Latar Belakang
Penelitian itu dilakukan salah satunya untuk
memenuhi rasa ingin tahu manusia, manusia ingin mencari jawaban atas tentang
suatu fenomena, mencari solusi suatu masalah ataupun membuat prediksi.
Penelitian yang dilakukan haruslah
menggunakan metodelogi supaya peneitian yang dilakukan berjalan ilmiah dan bisa
menemuhan jawaban dari masalah yang diteliti.
Ada
dua jenis metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Keduanya memiliki perbedaan mendasar, meskipun pada beberapa hal juga memiliki
kesamaan. Salah satu perbedaannya adalah
1. Penelitian kualitatif, yaitu tidak dapat menggunakan
pendekatan populasi dan sampel. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif
tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang digunakan
adalah setting. Hasil penelitian hanya berlaku bagi setting yang bersangkutan.
2. Penelitian
kuantitatif, yaitu dapat menggunakan sampel dan hasil penelitiannya
diberlakukan untuk populasi. Begitu luasnya masalah , berdasarkan pernjelasan
tersebut, untuk mempersempit batasa masalah, maka dalam makalah yang kami
susun, akan membahas, masalah populasi dan sampel.
PEMBAHASAN
2.1 Populasi
1.1.1 Pengertian Populasi
Populasi berasal dari
bahasa Inggris population yang
bermakna jumlah penduduk. Oleh karena itu, tidak heran bila disebut kata
populasi, selalu dikat-kaitkan dengan masalah kependudukan. Dalam
perkembangannya, kata populasi banyak diadopsi disiplin ilmu sehingga
berkembanglah makna awal tersebut. Mengenai pengertian populasi, terdapat
beberapa tokoh yang mendefinisikannya, di antaranya:
a. Arikunto
(2006:130) berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
b. Bugin
(2005:99) menyatakan populasi adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga
objek-objek ini dapat dijadikan sumber data penelitian.
c. Machdhoero
(dalam Rosidi, 2005:41) mengatakan populasi adalah kumpulan individu
(elemen-elemen) yang mempunyai ciri atau sifat tertentu.
d. Sugiyono
(2009:80) berasumsi populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Jadi,
Populasi adalah keseluruhan elemen
atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen
dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya,
seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa
tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah
meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Contohnya,
jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu,
maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti
adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan
laporan keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi
pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen
“A”.
1.1.2 Pembagian Populasi
Populasi adalah
keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini sering juga disebut
Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana
sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi menurut
jumlahnya bisa digolongkan menjadi:
a) Populasi
terbatas/terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data jelas
batas-batasnya secara kuantitatif (populasi finit).
b) Populasi
tak terbatas/tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak
dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif (populasi infinit).
Sedangkan apabila
dilihat dari kompleksitas objek populasi, populasi dapat dibedakan menjadi dua
juga, yaitu:
a. Populasi
homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi memiliki
sifat-sifat yang relatif sama satu sama lainnya.
b. Populasi
heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki
sifat-sifat individual, di mana sifat-sifat individual tersebut dapat
membedakan individu satu dengan lainnya.
1.2 Sampel
Sebelum lebih jauh membicarakan tentang sampel perhatikan dulu
ilustrasi peristiwa-peristiwa sosial di bawah ini.
a.
Seorang
istri membuatkan secangkir teh untuk suaminya. Sebelum disuguhkan ke hadapan
suaminya, istri tersebut mengaduk-aduk dan mencicipi dengan mengambil sedikit
di ujung sedok.
b.
Khoiriyah
adalah juragan beras di pasar Besar Malang. Sebelum menyuruh pegawainya
mengangkat beberapa karung beras dari atas mobil, Khoiriyah selalu memeriksa
kualitas beras tersebut dengan cara mengambil segenggam beras dari salah satu
karung itu.
c.
Mr.
