TEORI
BELAJAR BEHAVIORISTIK
Oleh:
Aimmaul Allifah
Pendidikan Geografi – Pascasarjana Universitas
Negeri Malang
Email: aimmaulallifah@gmail.com
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses untuk
memperoleh wawasan berupa ilmu pengetahuan, sehingga dapat menghasilkan
perubahan tingkah laku dari seorang individu baik langsung maupun tidak
langsung. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) belajar adalah suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Oleh karena itu, belajar menjadi
suatu hal yang sangat penting untuk ditempuh oleh setiap manusia.Belajar dapat
dilakukan tidak hanya dalam dunia pendidikan saja, melainkan dapat ditempuh
juga dalam kehidupan sehari-hari.
Konteks belajar dalam kehidupan
sehari-hari menjadi sebuah pengajaran dan pembelajaran secara nyata yang dapat
terlihat langsung dalam bentuk pengaplikasiannya.Hal ini berbeda ketika belajar
dalam dunia pendidikan.Dunia pendidikan mengajarkan berbagai teori, konsep,
maupun ketrampilan yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil belajar dalam dunia pendidikan yang telah ditempuh dijadikan
sebagai suatu bekal maupun pengalaman untuk menjalani kehidupan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, belajar menjadi faktor yang sangat penting bagi
setiap manusia. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) belajar merupakan aktivitas
yang dialami manusia sejak manusia tersebut berada dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang menjadi
anak-anak, remaja, dewasa, dan sampai ke liang lahat. Hal ini sesuai dengan
prinsip belajar, bahwasannya belajar merupakan aktivitas yang dilakukan
sepanjang hayat.
Adanya proses
kegiatan pembelajaran, tentunya tidak terpisahkan oleh teori-teori belajar yang
dipakai. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) teori pembelajaran sangat menaruh
perhatian pada bagaimana seseorang atau
guru memengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Teori belajar juga
menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel yang menentukan hasil
belajar.Oleh karena itu, dalam teori belajar tersebut menekankan kepada
bagaimana sesorang tersebut mampu dan dapat belajar.
B.
Teori
Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik
merupakan teori yang dicetuskan oleh oleh Gage dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini kemudian berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik menjelaskan
bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang menekankan
padainteraksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar,
apabila telah menghasilkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon tersebut.Contohnya adalah seorang siswa yang telah
giat belajar tentang perkalian, walaupun gurunya telah mengajarkan dan siswa
tersebut tidak dapat mempraktekannya, maka dianggap bahwa siswa tersebut belum
belajar. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut belum mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang telah
dilaluinya.
Menurut Budiningsih (2005) dalam
teori behavioristik yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Berdasarkan contoh diatas yang maksud
dengan stimulus adalah pengajaran yang dilakukan oleh guru baik itu berupa
lembar perkalian maupun cara kerjanya untuk membantu siswa tersebut dapat
belajar. Sedangkan responnya adalah tanggapan atau perubahan tingkah laku dari
hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa tersebut.Teori behavioristik
menjelaskan bahwa yang diamati hanyalah interaksi antara stimulus dan respon
sehingga dapat diukur.Pengukuran merupakan hal yang sangat penting dan
menentukan untuk melihat adanya perubahan tingkah laku dari interaksi stimulus
dan respon tersebut.
Faktor lain yang
dianggap penting dalam teori belajar behavioristik adalah adanya penguatan.
Menurut Budiningsih (2005) apabila ditambahkan penguatan dalam proses belajar
maka respon yang diterima akan semakin kuat. Begitu juga sebaliknya, apabila
penguatan dikurangi, maka respon yang akan diterima juga semakin berkurang. Penguatan
disini merupakan bentuk stimulus yang penting untuk diberikan maupun
dihilangkan sehingga memungkinkan terjadinya respon.
Menurut Gege dan
berlier (dalam Putrayasa, 2013) terdapat beberapa prinsip dalam teori
behavioristic adalah sebagai berikut.
1.
Reinforcement
and Punishment
2.
Primary
and Secondary Reinforcement
3.
Schedules
of Reinforcement
4.
Contingency
Management
5.
Stimulus
Control in Operant Learning
6. The Elimination of Responces
C.
