Sunday, June 12, 2016

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK



TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Oleh: Aimmaul Allifah
Pendidikan Geografi – Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Email: aimmaulallifah@gmail.com

A.    Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh wawasan berupa ilmu pengetahuan, sehingga dapat menghasilkan perubahan tingkah laku dari seorang individu baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Oleh karena itu, belajar menjadi suatu hal yang sangat penting untuk ditempuh oleh setiap manusia.Belajar dapat dilakukan tidak hanya dalam dunia pendidikan saja, melainkan dapat ditempuh juga dalam kehidupan sehari-hari.
Konteks belajar dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah pengajaran dan pembelajaran secara nyata yang dapat terlihat langsung dalam bentuk pengaplikasiannya.Hal ini berbeda ketika belajar dalam dunia pendidikan.Dunia pendidikan mengajarkan berbagai teori, konsep, maupun ketrampilan yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dalam dunia pendidikan yang telah ditempuh dijadikan sebagai suatu bekal maupun pengalaman untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, belajar menjadi faktor yang sangat penting bagi setiap manusia. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) belajar merupakan aktivitas yang dialami manusia sejak manusia tersebut berada dalam  kandungan, buaian, tumbuh berkembang menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan sampai ke liang lahat. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar, bahwasannya belajar merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat.
Adanya proses kegiatan pembelajaran, tentunya tidak terpisahkan oleh teori-teori belajar yang dipakai. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) teori pembelajaran sangat menaruh perhatian pada bagaimana seseorang  atau guru memengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Teori belajar juga menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel yang menentukan hasil belajar.Oleh karena itu, dalam teori belajar tersebut menekankan kepada bagaimana sesorang tersebut mampu dan dapat belajar.

B.     Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik merupakan teori yang dicetuskan oleh oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang menekankan padainteraksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar, apabila telah menghasilkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon tersebut.Contohnya adalah seorang siswa yang telah giat belajar tentang perkalian, walaupun gurunya telah mengajarkan dan siswa tersebut tidak dapat mempraktekannya, maka dianggap bahwa siswa tersebut belum belajar. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut belum mampu menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang telah dilaluinya.
Menurut Budiningsih (2005) dalam teori behavioristik yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Berdasarkan contoh diatas yang maksud dengan stimulus adalah pengajaran yang dilakukan oleh guru baik itu berupa lembar perkalian maupun cara kerjanya untuk membantu siswa tersebut dapat belajar. Sedangkan responnya adalah tanggapan atau perubahan tingkah laku dari hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa tersebut.Teori behavioristik menjelaskan bahwa yang diamati hanyalah interaksi antara stimulus dan respon sehingga dapat diukur.Pengukuran merupakan hal yang sangat penting dan menentukan untuk melihat adanya perubahan tingkah laku dari interaksi stimulus dan respon tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting dalam teori belajar behavioristik adalah adanya penguatan. Menurut Budiningsih (2005) apabila ditambahkan penguatan dalam proses belajar maka respon yang diterima akan semakin kuat. Begitu juga sebaliknya, apabila penguatan dikurangi, maka respon yang akan diterima juga semakin berkurang. Penguatan disini merupakan bentuk stimulus yang penting untuk diberikan maupun dihilangkan sehingga memungkinkan terjadinya respon.
Menurut Gege dan berlier (dalam Putrayasa, 2013) terdapat beberapa prinsip dalam teori behavioristic adalah sebagai berikut.
1.      Reinforcement and Punishment
2.      Primary and Secondary Reinforcement
3.      Schedules of Reinforcement
4.      Contingency Management
5.      Stimulus Control in Operant Learning
6.      The Elimination of Responces