Marsan merupakan pedagang emas keturunan Tiong Hoa. Saat salah satu pelanggan
menjual perhiasan yang pernah dibeli di tokonya, sebelum memberikan uang hasil
jualan, Mr. Marsan mengetes terlebih dahulu kadar emas dengan cara meneliti
bekas kosokan perhiasan tersebut.
d.
Seorang
dokter sebelum memeriksa pasiennya, terlebih dahulu mengambil sedikit darah
untuk menentukan penyakit yang diderita pasien tersebut.
Peristiwa
yang disajikan di atas merupakan contoh-contoh riel pengambilan sampel yang
terjadi di kehidupan sehari-hari.
1.2.1 Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Sejalan dengn pendapat tersebut,
Sugiyono (2009:81) mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dinamakan penelitian sampel apabila
bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan
yang dimaksud adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang
berlaku bagi populasi. Seperti meneliti pengaruh penerapan KTSP terhadap
peningkatan hasil belajar siswa di seluruh Indonesia, cukup mengambil sampel
beberapa sekolah yang dirasa mewakili. Apabila dari penelitian terhadap sampel
tersebut diperoleh sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara penerapan
KTSP dengan peningkatan hasil belajar siswa, maka kesimpulan tersebut dapat
diberlakukan di seluruh sekolah di wilayah Indonesia. Sampel adalah sebagian
dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi.
Agar hasil penelitia
dapat digeneralisasikan, sampel yang dipilih haruslah benar-benar dapat
mewakili (representatif) keseluruhan populasi. Jika keadaan sampel semakin
berbeda dengan karakteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan
kekeliruan dalam generalisasinya. Untuk itu, ada beberapa pertimbangan yang
harus dilakukan sebelum memilih sampel, yaitu:
a. Derajat
keseragaman (degree of homogeneity)
populasi. Populasi homogen cenderung memudahkan penarikan sampel, sampai pada
menentukan besar kecil sampel yang dibutuhkan.
b.
Derajat
kemampuan peneliti mengenal sifat-sifat khusus populasi
c.
Presisi
(persamaan) yang dikehendaki penelitian. Faktor ini biasanya dilakukan pada
penelitian surve. Apabila suatu penelitian menghendaki derajat presisi yang
tinggi, maka suatu keharusan penelitian itu menggunakan sampel dalam jumlah
besar (dalam arti derajat presisi menentukan besar kecil sampel). Dalam hal ini
juga dipengaruhi penggunaan tenaga, biaya, dan waktu. Semakin tinggi presisi
yang diharapkan, akan semakin banyak tenaga, biaya, dan waktu yang dikeluarkan.
d.
Penggunaan
teknik samling yang tepat, karena salah dalam menggnakan teknik sampling
berarti salah pula dalam memperoleh sampel.
1.2.2 Mengapa kita melakukan pengambilan contoh (sampel)
Ada beberapa alasan mengapa penelitian kuantitatif memerlukan pengambilan
sampel untuk penelitian yang sedang dilakukan. Antara lain:
- Ide dasar pengambilan contoh adalah bahwa beberapa elemen atau anggota dalam suatu populasi bisa menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menyimpulkan karakteristik populasi secara keseluruhan. Elemen tersebut merupakan subyek pengukuran yang dilakukan dalam penelitian atau disebut juga satuan pengamatan.
Populasi itu sendiri
adalah kumpulan seluruh elemen dimana seorang peneliti akan melakukan
kesimpulan mengenai variabel tertentu terhadap populasi tersebut.
- Dengan pengambilan contoh kita bisa melakukan investigasi yang lebih lengkap, pengawasan dan pengolahan data yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa 90 persen galat (error) penelitian disebabkan oleh kesalahan non sampling dan hanya 10 persen yang disebakan kesalahan sampling.
- Pengambilan contoh juga bisa menyediakan informasi secara cepat dibandingkan sensus. Kecepatan ini bisa meminimalkan waktu antara kebutuhan akan suatu informasi dengan ketersediaan informasi tersebut.
- Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah, (a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan.