Teori
Belajar Behavioristik Menurut Beberapa Ahli
Beberapa
tokoh aliran teori behavioristik yaitu Edward Lee Thorndike, J.B Watson, Clark
Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.Berikut merupakan teori behavioristik menurut
tokoh-tokoh aliran tersebut.
1. Edward
Lee Thorndike
Menurut Thorndike,
belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon yang sebanyak-banyaknya.
Seseorang yang menguasai hubungan antara stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya, maka dapat dikatakan ia sukses dalam belajarnya.
Pembentukan stimulus dan respon tersebut dapat dilakukan dengan latihan,
prinsip trial and error, coba dan
salah.Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran koneksionisme.
Menurut Putrayasa (2013)
terdapat tiga hukum atau dalil belajar yang dikemukakan oleh Thorndike yaitu:
a. Hukum
efek atau dalil sebab-akibat (law of effect) menyatakan bahwa situasi
atau hasil yang menyenangkan dan diperoleh dari suatu respons akan memperkuat
hubungan antarastimulus dan respons atau perilaku yang dimunculkan. Sementara siatuasi
atau hasil yang tidak menyenangkan akan memperlemah hubungan tersebut.
b. Hukum
latihan (law of exercise) menyatakan bahwa latihan akan menyempurnakan adanya
suatu respon. Sering dikatakan dalam pepatah “latihan menjadikan sempurna”.
Dengan kata lain, pengalaman yang diulang-ulang memperbesar peluang timbulnya
respon yang benar. Walaupun demikian, pengulangan situasi yang tidak
menyenangkan tidak akan membantu meningkatkan proses belajar.
c. Hukum
kesiapan (law of readiness)merupakan kondisi-kondisi yang dianggap
mendukung dan tidak mendukung sebagai akibat pemunculan respon tersebut. Apabila
siswa telah siap untuk menerima pelajaran (sudah belajar sebelumnya), maka ia
akan siap untuk memunculkan suatu responsitas dasar stimulus/kebutuhan yang
diberikan. Kondisi ini akan menyenangkan bagi siswa dan akan menyempurnakan
pemunculan responnya nanti. Sebaliknya, apabila siswa tidak siap untuk
memunculkan respon atas stimulus yang diberikan atau siswa merasa terpaksa
memberi respon, maka siswa mengalami kondisi yang tidak menyenangkan yang dapat
memperlemah pemunculan respons. Kemudian, Thorndike mengemukakan bahwa latihan
yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi dalam mempelajari suatu konsep
akan membantu penguasaan atau proses belajar seseorang terhadap konsep lain
yang sejenis atau mirip (associative shifting).
2. J.B
Watson
Menurut J.B Watson, belajar merupakan
proses interaksi antara stimulus dengan respon, namun stimulus dan respon
tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
3. Crark
Hull
Crark Hull menjelaskan teori belajarnya
dengan mengikuti jejak dari Thorndike.Prinsip yang digunakan untuk menjelaskan
belajar yaitu hubungan antara variabel stimulus, respon, dan penguatan. Menurut
Thobroni (2011) terdapat dua hal yang sangat penting dalam proses belajar yang
dikemukakan oleh Crark Hull yaitu adanya motivasi intensif dan pengurangan
stimulus pendorong.
4. Edwin
Guthrie
Edwin Guthrie dalam menjelaskan teori
belajar juga menggunakan hubungan antara variabel stimulus dan respon.Namun hubungan
antara variabel stimulus dan respon ini hanya bersifat sementara. Oleh karena
itu dalam proses kegiatan belajar seorang siswa harus mendapatkan stimulus
sesering mungkin, agar hubungan antara stimulus dan respon tersebut bersifat
tetap dan kuat. Hukuman dalam proses belajar juga dianggap penting menurutnya.
Hukuman yang diberikan dengan tepat akan menghasilkan suatu perubahan tingkah
laku maupun kebiasaan dari seseorang tersebut. Oleh karena itu, guru dalam hal
ini harus mampu mengasosiasi hubungan antara stimulus dan responnya secara
tepat.Peran guru sebagai pembimbing siswa harus lebih ditekankan daripada
mengabaikan siswa-siswa tersebut.
