Friday, June 10, 2016

POPULASI DAN SAMPEL





Latar Belakang
Penelitian itu dilakukan salah satunya untuk memenuhi rasa ingin tahu manusia, manusia ingin mencari jawaban atas tentang suatu fenomena, mencari solusi suatu masalah ataupun membuat prediksi. Penelitian yang dilakukan  haruslah menggunakan metodelogi supaya peneitian yang dilakukan berjalan ilmiah dan bisa menemuhan jawaban dari masalah yang diteliti.
Ada dua jenis metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Keduanya memiliki perbedaan mendasar, meskipun pada beberapa hal juga memiliki kesamaan. Salah satu perbedaannya adalah
1.      Penelitian kualitatif, yaitu tidak dapat menggunakan pendekatan populasi dan sampel. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang digunakan adalah setting. Hasil penelitian hanya berlaku bagi setting yang bersangkutan.
2.      Penelitian kuantitatif, yaitu dapat menggunakan sampel dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi. Begitu luasnya masalah , berdasarkan pernjelasan tersebut, untuk mempersempit batasa masalah, maka dalam makalah yang kami susun, akan membahas, masalah populasi dan sampel.

PEMBAHASAN
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU3WDQawTLwon32ugEldCbP91EiPApTvtnGpjtNmQdZ08LVtIoXlFrhDHLklNXfVZdd0XT2wYcuexlncgOU8h-KyEiM9G2s-_KTpTQEU-IivN84-iTxhVel3r-tvJH2riHfBg1M3alzOa4/s1600/target-population.jpg

2.1 Populasi
1.1.1  Pengertian Populasi
Populasi berasal dari bahasa Inggris population yang bermakna jumlah penduduk. Oleh karena itu, tidak heran bila disebut kata populasi, selalu dikat-kaitkan dengan masalah kependudukan. Dalam perkembangannya, kata populasi banyak diadopsi disiplin ilmu sehingga berkembanglah makna awal tersebut. Mengenai pengertian populasi, terdapat beberapa tokoh yang mendefinisikannya, di antaranya:
a.       Arikunto (2006:130) berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
b.      Bugin (2005:99) menyatakan populasi adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat dijadikan sumber data penelitian.
c.       Machdhoero (dalam Rosidi, 2005:41) mengatakan populasi adalah kumpulan individu (elemen-elemen) yang mempunyai ciri atau sifat tertentu.
d.      Sugiyono (2009:80) berasumsi populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Jadi, Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Contohnya, jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7ijTMvrY_TF1ii411sT_bRw2LYdOeQjY0WG5Gf5rv3B7ijAPUe7KYuNMWMu-9frGVvDQq5JhvqMppiVQ34YzemKorp4evfDTH44_1NNY8nbSxtr_DuOHcgfLfMwVJN47-GD5brrHY8uCC/s1600/Populasi+Sampel.png

1.1.2  Pembagian Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini sering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi menurut jumlahnya bisa digolongkan menjadi:
a)      Populasi terbatas/terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data jelas batas-batasnya secara kuantitatif (populasi finit).
b)      Populasi tak terbatas/tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif  (populasi infinit).
Sedangkan apabila dilihat dari kompleksitas objek populasi, populasi dapat dibedakan menjadi dua juga, yaitu:
a.       Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi memiliki sifat-sifat yang relatif sama satu sama lainnya.
b.      Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, di mana sifat-sifat individual tersebut dapat membedakan individu satu dengan lainnya.

