TEORI BELAJAR KONSTRUKTIF
Noviani Nurkolis
Pendidikan Geografi
Pascasarjana Universitas Negeri Malang
A. Pengertian
Konstruktivisme
Menurut Tran Vui dikutip dalam Thobroni Mustofa
(2012:108) konstruktivsme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas
pengalaman-pengalaman sendiri. Manusia (Pembelajar) ditunutu untuk menenukan
sendiri pengetahuan atau hal-hal baru yang dapat bermanfaatkan untuk
mengembangkan potensinya. Menurut Trianto, (2010:113) konstruktivisme merupakan
landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontektual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Dalam kontruktivisme pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia mengkontruksikan pengetahuan dan
mengaitkan dengan pengalaman yang sedang terjadi (nyata). Menurut Thobroni
& Mustofa (2012:109) konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan
yang baru, akan tetap apa yang dialami dalam keidupan manusia selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
Pandangan konstruktivisme menurut Kukla (2000:3)
menyatakan bahwa ”all our concepts are constructed”. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa semua konsep yang dihasilkan oleh manusia adalah merupakan
hasil dari konstruksi, dan semua konsep yang dibangun behubungan dengan realitas
dari hasil konstruksi setiap organisme. menurut Wardoyo (2013:22) berpendapat
bahwa menurut Kukla pada dasarnya setiap individu membentu realitas dalam
prespektif mereka masing-masing, sehingga relitas yang terbangun merupakan
hasil interpretasi dari masing-masing organisme.
Menurut Bidell dan Fischer dalam Wardoyo (2013:22)
”Constructivism characterizes the acquisition of knowledge as a product of the
individual’s creative self-organizing activity in particular environtmen”
artinya bahwa konstruktivisme memiliki karakteristik adanya perolehan
pengetahuan sebagai produk dari kegiatan organisasi sendiri oelh individu dalam
lingkungan tertentu.
Menurut Thobroni & Mustofa (2012:107) dalam
konteks filsafat pendidikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern. Hal tersebut karena seseorang yang belajar
berarti usaha yang sedang dilakukan adalah untuk membentuk
pengetahuan-pengetahuan baru secara aktif, inofatif dan kreatif dan terjadi
terus-menerus.
B. Pendekatan
Konstruktivisme
Konstruktivisme
merupakan salah satu landasan teoritis pendidikan modern yang termasuk dalam CTL
(Contextual Teaching Learning). Pendapat
Hanfiah & Suhana (2010:62) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme
dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada
peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran.
Asal kata
konsruktivisme yatu ”to construct”
yang berarti ”Membentuk”. Pribadi, (2009:157) konstruktivisme adalah salah satu
aliran filsafat yang mempunyai pandangan baha pengetahuan yang kita miliki
adalah hasil konstruksi atau bentukann diri kita sendiri. Dengan demikian,
peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif
dalam proses pembelajara. Pendekatan ini bertujuan untuk lebih merangsang dan
member peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih aktif, berfikir kreatif
dan inovatif serta mampu untuk mengembangkan potensi pada dirinya secara
optimal.
Proses belajar
mengajar lebih berorientasi kepada siswa (Student
Centered) dari pada teacher centered,
dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, mengarahkan, dan
memotivasi peserta didik. Peserta didik perlu dilatih untuk menganalisis dan
memecahkan masalah,menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi dirinya, dan
berorientasi pada ide-ide. Brooks and Brooks dalam Hanfiah & Suhana
(2010:62) menyatakan konstruktivis adalah suatu pendekatan dalam belajar
mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan,
dan gambaran serta inisiatif peserta didik.
Hasil dari
proses pembelajaran merupakan campuran dari pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Individu dapat dikatakan telah menempuh proses
belajar apabila ia telah membangun atau mengkonstruksi pengetahuan baru dengan
cara melakukan penafsiran atau interpretasi baru terhadap lingkungan sosial,
budaya, fisik, dan intelektual tempat mereka hidup (Pribadi, 2009:157). Dalam
pendekatan ini, belajar terkait dengan pengalaman yang dimiliki oleh indivdu.