5. B.F
Skinner
Teori belajar behavioristic yang
dikemukakan oleh B.F Skiner ini lebih mengungguli atau lebih baik dari pada
teori belajar yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh lainnya.B.F Skiner menyatakan
bahwa hubungan antara variabel stimulus dan respon terhadap lingkungannya
dengan enghasilkan suatu perubahan tingkah laku tidak semudah yang telah
disampaikan oleh beberapa ahli tersebut. Hal ini disebabkan, stimulus yang
telah diberikan kepada seseorang akan berinteraksi dan interaksi antara antara
stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi respon yang akan muncul. Oleh
karena itu, untuk memahami tingkah laku seseorang harus dipahami terlebih
dahulu hubungan stimulus-stimulus yang akan diberikan dan juga respon-respon
yang akan muncul nantinya. Menurut Putrayasa (2013) Skiner juga mengungkapkan
bahwasannya dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku akan menambah rumitnya masalah. Hal ini dikarenakan,
setiap alat yang digunakan maka akan memerlukan penjelasan-penjelasan lagi dan
seterusnya.
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori
Behavioristik
Menurut Thobroni (2011)
terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik ini.Berikut
merupakan kelebihan dan kekurangan teori behavioristik.
1.
Kelebihan Teori Behavioristik
a.
Guru dibiasakan untuk bersikap jeli dan
peka pada situasi dan kondisi pembelajaran yang akan berlangsung
b.
Murid dibiasakan untuk belajar mandiri
dan guru tidak banyak memberikan ceramah. Apabila dalam proses belajarnya
ditemukan suatu kesulitan-kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
c.
Mampu membentuk suatu perilaku yang
diinginkan sehingga mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai akan mendapatkan penghargaan negative yang didasari oleh perilaku yang
tampak.
d.
Dengan adanya suatu pelatihan dan
pengulangan yang dilakukan secara berkesinambungan dapat mengoptimalkan bakat
dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya.
e.
Bahan pelajaran yang disusun secara
hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu akan mampu menghasilkan suatu perilaku yang
konsisten terhadap bidang tersebut.
f.
Dapat mengganti stimulus yang satu
dengan stimulus yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang inginkan muncul.
g.
Teori ini cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-u.nsur
kecepatan, spontanitas, dan daya tahan
2.
Kekurangan Teori Behavioristik
a.
Guru mempunyai konsekuensi untuk
membentuk bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
b.
Tidak semua mata pelajaran dapat
diterapkan dengan menggunakan metode ini.
c.
Murid berperan sebagai pendengar dalam
proses pembelajaran dan menhasilkan apa yang didengar dan dipandang sebagai
suatu cara belajar yang efektif.
d.
Penggunaan hukuman dianggap sebagai
metode yang efektif untuk menertibkan siswa.
e.
Murid dipandang pasif, sehingga
membutuhkan motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan oleh guru.
f.
Murid yang mendengarkan dengan baik dan
menghafalkan apa yang didengarnya dipandang sebagai cara belajar yang efektif
sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan permasalahan temporer yang muncul.
g.
Cenderung lebih mengarahkan siswa untuk
berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menjadikan
siswa sebagai individu yang pasif.
h.
Pembelajaran siswa yang berpusat pada
guru bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati
dan diukur
E.
Aplikasi
Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi pembelajaran yang
sangat berpengaruh besar dalam pengembangan teori dan pelaksanaan pendidikan
saat ini yaitu aliran behavioristik.Perubahan perilaku yang dapat dilihat, menjadi
suatu penekanan dalam aliran teori belajar behavioristik ini.Perkembangan teori
belajar behavioristik saat ini masih merajai dalam dunia pendidikan di
Indonesia, baik dari tingkatan dasar, menegah, hingga perguruan tinggi.
Pembentukan perubahan tingkah lau masih dilakukan dengan cara drill
(pembiasaan) dan disertai dengan pemberian hukuman (punisment) bagi mereka-mereka yang melakukannya.
