siklus berikutnya. Begitu juga pada siklus ke dua, dst, ukuran
keberhasilannya diukur dengan membandingkan prestasi/dampak yang telah dicapai
dengan kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan, bukan dibandingkan dengan
hasil sebelum siklus 1 atau hasil pada siklus 1.
12. Bolehkah
menggunakan perbedaan pre-test dan post-test sebagai ukuran keberhasilannya?
Pre-test dan Post-test digunakan
dalam rancangan penelitian jenis lain, yaitu jenis causal design, bukan jenis
PTK. Pada penelitian dengan rancangan causal design, sebuah strategi dipilih
untuk diuji efektifitasnya melalui perbandingan prestasi pre-test dan
post-test. Tahapannya adalah 1) strategi dipilih untuk diuji efektifitasnya, 2)
satu kelompok dipilih sebagai subjek experimen yang akan diberikan perlakuan
dengan menggunakan strategi yang telah dipilih, 3) kemampuan awal diukur dengan
pre-test, 4) perlakuan diberikan dengan strategi yang telah dipilih, 5)
keberhasilan belajar setelah diberikan perlakuan diukur dengan post-test, dan
kemudian 6) hasil pre-test dibandingkan dengan post-test untuk mengukur tingkat
signikansi perbedaannya. Hasilnya adalah sebuah pernyataan apakah strategi
tersebut efektif atau tidak efektif dari aspek hasil atau dampaknya. Tidak ada tahapan revisi terhadap strategi
tersebut.
Pada PTK, tujuan penelitian adalah mengembangkan
sebuah strategi yang bisa berhasil membantu siswa menyelesaikan masalah
pembelajarannya. Tahapanya adalah 1) memilih satu kelas tertentu sebagai tempat
penelitian, biasanya kelasnya sendiri, 2) mengidentifikasi masalah pembelajaran
yang dihadapi oleh kelas tersebut, yang bisa diases dengan test, dengan
observasi, atau dengan melihat dokumen yang ada, 2) memilih strategi spesifik
yang dianggap paling cocok untuk menyelesaikan masalah pembelajaran tersebut
(planning), 3) mengimplementasikan strategi tersebut (implementing), 4) mengamati keberhasilannya berdasar
prestasi yang ditargetkan (observing and reflecting), 5) merevisi strategi
untuk untuk diimplementasikan lagi pada siklus berikutnya apabila prestasi yang
ditargetkan belum tercapai atau masalah yang dicoba pecahkan belum teratasi.
13. Data apa yang dikumpulkan pada tahap Observing?
Tahap observasi adalah kegiatan
pengumpulan data. Data dari hasil pengamatan yang bisa dilakukan sesuai dengan
sifat datanya (kemampuan diamati dengan test, minat diamati dengan angket,
suasana kelas diamati dengan merekam apa yang terjadi di kelas, dsb.) akan
digunakan sebagian bahan refleksi untuk menentukan apakah strategi yang telah
diimplementasikan telah berhasil memecahkan masalahnya atau belum. Bukan untuk
kepentingan lainnya. Jadi kalau diungkapkan dalam pertanyaan, maka peneliti
pada saat melakukan pengamatan (pengumpulan data) bertanya: Seberapa jauh
strategi yang sedang dan telah diimplemantasikan tersebut telah berhasil
memecahkan masalah yang sedang dicoba pecahkan? Sehingga data yang dikumpulkan
adalah hal-hal yang terkait dengan dampak dari strategi yang diimplementasikan,
bukan kegiatannya sendiri. Kegiatan guru dalam mengimplementasikan strategi
bukan data.
Seringkali kesalahan terjadi,
yaitu membuat checklist untuk kegiatan guru dan siswa untuk mengecek apakah
strateginya telah dilaksanakan seperti yang diskenariokan atau belum. Jika data
ini yang dikumpulkan maka data tersebut tidak bisa digunakan sebagai bahan
refleksi untuk menilai strategi, karena data tersebut tidak berkaitan dengan
ukuran keberhasilan strtagi. Data tentang kegiatan guru dan siswa cocok dipakai
untuk memperbaiki implementasi, atau memperbaiki kemampuan guru dalam
mengimplemen-tasikan strategi seperti dalam bimbingan PPL. PTK bukan PPL, jadi berbeda tujuannya,
berbeda data yang dikumpulkan untuk perbaikannya.
14. Apa yang
dilaporkan pada Bab 4 pada tesis yang berjudul Findings (Hasil) and Discussion?