https://teorionlinejurnal.files.wordpress.com/2012/08/sample-size.jpg


1.2    Sampel
Sebelum lebih jauh membicarakan tentang sampel perhatikan dulu ilustrasi peristiwa-peristiwa sosial di bawah ini.
a.       Seorang istri membuatkan secangkir teh untuk suaminya. Sebelum disuguhkan ke hadapan suaminya, istri tersebut mengaduk-aduk dan mencicipi dengan mengambil sedikit di ujung sedok.
b.      Khoiriyah adalah juragan beras di pasar Besar Malang. Sebelum menyuruh pegawainya mengangkat beberapa karung beras dari atas mobil, Khoiriyah selalu memeriksa kualitas beras tersebut dengan cara mengambil segenggam beras dari salah satu karung itu.
c.       Mr. Marsan merupakan pedagang emas keturunan Tiong Hoa. Saat salah satu pelanggan menjual perhiasan yang pernah dibeli di tokonya, sebelum memberikan uang hasil jualan, Mr. Marsan mengetes terlebih dahulu kadar emas dengan cara meneliti bekas  kosokan perhiasan tersebut. 
d.      Seorang dokter sebelum memeriksa pasiennya, terlebih dahulu mengambil sedikit darah untuk menentukan penyakit yang diderita pasien tersebut.
Peristiwa yang disajikan di atas merupakan contoh-contoh riel pengambilan sampel yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

1.2.1  Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Sejalan dengn pendapat tersebut, Sugiyono (2009:81) mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dinamakan penelitian sampel apabila bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan yang dimaksud adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Seperti meneliti pengaruh penerapan KTSP terhadap peningkatan hasil belajar siswa di seluruh Indonesia, cukup mengambil sampel beberapa sekolah yang dirasa mewakili. Apabila dari penelitian terhadap sampel tersebut diperoleh sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara penerapan KTSP dengan peningkatan hasil belajar siswa, maka kesimpulan tersebut dapat diberlakukan di seluruh sekolah di wilayah Indonesia. Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKZ6_dzcwRFNZTMwg6uYBcgiBgtsS2X1Bs__AnEqye-QMlCCtN5Ta0P_mnZxBDwisvxiRxnhTlnaRo2Q1GzHEU59RJXVKTUT1iILfsiX9Wsk7oZPCEmRs9p905DPYN1e2zil5X2v8DTEY/s1600/vcc6.jpg











  

 






Agar hasil penelitia dapat digeneralisasikan, sampel yang dipilih haruslah benar-benar dapat mewakili (representatif) keseluruhan populasi. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan karakteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Untuk itu, ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan sebelum memilih sampel, yaitu:
a.       Derajat keseragaman (degree of homogeneity) populasi. Populasi homogen cenderung memudahkan penarikan sampel, sampai pada menentukan besar kecil sampel yang dibutuhkan.
b.      Derajat kemampuan peneliti mengenal sifat-sifat khusus populasi
c.       Presisi (persamaan) yang dikehendaki penelitian. Faktor ini biasanya dilakukan pada penelitian surve. Apabila suatu penelitian menghendaki derajat presisi yang tinggi, maka suatu keharusan penelitian itu menggunakan sampel dalam jumlah besar (dalam arti derajat presisi menentukan besar kecil sampel). Dalam hal ini juga dipengaruhi penggunaan tenaga, biaya, dan waktu. Semakin tinggi presisi yang diharapkan, akan semakin banyak tenaga, biaya, dan waktu yang dikeluarkan.
d.      Penggunaan teknik samling yang tepat, karena salah dalam menggnakan teknik sampling berarti salah pula dalam memperoleh sampel.

1.2.2  Mengapa kita melakukan pengambilan contoh (sampel)
Ada beberapa alasan mengapa penelitian kuantitatif memerlukan pengambilan sampel untuk penelitian yang sedang dilakukan. Antara lain:
  1. Ide dasar pengambilan contoh adalah bahwa beberapa elemen atau anggota dalam suatu populasi bisa menyediakan  informasi yang bermanfaat untuk menyimpulkan karakteristik populasi secara keseluruhan. Elemen tersebut merupakan subyek pengukuran yang dilakukan dalam penelitian atau disebut juga satuan pengamatan.
Populasi itu sendiri adalah kumpulan seluruh elemen dimana seorang peneliti akan melakukan kesimpulan mengenai variabel tertentu terhadap populasi tersebut.
  1. Dengan pengambilan contoh kita bisa melakukan investigasi yang lebih lengkap, pengawasan dan pengolahan data yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa 90 persen galat (error) penelitian disebabkan oleh kesalahan non sampling dan hanya 10 persen yang disebakan kesalahan sampling.
  2. Pengambilan contoh juga bisa menyediakan informasi secara cepat dibandingkan sensus. Kecepatan ini bisa meminimalkan waktu antara kebutuhan akan suatu informasi dengan ketersediaan informasi tersebut.
  3. Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah, (a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan.
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmcko7okOL9ywboOqQbxQMkkFYp7yuyrEr14dffPf7kOXROOqTto8klIDLc4qIXh-xxoJaGyurHyIRYf6IEEdskZyfgPYTZJKQrzY-6woFbwH5ZntIbG77OnzbleP7dBEOIREIw4PlKw/s1600/Sampel%252BPenelitian%255B1%255D.jpg