C.    Teori Belajar Behavioristik Menurut Beberapa Ahli
Beberapa tokoh aliran teori behavioristik yaitu Edward Lee Thorndike, J.B Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.Berikut merupakan teori behavioristik menurut tokoh-tokoh aliran tersebut.
1.      Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon yang sebanyak-banyaknya. Seseorang yang menguasai hubungan antara stimulus dan respon sebanyak-banyaknya, maka dapat dikatakan ia sukses dalam belajarnya. Pembentukan stimulus dan respon tersebut dapat dilakukan dengan latihan, prinsip trial and error, coba dan salah.Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran koneksionisme.
Menurut Putrayasa (2013) terdapat tiga hukum atau dalil belajar yang dikemukakan oleh Thorndike yaitu:
a.       Hukum efek atau dalil sebab-akibat (law of effect) menyatakan bahwa situasi atau hasil yang menyenangkan dan diperoleh dari suatu respons akan memperkuat hubungan antarastimulus dan respons atau perilaku yang dimunculkan. Sementara siatuasi atau hasil yang tidak menyenangkan akan memperlemah hubungan tersebut.
b.      Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa latihan akan menyempurnakan adanya suatu respon. Sering dikatakan dalam pepatah “latihan menjadikan sempurna”. Dengan kata lain, pengalaman yang diulang-ulang memperbesar peluang timbulnya respon yang benar. Walaupun demikian, pengulangan situasi yang tidak menyenangkan tidak akan membantu meningkatkan proses belajar.
c.       Hukum kesiapan (law of readiness)merupakan kondisi-kondisi yang dianggap mendukung dan tidak mendukung sebagai akibat pemunculan respon tersebut. Apabila siswa telah siap untuk menerima pelajaran (sudah belajar sebelumnya), maka ia akan siap untuk memunculkan suatu responsitas dasar stimulus/kebutuhan yang diberikan. Kondisi ini akan menyenangkan bagi siswa dan akan menyempurnakan pemunculan responnya nanti. Sebaliknya, apabila siswa tidak siap untuk memunculkan respon atas stimulus yang diberikan atau siswa merasa terpaksa memberi respon, maka siswa mengalami kondisi yang tidak menyenangkan yang dapat memperlemah pemunculan respons. Kemudian, Thorndike mengemukakan bahwa latihan yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi dalam mempelajari suatu konsep akan membantu penguasaan atau proses belajar seseorang terhadap konsep lain yang sejenis atau mirip (associative shifting).
2.      J.B Watson
Menurut J.B Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dengan respon, namun stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
3.      Crark Hull
Crark Hull menjelaskan teori belajarnya dengan mengikuti jejak dari Thorndike.Prinsip yang digunakan untuk menjelaskan belajar yaitu hubungan antara variabel stimulus, respon, dan penguatan. Menurut Thobroni (2011) terdapat dua hal yang sangat penting dalam proses belajar yang dikemukakan oleh Crark Hull yaitu adanya motivasi intensif dan pengurangan stimulus pendorong.

4.      Edwin Guthrie
Edwin Guthrie dalam menjelaskan teori belajar juga menggunakan hubungan antara variabel stimulus dan respon.Namun hubungan antara variabel stimulus dan respon ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu dalam proses kegiatan belajar seorang siswa harus mendapatkan stimulus sesering mungkin, agar hubungan antara stimulus dan respon tersebut bersifat tetap dan kuat. Hukuman dalam proses belajar juga dianggap penting menurutnya. Hukuman yang diberikan dengan tepat akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku maupun kebiasaan dari seseorang tersebut. Oleh karena itu, guru dalam hal ini harus mampu mengasosiasi hubungan antara stimulus dan responnya secara tepat.Peran guru sebagai pembimbing siswa harus lebih ditekankan daripada mengabaikan siswa-siswa tersebut.
5.      B.F Skinner
Teori belajar behavioristic yang dikemukakan oleh B.F Skiner ini lebih mengungguli atau lebih baik dari pada teori belajar yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh lainnya.B.F Skiner menyatakan bahwa hubungan antara variabel stimulus dan respon terhadap lingkungannya dengan enghasilkan suatu perubahan tingkah laku tidak semudah yang telah disampaikan oleh beberapa ahli tersebut. Hal ini disebabkan, stimulus yang telah diberikan kepada seseorang akan berinteraksi dan interaksi antara antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi respon yang akan muncul. Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku seseorang harus dipahami terlebih dahulu hubungan stimulus-stimulus yang akan diberikan dan juga respon-respon yang akan muncul nantinya. Menurut Putrayasa (2013) Skiner juga mengungkapkan bahwasannya dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku akan menambah rumitnya masalah. Hal ini dikarenakan, setiap alat yang digunakan maka akan memerlukan penjelasan-penjelasan lagi dan seterusnya.



D.    Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
Menurut Thobroni (2011) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik ini.Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan teori behavioristik.
1.      Kelebihan Teori Behavioristik
a.       Guru dibiasakan untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi pembelajaran yang akan berlangsung
b.      Murid dibiasakan untuk belajar mandiri dan guru tidak banyak memberikan ceramah. Apabila dalam proses belajarnya ditemukan suatu kesulitan-kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
c.       Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan sehingga mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai akan mendapatkan penghargaan negative yang didasari oleh perilaku yang tampak.
d.      Dengan adanya suatu pelatihan dan pengulangan yang dilakukan secara berkesinambungan dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya.
e.       Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu akan mampu menghasilkan suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tersebut.
f.       Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang inginkan muncul.
g.      Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-u.nsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan
2.      Kekurangan Teori Behavioristik
a.       Guru mempunyai konsekuensi untuk membentuk bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
b.      Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan metode ini.
c.       Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menhasilkan apa yang didengar dan dipandang sebagai suatu cara belajar yang efektif.
d.      Penggunaan hukuman dianggap sebagai metode yang efektif untuk menertibkan siswa.
e.       Murid dipandang pasif, sehingga membutuhkan motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
f.       Murid yang mendengarkan dengan baik dan menghafalkan apa yang didengarnya dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan permasalahan temporer yang muncul.
g.      Cenderung lebih mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menjadikan siswa sebagai individu yang pasif.
h.      Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur

E.     Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi pembelajaran yang sangat berpengaruh besar dalam pengembangan teori dan pelaksanaan pendidikan saat ini yaitu aliran behavioristik.Perubahan perilaku yang dapat dilihat, menjadi suatu penekanan dalam aliran teori belajar behavioristik ini.Perkembangan teori belajar behavioristik saat ini masih merajai dalam dunia pendidikan di Indonesia, baik dari tingkatan dasar, menegah, hingga perguruan tinggi. Pembentukan perubahan tingkah lau masih dilakukan dengan cara drill (pembiasaan) dan disertai dengan pemberian hukuman (punisment) bagi mereka-mereka yang melakukannya.
Menurut Budiningsih (2005) pengaplikasian teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dengan beberapa hal, yaitu tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.Teori behavioristik memandang bahwa pembelajaran yang telah dirancang bersifat obyektif, pasti, dan tidak dapat dirubah.Pengetahuan dianggap telah tersusun rapi dengan indikasi bahwa mengajar adalah untuk memberikan pengatahuan, dan belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan.  Oleh karena itu, dalam suatu kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mempunyai pengetahuan yang sama dengan pengajarnya terhadap pengetahuan yang telah diajarkan.
Seiring dengan berjalannya waktu, teori behavioristik banyak mendapatkan suatu kritikan karena dianggap tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks dan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan (belajar) menjadi sekadar hubungan antara stimulus dan respon.Teori behavioristik juga tidak dapat menjelaskan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam hubungan stimulus dan respon maupaun variasi emosi dalam pebelajar.Menurut Putrayasa (2013) teori behavioristik cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan produktif. Hal ini menyebabkan siswa sebagai pebelajar tidak mampu berkreasi maupun berimajinasi dalam proses pembelajarannya.
Oleh karena itu, dalam menerapkan teori behavioristik harus dicermati beberapa hal yang menjadi ciri-ciri yang mendasarinya, diantaranya yaitu:
a.       Pengaruh lingkungan dalam penerapan teori behavioristik harus lebih diperhatikan. Hal ini dikarenakan lingkungan (lingkungan kelas) mempunyai peran penting di dalamnya dan tidak semua mata pelajaran mampu menggunakan metode ini.
b.      Beberapa bagian-bagian seperti tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, kegiatan merinci materi menjadi bagian-bagian kecil seperti pokok bahasan, sub pokok, maupun topic harus diperhatikan dan menjadi suatu hal yang sangat penting.
c.       Peranan reaksi dalam penerapan teori behavioristik menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan adanya respon atau reaksi yang muncul dari siswa dalam proses kegiatan belajar menjadi tolak ukur dalam penentuan hasil dari proses pembelajaran. Respon maupun reaksi yang muncul dapat dikaji dan diamati apakah siswa tersebut telah berhasil memahami pelajaran yang disampaikannya atau sebaliknya.
d.      Teori behavioristik merupakan teori yang menekannya pada hubungan stimulus dan respon. Oleh karena itu, mekanisme terbentuknya hasil belajar menjadi faktor yang diutamakan dalam proses kegiatan pembelajaran.
e.       Mementingkan peranan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa yang telah terbentuk sebelumnya. Artinya, adanya respon-respon  maupun kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya dirasa kurang, maka harus ditambahkan stimulus-stimulus baru agar perubahan-perubahan tingkah laku yang muncul lebih terlihat.
f.       Pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan menjadi faktor yang penting. Hal ini dikarenakan, adanya latihan dan pengulangan dianggap sebagai suatu cara untuk melatih pemahaman dan juga untuk melihat sejauh mana siswa tersebut paham dengan materi-materi pelajaran yang disampaikan.
g.      Hasil akhir belajar yang dicapai yaitu munculnya perubahan perilaku baik itu berupa pemahaman maupun respon baru yang yang diinginkan.
Berdasarkan ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik tersebut, memberikan suatu konsekuensi bagi guru dalam menggunakan paradigma behavioristik untuk lebih menyiapkan bahan-bahan, tujuan, dan bentuk pengaplikasiannya yang akan digunakan dalam proses kegiatan mengajar, sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan dikuasai oleh siswa dapat disampaikan secara utuh. Guru lebih memberikan instruksi yang berupa contoh-contoh baik berupa simulasi maupun dilakukan sendiri, daripada ceramah. Oleh karena itu, kejelian maupun kepekaan guru untuk menerapkan teori behavioristik dalam situasi belajar menjadi suatu hal yang sangat penting dan menentukan.
DAFTAR RUJUKAN
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Putrayasa, Ida bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksa Press
Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thobroni. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

No comments:

Post a Comment