Bab 4 yang berjudul Findings and Discussion berisi hasil
penelitian dan diskusi terhadap hasil penelitian tersebut. Penelitian PTK
melibatkan tahapan planning, implementing, observing, dan reflecting. Dengan
tahapan-tahapan itulah dihasilkan produk PTK yang dilaporkan pada Bab 4 dengan
judul Findings and Discussion. Dengan demikian isi Bab 4 tidak perlu
menceritakan lagi proses penelitian dengan sub-judul planning, implementing,
observing, dan reflecting. Planning adalah proses penyiapan strategi yang akan
dikembangkan dalam penelitian, jadi bukan hasil penelitian. Implementing adalah tahapan penelitian untuk
melaksanakan strategi yang telah disiapkan sebelumnya, jadi bukan hasil
penelitian. Observing dan reflecting
adalah kegiatan penelitian yang berupa proses pengumpulan data dan analisisnya,
jadi bukan hasil penelitian.
Dengan demikian Bab 4 pada
laporan PTK tidak berisi proses penelitian, tetapi hasil penelitian. Yang perlu
dilaporkan adalah 1) hasil refleksi pada siklus pertama, 2) apakah kriteria
keberhasilan yang telah ditargetkan telah tercapai atau belum, dengan didukung
data 3) Bila belum tercapai dan perlu diteruskan lagi ke siklus berikutnya,
revisi apa yang telah dilakukan terhadap strategi yang telah digunakan pada
siklus pertama untuk diimplementasikan pada siklus berikutnya, 4) hasil refleksi pada siklus kedua, 2)
apakah kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan telah tercapai atau belum,
3) Bila belum tercapai dan perlu diteruskan lagi ke siklus berikutnya, revisi
apa terhadap strategi yang telah digunakan untuk diimplementasikan pada siklus
berikutnya, dst.
15. Bagaimana menuliskan kesimpulan pada laporan
penelitian atau tesis PTK?
Kesimpulan penelitian adalah
jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan dalam penelitian tersebut. Oleh
karena itu kesimpulan harus menjawab pertanyaannya. Karena pertanyaan PTK
adalah How can a strategy solve a selected problem? atau Bagaimana
menyelesaikan masalah dengan sebuah strategi tertentu?, maka jawabannya harus sebuah prosedur menyelesaikan sesuatu
yang kemudian didukung bukti bahwa masalahnya telah terpecahkan dengan strategi
tersebut. Jadi isi kesimpulan PTK tidak sama dengan kesimpulan untuk penelitian
jenis causal design atau corelational design, yang biasanya diformulasikan
dalam sebuah proposisi: karena ..... maka....(untuk causal design), atau semakin .... maka semakin ......(untuk
corelational design).
16. Apa produk Penelitian Tindakan Kelas?
Peneliti PTK berperan ganda,
yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti (teacher-researcher) sekaligus. Sebagai guru, dia harus menyelesaikan masalah
pembelajaran, sebagai peneliti dia harus menghasilkan karya ilmiah, yaitu
produk yang berupa strategi pembelajaran inofatif yang telah berhasil dia
gunakan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran tersebut, tentunya selain
karya ilmiah yang berupa laporan penelitian dan artikel ilmiah yang bisa
ditulis dari laporan penelitiannya. Jika laporan PTK hanya melaporkan
keberhasilan mengatasi masalah pembelajaran, maka laporan itu seperti laporan
keberhasilan guru (teacher) bukan laporan keberhasilan peneliti PTK, yang
seharusnya berfungsi ganda yaitu teacher-researcher.
17. Apa signifikansi PTK?
Yang dimaksud signifikansi
penelitian adalah kebermanfaatan hasil atau produk penelitian bagi khalayak
praktisi dan atau untuk pengembangan teori. Kebermanfaatan ini bukan mengacu
pada manfaat saat dilaksanakan penelitian, tetapi mengacu pada manfaat hasil
setelah penelitian selesai dilaksanakan.
Karena produk PTK adalah strategi
pembelajaran inofatif, maka siginikansi PTK mengacu kepada siapa saja yang akan
mendapat manfaat dari strategi pembelajaran yang telah berhasil dikembangkan.
Guru lain akan bisa memanfaatkan strategi tersebut bila dia memiliki masalah
sama yang bisa dipecahkan dengan strategi tersebut. Kelompok guru bisa mendiskusikan strategi
tersebut untuk menambah pengetahuan tentang satu pilihan strategi inofatif
untuk memecahkan satu masalah tertentu dalam bidang pembelajaran. Guru
matapelajaran lain (seperti guru Bahasa Indonesia, Bahasa daerah, atau bahasa
asing lainnya) yang memiliki masalah yang sama bisa juga memanfaatkannya.
Di dalam penelitian kualitatif,
pemanfaatan hasil penelitian untuk kontek lain disebut dengan transfer.