1.2.3  Masalah yang Sering Dijumpai dalam Pengambilan Sampel
Masalah utama mengenai pengambilan contoh ini adalah seberapa jauh keterwakilan contoh tersebut terhadap populasi sasarannya. Hasil pengolahan dari sampel, disebut statistik, bisa salah dalam menduga nilai pupulasi yang disebut parameter. Hasil pengolahan dari sampel tersebut bisa terlalu kecil (underestimate) atau terlalu besar (over estimate) dari nilai parameter yang sesungguhnya.
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi,  maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .  

1.2.4  Syarat Sampel yang Baik
Penilaian suatu rancangan penarikan contoh yang terpenting adalah seberapa baikkah sampel tersebut mewakili karaktaristik populasinya. Dalam istilah yang lebih terukur, suatu sampel harus bersifat valid. Validitas sampel ini tergantung dua faktor, yaitu ketepatan (accuracy) dan ketelitian (precision).
  1. Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan  adalah populasi.  Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis
  2. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita  dengan karakteristik populasi. Contoh: Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgioAxs0nZ0SjcpoKa2-fWanS3Ym65Abl1QjovL_9He0LmyO5w8Ww0nQbpfcqFErc4QqmZJJ_QIYq_IklNufwM5OS-XVmrDwhNM5dmKmsdFajXQAJA6iP2EIU6pHyh4q69d6tlmsAE51Iyt/s640/Sampel+dan+Keuntungannya.jpg


1.2.5  Ukuran Sampel
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia (Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil.  Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak.
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992)  memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut:
a.       Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
b.      Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30.
c.       Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis.
d.      Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut (Lihat Tabel)   
Populasi (N)
Sampel (n)
Populasi (N)
Sampel (n)
Populasi (N)
Sampel (n)
10
10
220
140
1200
291
15
14
230
144
1300
297
20
19
240
148
1400
302
25
24
250
152
1500
306
30
28
260
155
1600
310
35
32
270
159
1700
313
40
36
280
162
1800
317
45
40
290
165
1900
320
50
44
300
169
2000
322
55
48
320
175
2200
327
60
52
340
181
2400
331
65
56
360
186
2600
335
70
59
380
191
2800
338
75
63
400
196
3000
341
80
66
420
201
3500
346
85
70
440
205
4000
351
90
73
460
210
4500
354
95
76
480
214
5000
357
100
80
500
217
6000
361
110
86
550
226
7000
364
120
92
600
234
8000
367
130
97
650
242
9000
368
140
103
700
248
10000
370
150
108
750
254
15000
375
160
113
800
260
20000
377
170
118
850
265
30000
379
180
123
900
269
40000
380
190
127
950
274
50000
381
200
132
1000
278
75000
382
210
136
1100
285
1000000
384

1.2.6  Syarat Penelitian Sampel
Penelitian sampel dapat dilaksanakan dengan baik apabila memenuhi ketentuan-ketentuan berikut.
a.       Keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen. Pada populasi hetrogen, kecendrungan menggunakan sampel sangat sulit, karena sampel harus dipenuhi oleh wakil-wakil unit populasi. Oleh karena itu, semakin komleks derajat keragaman maka semakin besar pula sampel penelitian.
b.      Adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan kendala lainnya apabila melakukan penelitian populasi. Hal ini dikarenakan jumlah populasai relatif besar.

Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sample, yaitu sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling.
a.      Sampel Acak Atau Random Sampling/Probability Sampling
Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Kapan digunakan:
Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak.
Syarat Utama
1.      Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan  kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin.
2.      Peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau  undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.

Macam-Macam Sampel Acak
1.      Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya:
a.       Susun “sampling frame”
b.      Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
c.       Tentukan alat pemilihan sampel
d.      Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a.       Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
b.      Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang prosedurnya adalah sebagai berikut:
Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).
·         tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
·         tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
·         tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor 300, merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ≥ 300, tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.
Keuntungan    : - Prosedur estimasi m udah dan sederhana
Kerugian         : - Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
  - Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas,
    sehingga biaya transportasi besar

2.      Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
a.       Siapkan “sampling frame”
b.      Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
c.       Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
d.      Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka  untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.

3.      Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja.

Prosedur :
a.       Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen.
b.      Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
c.       Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
d.      Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample
Contoh.
Misalnya ingin meneliti gambaran karakteristik (umur, suku, pendidikan dan pekerjaan) orang tua mahasiswa FK. Mahasiswa FK dibagi dalam 6 tingkat (I s/d VI). Pilih secara random salah satu tingkat (misal tingkat II). Maka orang tua sem ua mahasiswa yang berada pada tingkat II diambil sebagai sampel (Cluster).
Keuntungan    : - Tidak memerlukan daftar populasi.
  - Biaya transportasi kurang.
Kerugian         : - Prosudur estimasi sulit.

4.      Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.  Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada  ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya:
a.       Susun sampling frame
b.      Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
c.       Tentukan K (kelas interval)
d.      Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random-biasanya melalui cara undian saja.
e.       Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.
f.       Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya
Prosedur:
Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke .K" dari titik awal yang dipilih secara random, dimana:
N (Jumlah anggota populasi)
   K =
n (jumlah anggota sam pel)
Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
Cara ini dipergunakan:
- Bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.
Keuntungan    : - Perencanan dan penggunaanya mudah.
  - Sampel tersebar di daerah populasi.
Kerugian         : -Membutuhkan daftar populasi.

5.      Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
a.       Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) - Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
b.      Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten? Kotamadya? Kecamatan? Desa?)
c.       Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
d.      Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
e.       Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

Prosedur:
Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih.
Misalnya: provinsi - kabupaten -  Kecamatan - desa - Lingkungan - KK.
Misalnya kita ingin meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000.
Cara ini dipergunakan bila      : - populasinya cukup homogen
  - jumlah populasi sangat besar
  - populasi menempati daerah yang sangat
     luas
  - biaya penelitian kecil
Keuntungan    : - biaya transportasi kurang
Kerugian         : - prosedur estimasi sulit
  - prosedur pengambilan sampel memerlukan perencanaan
    yang lebihcermat

b.      Sampel Tidak Acak Atau Nonrandom Samping/Nonprobability Sampling
Yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol). Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan.
Kapan digunakan:
Jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yanq tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum saja.
Macam-Macam Sampel Tidak Acak
1.      Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample  (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,  hasilnya ternyata kurang obyektif.

2.      Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.

3.      Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik (Cooper dan Emory, 1992).

4.      Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40%. Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

5.      Snowball Sampling-Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup).

1.2.8  Kelebihan dan Kekuranngan Sampel
Adapun kelebihan sampel meliputi:
-          Efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu).
-          Anggota sampel lebih mudah didata/dilacak dilapangan.
Adapun kekurangan sampel meliputi:
-          Membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel.
-          Pengambilan kesimpulan/generalisasi perlu.
-          Analisis yang teliti dan dilakukan secara hati-hati.














DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

2009. Populasi dan Sampel Penelitian. (On-line) http://skripsimahasiswa.blog spot.com/2009/08/populasi-dan-sampel-penelitian.html. Diakses tanggal 5 November 2010.

 

 

 

No comments:

Post a Comment