Pendekatan
konstruktivis dalam belajar dilakukan melalui proses eksplorasi personal,
diskusi, dan penulisan reflektif. Cobb dalam Hilam (2006:2) menyatakan bahwa
pendekatan kronstruktivis mengingatkan pada pendekatan discovery learing. Kedua pendekatan ini dalam pembelajaran selalu
beroerientasi untuk menenukan sesuatu. Dalam pendekatan discovery learing belajar untuk menemukan suatu pengetahuan yang
sudah ada, sedangkan konstruktivis berusaha untuk menemukan pengetahuan yang
baru. Hal tersebut diperkuat Thobroni
& Mustofa (2012:109) bahwa pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa
konsep umum seperti belajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman
yang sudah ada.
Pendekatan
kontrukivis sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran memiliki
karakteristik menurut (Hanafiah & Suhana, 2010:63) adalah sebagai berikut:
1.
Proses
pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diberi peluang
besar untuk aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Proses
pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan
lama yang dimiliki peserta didik.
3.
Berbagai
pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai dan sebagai tradisi
dalam proses pembelajaran.
4.
Peserta didik di
dorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara
terintegrasi.
5.
Proses
pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses
pencarian (inquiry) yang lebih alami.
6.
Proses
pembelajaran mendorong terjadinya kooperati dan kompetitif dikalangan peserta
didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
C. Pembelajaran
Menurut Paradigma Konstruktivis
Menurut Suparno
dalam Thobroni & Mustofa (2012:107) paham konstruktivisme pengetahuan
merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata).
Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain karena setiap
orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan
pengetahuan merupakan proses kognitif tempat terjadi proses asimilasi dan
akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema
jamak:skemata) yang baru.
Konstruktivisme
merupakan salah satu aliran yang berasal dari teori kognitif. dalam pmbelajaran
memiliki tujuan untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman terhadap isi atau
materi pembelajaran.konstruktivise memiliki keterkaitan yang erat dengan metode
pembelajaran penemuan (discovery learning dan konsep belajar bermakna
(meaningfull learning). Kedua metode pembelajaran ini berasal berada dalam
konteks teori belajar kognitif (Pribadi, 2009:158).
Menurut Santyasa
yang dikutip dalam Thobroni & Mustofa (2012:118), tujuan belajar menurut
paradigma konstruktivistik mendasarkan diri pada tiga focus belajar, yaitu
sebagai berikut:
1.
Proses
Proses
mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar untuk memersepsikan apa yang terjadi
apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh asumsi bahwa dalam belajar siswa berkembang
secaraalamiah. Implikasi nilai tersebut melahirkan komiten untuk beralih dari
konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada
siswa. Pembelajaran yang berfokus pada proses pembelajaran adalah suatu nilai
utama pendekatan kontruktivistik.
2.
Transfer Belajar
Belajar yang mendasarkan bahwa siswa dapat menggunakan
dibandingkan hanya dapat mengingat apa yang dipelajari. Hal tersebut
menunjukkan bahwa meaningfull Learning harus
diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan rote learning dan deep understanding lebih baik dibandingkan senelees memorization.
3.
Bagaimana
Belajar
Hal ini mengutamakan atau memberdayakan ketrampilan
yang dimiliki siswa. Fasilitas belajar untuk keterampilan berpikir siswa sangat
diperlukan.
Berdasarkan hal ersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran konstruktif merupakan suatu proses pembelajaran yang menuntut
peserta didik untuk memberdayakan diri dan mengembangkan potensinya secara
holistik pada seiap pembelajaran yang diberikan. Pembelajaran dengan paradigma
konstruktif ini menitikberatkan pada bergesernya peran guru tidak lagi
memberikan informasi, pengetahuan secara teacher
center amun lebih menitik beratkan pada student
centered.
D. Teori
Belajar Konstruktivisme
Teori-teori dalam psikologi pendidikan dikempokkan
dalam teori pembelajaran konstruktivis. Teori konstruktivis ini menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya bila
atura-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2010:28).
Teori konstruktivisme menurut Thobroni & Mustofa
(2012:108) adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang
ingi belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain.
Dapat ditark kesimpulan bahwa teori konstruktivisme memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri informasi, pengetahuan,
kompeensi, dan hal-hal baru utnuk menunjang potensi yang ada pada dirinya dan adanya
motivasi bahwa belajar adalah tangggung jawab mereka.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang
paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan
didalam benanya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2010:28).
Hal tersebut diperkuat ole pendapat Wardoyo (2013:25)
yang menyatakan bahwa pandangan konstruktivisme didasarkan pada filsafat
tertentu terkait dengan manusia dan pengetahuan. Kajian konstruktivisme paling
penting yaitu proses bagaimana manusia menjadi tahu dan memiliki pengetahuan.