1.2.3 Masalah yang Sering Dijumpai dalam
Pengambilan Sampel
Masalah utama mengenai pengambilan contoh ini adalah
seberapa jauh keterwakilan contoh tersebut terhadap populasi sasarannya. Hasil
pengolahan dari sampel, disebut statistik, bisa salah dalam menduga nilai
pupulasi yang disebut parameter. Hasil pengolahan dari sampel tersebut bisa
terlalu kecil (underestimate) atau terlalu besar (over estimate) dari nilai parameter yang
sesungguhnya.
Agar hasil penelitian
yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih
bisa mewakili karakteristik populasi,
maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling
atau teknik pengambilan sampel .
1.2.4 Syarat Sampel yang Baik
Penilaian suatu rancangan penarikan contoh yang
terpenting adalah seberapa baikkah sampel tersebut mewakili karaktaristik
populasinya. Dalam istilah yang lebih terukur, suatu sampel harus bersifat valid. Validitas sampel ini
tergantung dua faktor, yaitu ketepatan (accuracy)
dan ketelitian (precision).
- Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi. Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis
- Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Contoh: Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
1.2.5 Ukuran Sampel
Ukuran sampel atau jumlah sampel
yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada
penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi
nomor satu, karena yang dipentingkan alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya
sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan
besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang
perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana
analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia (Singarimbun dan Effendy,
1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin
banyak sampel yang harus diambil. Jika
rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus
banyak.
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran
(1992) memberikan pedoman penentuan
jumlah sampel sebagai berikut:
a. Sebaiknya
ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
b. Jika
sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?SLTP/SMU, dsb),
jumlah minimum subsampel harus 30.
c. Pada
penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel
harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan
dianalisis.
d. Untuk
penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran
sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan
Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk
menentukan jumlah sampel sebagai berikut (Lihat Tabel)
Populasi (N)
|
Sampel (n)
|
Populasi (N)
|
Sampel (n)
|
Populasi (N)
|
Sampel (n)
|
10
|
10
|
220
|
140
|
1200
|
291
|
15
|
14
|
230
|
144
|
1300
|
297
|
20
|
19
|
240
|
148
|
1400
|
302
|
25
|
24
|
250
|
152
|
1500
|
306
|
30
|
28
|
260
|
155
|
1600
|
310
|
35
|
32
|
270
|
159
|
1700
|
313
|
40
|
36
|
280
|
162
|
1800
|
317
|
45
|
40
|
290
|
165
|
1900
|
320
|
50
|
44
|
300
|
169
|
2000
|
322
|
55
|
48
|
320
|
175
|
2200
|
327
|
60
|
52
|
340
|
181
|
2400
|
331
|
65
|
56
|
360
|
186
|
2600
|
335
|
70
|
59
|
380
|
191
|
2800
|
338
|
75
|
63
|
400
|
196
|
3000
|
341
|
80
|
66
|
420
|
201
|
3500
|
346
|
85
|
70
|
440
|
205
|
4000
|
351
|
90
|
73
|
460
|
210
|
4500
|
354
|
95
|
76
|
480
|
214
|
5000
|
357
|
100
|
80
|
500
|
217
|
6000
|
361
|
110
|
86
|
550
|
226
|
7000
|
364
|
120
|
92
|
600
|
234
|
8000
|
367
|
130
|
97
|
650
|
242
|
9000
|
368
|
140
|
103
|
700
|
248
|
10000
|
370
|
150
|
108
|
750
|
254
|
15000
|
375
|
160
|
113
|
800
|
260
|
20000
|
377
|
170
|
118
|
850
|
265
|
30000
|
379
|
180
|
123
|
900
|
269
|
40000
|
380
|
190
|
127
|
950
|
274
|
50000
|
381
|
200
|
132
|
1000
|
278
|
75000
|
382
|
210
|
136
|
1100
|
285
|
1000000
|
384
|
1.2.6 Syarat Penelitian Sampel
Penelitian sampel dapat
dilaksanakan dengan baik apabila memenuhi ketentuan-ketentuan berikut.
a.
