Sunday, June 12, 2016

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIF



TEORI BELAJAR KONSTRUKTIF


Noviani Nurkolis
Pendidikan Geografi
Pascasarjana Universitas Negeri Malang

A.    Pengertian Konstruktivisme
Menurut Tran Vui dikutip dalam Thobroni Mustofa (2012:108) konstruktivsme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas pengalaman-pengalaman sendiri. Manusia (Pembelajar) ditunutu untuk menenukan sendiri pengetahuan atau hal-hal baru yang dapat bermanfaatkan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Trianto, (2010:113) konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Dalam kontruktivisme pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.  Manusia mengkontruksikan pengetahuan dan mengaitkan dengan pengalaman yang sedang terjadi (nyata). Menurut Thobroni & Mustofa (2012:109) konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, akan tetap apa yang dialami dalam keidupan manusia selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
Pandangan konstruktivisme menurut Kukla (2000:3) menyatakan bahwa ”all our concepts are constructed”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semua konsep yang dihasilkan oleh manusia adalah merupakan hasil dari konstruksi, dan semua konsep yang dibangun behubungan dengan realitas dari hasil konstruksi setiap organisme. menurut Wardoyo (2013:22) berpendapat bahwa menurut Kukla pada dasarnya setiap individu membentu realitas dalam prespektif mereka masing-masing, sehingga relitas yang terbangun merupakan hasil interpretasi dari masing-masing organisme.  
Menurut Bidell dan Fischer dalam Wardoyo (2013:22) ”Constructivism characterizes the acquisition of knowledge as a product of the individual’s creative self-organizing activity in particular environtmen” artinya bahwa konstruktivisme memiliki karakteristik adanya perolehan pengetahuan sebagai produk dari kegiatan organisasi sendiri oelh individu dalam lingkungan tertentu.
Menurut Thobroni & Mustofa (2012:107) dalam konteks filsafat pendidikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Hal tersebut karena seseorang yang belajar berarti usaha yang sedang dilakukan adalah untuk membentuk pengetahuan-pengetahuan baru secara aktif, inofatif dan kreatif dan terjadi terus-menerus.

B.    Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu landasan teoritis pendidikan modern yang termasuk dalam CTL (Contextual Teaching Learning). Pendapat Hanfiah & Suhana (2010:62) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran.
Asal kata konsruktivisme yatu ”to construct” yang berarti ”Membentuk”. Pribadi, (2009:157) konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan baha pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukann diri kita sendiri. Dengan demikian, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses pembelajara. Pendekatan ini bertujuan untuk lebih merangsang dan member peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih aktif, berfikir kreatif dan inovatif serta mampu untuk mengembangkan potensi pada dirinya secara optimal.
Proses belajar mengajar lebih berorientasi kepada siswa (Student Centered) dari pada teacher centered, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, mengarahkan, dan memotivasi peserta didik. Peserta didik perlu dilatih untuk menganalisis dan memecahkan masalah,menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi dirinya, dan berorientasi pada ide-ide. Brooks and Brooks dalam Hanfiah & Suhana (2010:62) menyatakan konstruktivis adalah suatu pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan, dan gambaran serta inisiatif peserta didik.
Hasil dari proses pembelajaran merupakan campuran dari pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Individu dapat dikatakan telah menempuh proses belajar apabila ia telah membangun atau mengkonstruksi pengetahuan baru dengan cara melakukan penafsiran atau interpretasi baru terhadap lingkungan sosial, budaya, fisik, dan intelektual tempat mereka hidup (Pribadi, 2009:157). Dalam pendekatan ini, belajar terkait dengan pengalaman yang dimiliki oleh indivdu.
Pendekatan konstruktivis dalam belajar dilakukan melalui proses eksplorasi personal, diskusi, dan penulisan reflektif. Cobb dalam Hilam (2006:2) menyatakan bahwa pendekatan kronstruktivis mengingatkan pada pendekatan discovery learing. Kedua pendekatan ini dalam pembelajaran selalu beroerientasi untuk menenukan sesuatu. Dalam pendekatan discovery learing belajar untuk menemukan suatu pengetahuan yang sudah ada, sedangkan konstruktivis berusaha untuk menemukan pengetahuan yang baru. Hal tersebut diperkuat  Thobroni & Mustofa (2012:109) bahwa pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti belajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
Pendekatan kontrukivis sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran memiliki karakteristik menurut (Hanafiah & Suhana, 2010:63) adalah sebagai berikut:
1.      Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran.
2.      Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik.
3.      Berbagai pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai dan sebagai tradisi dalam proses pembelajaran.
4.      Peserta didik di dorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
5.      Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian (inquiry) yang lebih alami.
6.      Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperati dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
C.    Pembelajaran Menurut Paradigma Konstruktivis
Menurut Suparno dalam Thobroni & Mustofa (2012:107) paham konstruktivisme pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif tempat terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema jamak:skemata) yang baru.
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran yang berasal dari teori kognitif. dalam pmbelajaran memiliki tujuan untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman terhadap isi atau materi pembelajaran.konstruktivise memiliki keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran penemuan (discovery learning dan konsep belajar bermakna (meaningfull learning). Kedua metode pembelajaran ini berasal berada dalam konteks teori belajar kognitif (Pribadi, 2009:158).
Menurut Santyasa yang dikutip dalam Thobroni & Mustofa (2012:118), tujuan belajar menurut paradigma konstruktivistik mendasarkan diri pada tiga focus belajar, yaitu sebagai berikut:
1.      Proses
Proses mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar untuk memersepsikan apa yang terjadi apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh  asumsi bahwa dalam belajar siswa berkembang secaraalamiah. Implikasi nilai tersebut melahirkan komiten untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berfokus pada proses pembelajaran adalah suatu nilai utama pendekatan kontruktivistik.
2.      Transfer Belajar
Belajar yang mendasarkan bahwa siswa dapat menggunakan dibandingkan hanya dapat mengingat apa yang dipelajari. Hal tersebut menunjukkan bahwa meaningfull Learning harus diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan rote learning dan deep understanding lebih baik dibandingkan senelees memorization.
3.      Bagaimana Belajar
Hal ini mengutamakan atau memberdayakan ketrampilan yang dimiliki siswa. Fasilitas belajar untuk keterampilan berpikir siswa sangat diperlukan.
Berdasarkan hal ersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktif merupakan suatu proses pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk memberdayakan diri dan mengembangkan potensinya secara holistik pada seiap pembelajaran yang diberikan. Pembelajaran dengan paradigma konstruktif ini menitikberatkan pada bergesernya peran guru tidak lagi memberikan informasi, pengetahuan secara teacher center amun lebih menitik beratkan pada student centered.