Pengetahuan dalam konstruktivisme dibentuk dari proses yang telah dialami, dari
interaksi dengan lingkungn serta orang-orang disekitar mereka.
Suhana & Hanafah (2010:64), mengemukakan beberapa
teori belajarr konstruktivisme sebagai berikut:
a.
Konstruktivisme
Piaget
Konstruktivisme pembelajaran
menurut teori ini beranggapan bahwa:
1.
Gambaran mental
seseorang dihasilkan paa saat berinteraksi dengan lingkungannya.
2.
Pengetahuan yang
diterima oleh seseorang merupakan proses pembeninaan diri dan pemaknaan, bukan
internalisasi mana dari luar.
b.
Konstruktivis
Personal
1.
Set mental
(idea) yang dimiliki peserta didik memengaruhi pancaindra dan pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan.
2.
Input yang
diterima peserta didik tidak memiliki makna yang tetap
3.
Peserta didik
menyimpan input yang diterima ke dalam memorinya
4.
Input yang
tersimpan dalam memori tersebut dapat digunakan lagi untuk menguji input baru
diterima.
5.
Peserta didik
memiliki tanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya.
c.
Konstruktivisme
Sosial
Pengetahuan
yang dibentuk peserta didik merupakan hasil interaksi engan lingkungan sosial
disekitar, dengan demikian bahwa pngetahuan dibina oleh manusia.
d.
Konstruktivime
Radikal
1.
Kebenaan tidak
diketahui secara mutlak
2.
Ilmu pengetahuan
hanya bisa diketahui dengan instrument yang tepat
3.
Konsep yang
terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setalah melakukan uji coba untuk
menggambarkan pengalaman subjectif
4.
Konsep akan
berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman
subjektif.
E. Desain
Sistem Pembelajaran Konstruktivistik
Gagnon dan Collay (2001) dalam Pribadi (2009:163)
mengemukkan sebuah desain system pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik
yang terdiri dari beberapa komponen penting dalam pendekatan aliran
konstruktivistik yaitu situasi, pengelompokkan, pengaitan, pertanyaan,
eksibisi, dan refleksi.
1.
Situasi
Komponen
ini menggambarkan secara kmprehensif tentang maksud atau tujuan dilaksanakannya
ativitas pembelajaran. Selain itu, dalam komponen situasi juga tergambar
tugas-tugas yang perlu diselesaikan oleh siswa agar memiliki makna dari
pengalaman belajar yang telah dilalui.
2.
Pengelompokkan
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi dengan sejawat.
Pengelompokkan bisa dilakukan secara acak atau berdasarkan pada kriteria
tertentu.
3.
Pengaitan
Bertujuan
untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilki oleh siswa dengan pengetahuan yang
baru. Bentukbentuk kegiatan misalnya melalui pemecahan masalah atau melalui
diskusi topic yang spesifik.
4.
Pertanyaan
Peranyaan
akan memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan pembeajaran
konstruktivistik. Memunculkan gagasan-gagasan yang bersifat orisinal, siswa
dapat membangun pengetahuan yang ada pada dirinya.
5.
Eksibisi
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk dapat menunjukkan hasil belajar setelah mengikuti
suatu pengalaman belajar.
6.
Refleksi
Memberikan
kesempatan kepada guru dan siswa untuk berfikir kritis tentang pengalaman
belajar yang telah mereka tempuh baik personal maupun kolektif
Pedekatan
konstruktifistik dapat diterapkan untuk semua jenjang dan satuan pembelajaran.
Dalam pendekatan ini, hal penting yang harus diperhatikan adalah kebebasan
terhadap siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan berproses
memngembangkan potensi serta pengetahuan dirinya.
F. Implikasi
Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran
Hal penting dalam pandangan knstruktivisme adalah
kaitannya dengan proses pembelajaran. Menurut Wardoyo (2013:25) pandangan
konstruktivisme dalam pembelajaran lebih menekankan proses daripada hasil
pembelajaran. Artinya bahwa belajar yang merupakan tujuan pembelajaran tetap
dianggap penting, namun disisi lain proses belajar yang melibatkan cara dan
strategi juga dianggap penting. Dalam upaya mengimplementasikan teori
konstruktivistik dalam pembelajaran, menurut Suhana & Hanfiah (2010:65)
sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
tidak akan berjala dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan
untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya
2.