Keadaan subjek di dalam populasi benar-benar
homogen. Pada populasi hetrogen, kecendrungan menggunakan sampel sangat sulit,
karena sampel harus dipenuhi oleh wakil-wakil unit populasi. Oleh karena itu, semakin komleks derajat keragaman maka
semakin besar pula sampel penelitian.
b.
Adanya
keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan kendala lainnya apabila melakukan
penelitian populasi. Hal ini dikarenakan jumlah populasai relatif besar.
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sample,
yaitu sampel acak atau random sampling/probability
sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom
samping/nonprobability sampling.
a. Sampel Acak Atau Random Sampling/Probability
Sampling
Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan
sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen
populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan
sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100
untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Kapan
digunakan:
Jika peneliti ingin hasil
penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau
istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif
dan diambil secara acak.
Syarat
Utama
1.
Syarat pertama yang harus dilakukan
untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka
sampel atau dikenal dengan nama “sampling
frame”. Yang dimaksud dengan
kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi
yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang
orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika
populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus
bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “
tersebut selengkap mungkin.
2.
Peneliti juga harus mempunyai alat yang
bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja
yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel
Angka Random, kalkulator, atau undian.
Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen
populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa
mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.
Macam-Macam
Sampel Acak
1.
Simple
Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara
atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap
unsur atau elemen populasi tidak
merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi
ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan
manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam
organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal
yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian,
maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian
setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Prosedurnya:
a. Susun
“sampling frame”
b.
Tetapkan
jumlah sampel yang akan diambil
c. Tentukan
alat pemilihan sampel
d.
Pilih
sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a. Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara
mengundi "Cointoss".
b. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label
"Random Numbers" yang prosedurnya adalah sebagai berikut:
Misalnya populasi
berjumlah 300 (N=300).
·
tentukan nomor setiap unit populasi
(dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
·
tentukan
besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
·
tentukan
skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom pertama
dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana
yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan
angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ≤ 300, merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243,
101), bila ada nomor ≥ 300, tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada
lembar pertama jumlah sampel belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya,
dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu,
karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.
Keuntungan : - Prosedur estimasi m udah dan sederhana
Kerugian : - Membutuhkan daftar seluruh anggota
populasi.
- Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas,
sehingga biaya
transportasi besar
2.
Stratified
Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena
unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai
arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat
mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui
sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer
tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi.
Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling
tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan
sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di
ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan
manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak.
Prosedurnya :
a. Siapkan
“sampling frame”
b. Bagi
sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
c. Tentukan
jumlah sampel dalam setiap stratum
d. Pilih
sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada
saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan
secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional
adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur
populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas
(I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer
tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160.
Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9
manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
3.
Cluster
Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara
pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel
acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki
karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan
semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang
karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi
terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan
karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya,
beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai
terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat
menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu
atau dua departemen saja.
Prosedur
:
a. Susun
sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100
departemen.
b. Tentukan
berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
c.
Pilih
gugus sebagai sampel dengan cara acak
d.
Teliti
setiap pegawai yang ada dalam gugus sample
Contoh.
Misalnya ingin meneliti gambaran karakteristik (umur,
suku, pendidikan dan pekerjaan) orang tua mahasiswa FK. Mahasiswa FK dibagi
dalam 6 tingkat (I s/d VI). Pilih secara random salah satu tingkat (misal
tingkat II). Maka orang tua sem ua mahasiswa yang berada pada tingkat II
diambil sebagai sampel (Cluster).
Keuntungan : -
Tidak memerlukan daftar populasi.
- Biaya transportasi kurang.
Kerugian : - Prosudur estimasi sulit.
4.
Systematic
Sampling atau Sampel Sistematis
Jika
peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat
pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat
digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi
secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam,
yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa
dijadikan sampel tergantung pada ukuran
populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah.
Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara
sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya:
a. Susun
sampling frame
b.
Tetapkan
jumlah sampel yang ingin diambil
c. Tentukan
K (kelas interval)
d. Tentukan
angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random-biasanya
melalui cara undian saja.
e. Mulailah
mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.
f.
Pilihlah
sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya
Prosedur:
Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke .K" dari titik awal yang
dipilih secara random, dimana:
N (Jumlah anggota populasi)
K =
n (jumlah anggota sam pel)
Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke
suatu Rumah Sakit, diambil sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
Cara ini dipergunakan:
- Bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.
Keuntungan : - Perencanan
dan penggunaanya mudah.
- Sampel tersebar di
daerah populasi.
Kerugian : -Membutuhkan
daftar populasi.
5.
Area
Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik
ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer
sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat
atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling
sangat tepat. Prosedurnya :
a. Susun
sampling frame yang menggambarkan
peta wilayah (Jawa Barat) - Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
b. Tentukan
wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten? Kotamadya? Kecamatan? Desa?)
c. Tentukan
berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
d. Pilih
beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
e. Kalau
ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi
wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
Prosedur:
Proses pengambilan sampel dilakukan
bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih.
Misalnya:
provinsi - kabupaten - Kecamatan - desa
- Lingkungan - KK.
Misalnya kita
ingin meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan
perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000.
Cara ini dipergunakan bila : - populasinya cukup homogen
- jumlah populasi sangat besar
- populasi menempati daerah yang
sangat
luas
- biaya penelitian kecil
Keuntungan : - biaya transportasi kurang
Kerugian : - prosedur estimasi sulit
- prosedur pengambilan sampel
memerlukan perencanaan
yang lebihcermat
b. Sampel
Tidak Acak Atau Nonrandom Samping/Nonprobability
Sampling
Yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen
populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi
dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan
yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol). Pemilihan
sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability.
Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan
gambaran kasar tentana suatu keadaan.
Kapan digunakan:
Jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan
generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak.
Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data
pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen
populasi. Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta
segera, tidak memerlukan ketepatan yanq tinggi, karena hanya sekedar gambaran
umum saja.
Macam-Macam Sampel Tidak Acak
1. Convenience
Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai
pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang
diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan
dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan
istilah accidental sampling – tidak
disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat
baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh
penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel
ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
2.
Purposive
Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau
tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
3.
Judgment
Sampling
Sampel
dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik
untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang
bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu
atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam
program pengembangan produk (product
development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri,
dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk
baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima
produk itu dengan baik (Cooper dan Emory, 1992).
4.
Quota
Sampling
Teknik
sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional,
namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya,
di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40%. Jika seorang
peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka
dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan
pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel
tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
5. Snowball
Sampling-Sampel Bola Salju
Cara
ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya
bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia
minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa
dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum
lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian
dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada
wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah
jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa
mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada
pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif
(tertutup).
1.2.8 Kelebihan dan Kekuranngan Sampel
Adapun kelebihan sampel
meliputi:
-
Efisien
penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu).
-
Anggota sampel lebih mudah didata/dilacak
dilapangan.
Adapun
kekurangan sampel meliputi:
-
Membutuhkan
ketelitian dalam menentukan sampel.
-
Pengambilan
kesimpulan/generalisasi perlu.
-
Analisis yang teliti dan dilakukan
secara hati-hati.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
2009. Populasi dan
Sampel Penelitian. (On-line) http://skripsimahasiswa.blog
spot.com/2009/08/populasi-dan-sampel-penelitian.html. Diakses tanggal 5 November 2010.
2010. Populasi dan Sampel dalam Metode Penelitian Bisnis. (On-line) http://ekonomister.blogspot.com/2010/10/populasi-dan-sampel-dalam-metode_15.html.
Diakses tanggal 5 November 2010.
No comments:
Post a Comment