D.    Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori dalam psikologi pendidikan dikempokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya bila atura-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2010:28).
Teori konstruktivisme menurut Thobroni & Mustofa (2012:108) adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingi belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain. Dapat ditark kesimpulan bahwa teori konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri informasi, pengetahuan, kompeensi, dan hal-hal baru utnuk menunjang potensi yang ada pada dirinya dan adanya motivasi bahwa belajar adalah tangggung jawab mereka.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benanya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2010:28).
Hal tersebut diperkuat ole pendapat Wardoyo (2013:25) yang menyatakan bahwa pandangan konstruktivisme didasarkan pada filsafat tertentu terkait dengan manusia dan pengetahuan. Kajian konstruktivisme paling penting yaitu proses bagaimana manusia menjadi tahu dan memiliki pengetahuan. Pengetahuan dalam konstruktivisme dibentuk dari proses yang telah dialami, dari interaksi dengan lingkungn serta orang-orang disekitar mereka.
Suhana & Hanafah (2010:64), mengemukakan beberapa teori belajarr konstruktivisme sebagai berikut:
a.       Konstruktivisme Piaget
Konstruktivisme pembelajaran menurut teori ini beranggapan bahwa:
1.      Gambaran mental seseorang dihasilkan paa saat berinteraksi dengan lingkungannya.
2.      Pengetahuan yang diterima oleh seseorang merupakan proses pembeninaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi mana dari luar.
b.      Konstruktivis Personal
1.      Set mental (idea) yang dimiliki peserta didik memengaruhi pancaindra dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan.
2.      Input yang diterima peserta didik tidak memiliki makna yang tetap
3.      Peserta didik menyimpan input yang diterima ke dalam memorinya
4.      Input yang tersimpan dalam memori tersebut dapat digunakan lagi untuk menguji input baru diterima.
5.      Peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya.
c.       Konstruktivisme Sosial
Pengetahuan yang dibentuk peserta didik merupakan hasil interaksi engan lingkungan sosial disekitar, dengan demikian bahwa pngetahuan dibina oleh manusia.
d.      Konstruktivime Radikal
1.      Kebenaan tidak diketahui secara mutlak
2.      Ilmu pengetahuan hanya bisa diketahui dengan instrument yang tepat
3.      Konsep yang terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setalah melakukan uji coba untuk menggambarkan pengalaman subjectif
4.      Konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman subjektif.

E.     Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik
Gagnon dan Collay (2001) dalam Pribadi (2009:163) mengemukkan sebuah desain system pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik yang terdiri dari beberapa komponen penting dalam pendekatan aliran konstruktivistik yaitu situasi, pengelompokkan, pengaitan, pertanyaan, eksibisi, dan refleksi.
1.      Situasi
Komponen ini menggambarkan secara kmprehensif tentang maksud atau tujuan dilaksanakannya ativitas pembelajaran. Selain itu, dalam komponen situasi juga tergambar tugas-tugas yang perlu diselesaikan oleh siswa agar memiliki makna dari pengalaman belajar yang telah dilalui.
2.      Pengelompokkan
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi dengan sejawat. Pengelompokkan bisa dilakukan secara acak atau berdasarkan pada kriteria tertentu.
3.      Pengaitan
Bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilki oleh siswa dengan pengetahuan yang baru. Bentukbentuk kegiatan misalnya melalui pemecahan masalah atau melalui diskusi topic yang spesifik.
4.      Pertanyaan
Peranyaan akan memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan pembeajaran konstruktivistik. Memunculkan gagasan-gagasan yang bersifat orisinal, siswa dapat membangun pengetahuan yang ada pada dirinya.
5.      Eksibisi
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menunjukkan hasil belajar setelah mengikuti suatu pengalaman belajar.