Pada akhir
proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetauan yang berbeda
sesuai dengan kemampuannya
3.
Untuk mengambil
keputusan (nilai), peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik
lainnya
4.
Guru harus
mengakui bahwa peserta didik membentuk dan mentruktur pengetahuannya
berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya.
Berdasarkan pangadangan konstruktivisme tersebut,
belajar merupakan proses mengkonstruksikan pengetahuan melalui keterlibatan
fisik dan mental peserta didik secara aktif. Menurut Aunurraahman (2012:18) Konstruktivisme
memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan siswa dalam upaya menemukan
pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupaka kegiatan mekanistik untuk
mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses pembelajaran betanggung jawab
terhadap hasil elajar peserta didik itu sendiri.
G. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisik
Thobroni & Mustofa (2012:120) Menurut Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisik adalah sebagai berikut:
a.
Kelebihan
1.
Dalam proses
membina pengetahuan baru, pembelajar berpikir untuk menyelesaikan masalah,
menjalankan ide-idenya dan membuat keputusan.
2.
Pembelajar
terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, pembelajar lebih paham
dan dapat mengaplikasikan dalam semua situasi.
3.
Pembelajar
terlibat langsung secara aktif, pembelajar akan mengingat semua onsep lebih
lama.
4.
Pembelajar akan
lebih memahami keadaan lingkungan sosialnya, yang diperoleh dari interaksi
deggan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5.
Keteribatan
peserta didik secara terus menerus mempermudah dalam mudah paham, ingat dan
yakin.
b.
Kekurangan
1.
Peran guru
sebagai pendidik kurang mendukung
2.
Lebih sulit
dipahami karena cakupannya terlalu luas.
Tabel 1.1
Perbedaan Situasi Pembelajaran Berdasarkan Pandangan Tradisional dan
Konstruktivisme
Pembelajaran Tradisional
|
Pembelajaran Konstruktivisme
|
Ruang lingkup pembelajaran: disajikan secara
terpisah, bagian pembagian dengan penekanan pada pencapaian keterampilan
dasar
|
Ruang lingkup pembelajaran: disajikan secara utuh
dengan penjelasan tentang keterkaitan anatar bagian dan penekanan pada
konsep-konsep utama
|
Kurikulum harus diikuti sampai habis
|
Kurikulum; pertanyaan dan konstruksi jawaban siswa
adalah penting
|
Kegiatan pembelaaran: berdasarkan buku teks yang
sudah ditentukan
|
Kegiatan pembeajaran; Berdasarkan beragam sumber
informasi primer dan materi-materi yang dapat dimanipulasi langsung oleh
siswa
|
Kedudukan siswa: dilihat sebagi sumber kosong tempat
ditumpahkannya semua pengetahuan dari guru
|
Kedudukan Siswa: sebagai pemikir yang mampu
menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan
|
Guru mengajar mnyebarkan informas keilmuan kepada
siswa
|
Guru bersikap interaktif dalam pembelajaran menjadi
fasilitator dan mediator bagi siswa
|
Selalu mencari jawaban yang benar untuk memvalidasi
proses belajar sisa
|
Guru mencoba mengerti persepsi siswa agar dapat
melihat pola pikir siswa dan apa yang sudah diperoleh siswa untuk pembeajaran
selanjutnya.
|
Penilaian dilakukan hamper selalu dalam bentuk
tes/ujian
|
Penilain merupakan bagian integral dalam
pembelajarandilakukan melalui observasi guru terhadap hasil kerja melalui
pameran karya siswa dan portofolio
|
Aktivitas belajar siswa lebih banyak belajar sendiri
|
Aktivitas belajar siswa lebih banyak belajar dalam
kelompok
|
DAFTAR RUJUKAN
Aunurrahman, 2012.Belajar dan
Pembelajaran.Bandung:Alfabetaain
Pribadi, A.Benny.2009.Model Desain
Sistem Pembelajaran.Jakarta:PT.Dian Rakyat
Suhana, C & Haafiah, N. 2010. Konsep
Strategi Pembelajaran.Bandung:Rafika Aditama
Thobroni, M & Mustofa, A. 2012. Belajar
dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
Nasional. Jakarta:Ar-Ruzz Media
Tranto.2010.Mendesain Model
Pembelajaran Inofatif-Progresif. Jakarta:Kencana
Wardoyo, Mangun Sigit.2013. Pembelajaran
Konstruktivisme Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter.Bandung:Alfabeta
No comments:
Post a Comment