Walaupun PTK bukan sepenuhnya kualitatif, tetapi pemanfaatan strategi inofatif
yang dihasilkan dari PTK bisa ditransfer ke kelas lain yang memiliki masalah
serupa dengan kontek penelitian yang telah dilaksanakan. Bahkan nilai
keberhasilan (significance/ contribution) PTK bisa dilihat dari seberapa banyak
guru lain yang bisa memanfaatkan strategi pembelajharan inofatif yang telah
dihasilkan; semakin banyak guru memanfaatkan strategi tersebut, semakin tinggi
nilai kontribusi PTK tersebut.
18. Apakah
PTK termasuk penelitian dengan rancangan Kuantitatif atau Kualitatif?
Penentuan rancangan penelitian
kuantitatif atau kualitatif tergantung pada jenis data yang menggambarkan
variabel yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Bila data
yang menjadi indikator variabelnya bisa digambarkan/dihitung dengan angka dan
oleh karena itu untuk analisisnya bisa digunakan formula statistik, maka
penelitian tersebut menggunakan rancangan kuantitatif. Sebaliknya bila data
yang menggambarkan variabelnya tidak bisa digambarkan dengan angka, dan oleh
karena itu untuk analisisnya tidak bisa digunakan formula statistik, maka
penelitian tersebut menggunakan rancangan kualitatif.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, data dalam PTK
digunakan sebagai indikator pencapaian criteria of success. Criteria of success
untuk PTK ada yang melibatkan variabel yang bisa digambarkan dengan angka
(seperti prestasi hasil belajar yang bisa digambarkan dengan skor yang berupa
angka) dan ada pula yang melibatkan variabel yang tidak bisa digambarkan dengan
angka tetapi dengan deskripsi (seperti suasana kelas, kerjasama antar peserta didik,
kemandirian belajar peserta didik).
Bila satu PTK melibatkan
beberapa variabel (ada yang indikatornya berupa angka dan ada juga yang
indikatornya berupa deskripsi) maka PTK tersebut menggunakan dua rancangan
sekaligus, yaitu rancangan kuantitatif (untuk mengumpulkan dan menganalisis
data yang berupa angka) dan rancangan kualitatif (untuk mengumpulkan dan
menganalisis data yang digambarkan dengan deskripsi). Jadi PTK bisa dimasukkan
kedalam rancangan kuantitatif sekaligus kualitatif, atau sebaliknya PTK tidak
bisa dimasukkan ke dalam rancangan kuantitatif (karena melibatkan data yang
tidak bisa dianalisis dengan statistik), atau tidak bisa dimasukkan ke dalam
rancangan kualitatif (karena melibatkan data yang analisisnya harus menggunakan
formula statistk). Untuk itu yang paling
bagus adalah tidak usah berfikir memasukkan PTK ke dalam rancangan kuantitatif
atau rancangan kualitatif, sebutkan saja PTK memiliki ciri khas yang berbeda
dari jenis penelitian lainnya, yaitu menggunakan rancangan penelitian sesuai
dengan keperluannya.
19. Di mana
disajikan pembahasan tentang data, instrumen pengumpulan data, pengumpulan
data, dan analisis data?
Organisasi penyajian laporan PTK
banyak berbeda dari laporan penelitain jenis lainnya. Setiap siklus PTK
melibatkan empat tahapan (planning, implementing, observing, dan reflecting)
yang masing-masing memiliki pengertian khusus. Planning adalah tahapan
menyiapkan strategi yang akan dikembangkan, dengan seluruh media dan materi
pembelajarannya. Implementing merupakan tahap pelaksanaan strategi yang telah
dipersiapkan Observing adalah tahapan
pengumpulan data yang menjadi indikator pencapaian criteria of success, baik
yang menggunakan test, angket, wawancara, atau pengamatan. Reflecting adalah
tahapan anlisis data untuk menentukan apakah criteria of success sudah tercapai
atau belum.
Dengan demikian, pembahasan
tentang data, instrumen pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data tidak
berdiri dalam satu sub-heading tersendiri, tetapi termasuk dalam tahapan
observing. Demikian juga pembahasan tentang
analisis data tidak dilakukan dalam satu sub-heading tersendiri, melainkan
termasuk dalam tahapan reflecting.
Penyajian sub-heading tentang data, instrumen pengumpulan data, dan
teknik pengumpulan data terpisah dari tahapan observing menunjukkan ketidak
fahaman oleh yang bersangkutan terhadap makna observing. Bahkan dalam sebuah ujian tesis yang
berdasarkan PTK, penah mahasiswa yang membuat sub-heading pengumpulan data
secara terpisah diberi pertanyaan oleh penguji, kegiatan mana yang lebih dulu
dikerjakan observing atau pengumpulan data, mahasiswa tersebut kebingungan
menjawabnya.
No comments:
Post a Comment