Menurut
Budiningsih (2005) pengaplikasian teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dengan beberapa hal, yaitu tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia.Teori behavioristik memandang bahwa pembelajaran yang telah dirancang
bersifat obyektif, pasti, dan tidak dapat dirubah.Pengetahuan dianggap telah
tersusun rapi dengan indikasi bahwa mengajar adalah untuk memberikan
pengatahuan, dan belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, dalam suatu kegiatan
pembelajaran siswa diharapkan mempunyai pengetahuan yang sama dengan
pengajarnya terhadap pengetahuan yang telah diajarkan.
Seiring
dengan berjalannya waktu, teori behavioristik banyak mendapatkan suatu kritikan
karena dianggap tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks dan
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan (belajar) menjadi sekadar hubungan
antara stimulus dan respon.Teori behavioristik juga tidak dapat menjelaskan
adanya penyimpangan-penyimpangan dalam hubungan stimulus dan respon maupaun
variasi emosi dalam pebelajar.Menurut Putrayasa (2013) teori behavioristik
cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif, dan produktif. Hal ini menyebabkan siswa sebagai pebelajar tidak mampu
berkreasi maupun berimajinasi dalam proses pembelajarannya.
Oleh
karena itu, dalam menerapkan teori behavioristik harus dicermati beberapa hal
yang menjadi ciri-ciri yang mendasarinya, diantaranya yaitu:
a. Pengaruh
lingkungan dalam penerapan teori behavioristik harus lebih diperhatikan. Hal
ini dikarenakan lingkungan (lingkungan kelas) mempunyai peran penting di
dalamnya dan tidak semua mata pelajaran mampu menggunakan metode ini.
b. Beberapa
bagian-bagian seperti tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan,
kegiatan merinci materi menjadi bagian-bagian kecil seperti pokok bahasan, sub
pokok, maupun topic harus diperhatikan dan menjadi suatu hal yang sangat
penting.
c. Peranan
reaksi dalam penerapan teori behavioristik menjadi sangat penting. Hal ini
dikarenakan adanya respon atau reaksi yang muncul dari siswa dalam proses
kegiatan belajar menjadi tolak ukur dalam penentuan hasil dari proses
pembelajaran. Respon maupun reaksi yang muncul dapat dikaji dan diamati apakah
siswa tersebut telah berhasil memahami pelajaran yang disampaikannya atau
sebaliknya.
d. Teori
behavioristik merupakan teori yang menekannya pada hubungan stimulus dan
respon. Oleh karena itu, mekanisme terbentuknya hasil belajar menjadi faktor
yang diutamakan dalam proses kegiatan pembelajaran.
e. Mementingkan
peranan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa yang telah terbentuk
sebelumnya. Artinya, adanya respon-respon
maupun kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya dirasa kurang, maka
harus ditambahkan stimulus-stimulus baru agar perubahan-perubahan tingkah laku
yang muncul lebih terlihat.
f. Pembentukan
kebiasaan melalui latihan dan pengulangan menjadi faktor yang penting. Hal ini
dikarenakan, adanya latihan dan pengulangan dianggap sebagai suatu cara untuk
melatih pemahaman dan juga untuk melihat sejauh mana siswa tersebut paham
dengan materi-materi pelajaran yang disampaikan.
g. Hasil
akhir belajar yang dicapai yaitu munculnya perubahan perilaku baik itu berupa
pemahaman maupun respon baru yang yang diinginkan.
Berdasarkan
ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik
tersebut, memberikan suatu konsekuensi bagi guru dalam menggunakan paradigma
behavioristik untuk lebih menyiapkan bahan-bahan, tujuan, dan bentuk
pengaplikasiannya yang akan digunakan dalam proses kegiatan mengajar, sehingga
tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan dikuasai oleh siswa dapat disampaikan
secara utuh. Guru lebih memberikan instruksi yang berupa
contoh-contoh baik berupa simulasi maupun dilakukan sendiri, daripada ceramah.
Oleh karena itu, kejelian maupun kepekaan guru untuk menerapkan teori
behavioristik dalam situasi belajar menjadi suatu hal yang sangat penting dan
menentukan.
DAFTAR
RUJUKAN
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Putrayasa,
Ida bagus. 2013. Landasan Pembelajaran.
Bali: Undiksa Press
Suyono
dan Hariyanto. 2001. Belajar dan
Pembelajaran: Teori dan Konsep. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thobroni.
2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
No comments:
Post a Comment