6.      Refleksi
Memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk berfikir kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik personal maupun kolektif
Pedekatan konstruktifistik dapat diterapkan untuk semua jenjang dan satuan pembelajaran. Dalam pendekatan ini, hal penting yang harus diperhatikan adalah kebebasan terhadap siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan berproses memngembangkan potensi serta pengetahuan dirinya.

F.     Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran
Hal penting dalam pandangan knstruktivisme adalah kaitannya dengan proses pembelajaran. Menurut Wardoyo (2013:25) pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran lebih menekankan proses daripada hasil pembelajaran. Artinya bahwa belajar yang merupakan tujuan pembelajaran tetap dianggap penting, namun disisi lain proses belajar yang melibatkan cara dan strategi juga dianggap penting. Dalam upaya mengimplementasikan teori konstruktivistik dalam pembelajaran, menurut Suhana & Hanfiah (2010:65) sebagai berikut:
1.      Pembelajaran tidak akan berjala dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya
2.      Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetauan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya
3.      Untuk mengambil keputusan (nilai), peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik lainnya
4.      Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan mentruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya.
Berdasarkan pangadangan konstruktivisme tersebut, belajar merupakan proses mengkonstruksikan pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental peserta didik secara aktif. Menurut Aunurraahman (2012:18) Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupaka kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses pembelajaran betanggung jawab terhadap hasil elajar peserta didik itu sendiri.

G.    Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisik
Thobroni & Mustofa (2012:120) Menurut Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisik adalah sebagai berikut:
a.       Kelebihan
1.      Dalam proses membina pengetahuan baru, pembelajar berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide-idenya dan membuat keputusan.
2.      Pembelajar terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, pembelajar lebih paham dan dapat mengaplikasikan dalam semua situasi.
3.      Pembelajar terlibat langsung secara aktif, pembelajar akan mengingat semua onsep lebih lama.
4.      Pembelajar akan lebih memahami keadaan lingkungan sosialnya, yang diperoleh dari interaksi deggan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5.      Keteribatan peserta didik secara terus menerus mempermudah dalam mudah paham, ingat dan yakin.

b.      Kekurangan
1.      Peran guru sebagai pendidik kurang mendukung
2.      Lebih sulit dipahami karena cakupannya terlalu luas.








Tabel 1.1
Perbedaan Situasi Pembelajaran Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Konstruktivisme

Pembelajaran Tradisional
Pembelajaran Konstruktivisme
Ruang lingkup pembelajaran: disajikan secara terpisah, bagian pembagian dengan penekanan pada pencapaian keterampilan dasar
Ruang lingkup pembelajaran: disajikan secara utuh dengan penjelasan tentang keterkaitan anatar bagian dan penekanan pada konsep-konsep utama
Kurikulum harus diikuti sampai habis
Kurikulum; pertanyaan dan konstruksi jawaban siswa adalah penting
Kegiatan pembelaaran: berdasarkan buku teks yang sudah ditentukan
Kegiatan pembeajaran; Berdasarkan beragam sumber informasi primer dan materi-materi yang dapat dimanipulasi langsung oleh siswa
Kedudukan siswa: dilihat sebagi sumber kosong tempat ditumpahkannya semua pengetahuan dari guru
Kedudukan Siswa: sebagai pemikir yang mampu menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan
Guru mengajar mnyebarkan informas keilmuan kepada siswa
Guru bersikap interaktif dalam pembelajaran menjadi fasilitator dan mediator bagi siswa
Selalu mencari jawaban yang benar untuk memvalidasi proses belajar sisa
Guru mencoba mengerti persepsi siswa agar dapat melihat pola pikir siswa dan apa yang sudah diperoleh siswa untuk pembeajaran selanjutnya.
Penilaian dilakukan hamper selalu dalam bentuk tes/ujian
Penilain merupakan bagian integral dalam pembelajarandilakukan melalui observasi guru terhadap hasil kerja melalui pameran karya siswa dan portofolio
Aktivitas belajar siswa lebih banyak belajar sendiri
Aktivitas belajar siswa lebih banyak belajar dalam kelompok


DAFTAR RUJUKAN


Aunurrahman, 2012.Belajar dan Pembelajaran.Bandung:Alfabetaain

Pribadi, A.Benny.2009.Model Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta:PT.Dian Rakyat

Suhana, C & Haafiah, N. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung:Rafika Aditama

Thobroni, M & Mustofa, A. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jakarta:Ar-Ruzz Media

Tranto.2010.Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Jakarta:Kencana

Wardoyo, Mangun Sigit.2013. Pembelajaran Konstruktivisme Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter.Bandung:Alfabeta

No comments:

Post a Comment