Wednesday, May 25, 2016

Hakikat Kalimat dan Unsurnya



Pengertian Kalimat


Menurut Tim Penulis Bahasa Indonesia UNEJ (2007:79) kalimat adalah suatu bagian yang selesai dan menunjukkan pikiran yang lengkap. Maksud dari pernyataan ‘selesai’ adalah kalimat itu diawali dan diakhiri dengan kesenyapan untuk bahasa lisan sedangkan untuk bahasa tulis kalimat itu diawali atau dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. Adapun yang dimaksud dengan menunjukkan pikiran yang lengkap adalah informasi yang diberikan merupakan pikiran yang utuh. Kalimat dapat juga diartikan sebagai rangkaian dari kata-kata yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. maksudnya, sekurang-kurangnya kalimat itu memiliki subjek atau pokok kalimat dan predikat dan dapat ditambah dengan objek atau keterangan. Jika tidak memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, pernyataan itu bukanlah sebuah kalimat, melainkan hanya sebagai frasa.
Menurut Cook (1971:1) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa). Sementara itu, Alisyabana (1978:1) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran yang lengkap.
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap”. Sedangkan Chaer (2009:44) dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Sehingga disimpulkan, bahwa yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru.
Sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Hal ini menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa yang lain di dalam  kalimat majemuk setara atau bertingkat.



Unsur dalam Kalimat

          Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis dalam buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat. Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur berupa kata, frasa, atau klausa. Unsur-unsur kalimat adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat ada maupun tidak. Pada unsur kalimat juga dilengkapi dengan konjungsi. Konjungsi pada kalimat bisa ada maupun juga tidak.
Subjek


Subjek sering disebut pokok kalimat yang merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat memenuhi fungsi berikut.
a.    Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk
b.    Memperjelas makna
c.    Menjadi pokok pikiran
d.   Menegaskan atau memfokuskan makna
e.    Memperjelas pikiran ungkapan
        f.   Dan Membentuk kesatuan pikiran

Untuk mencari subjek dalam kalimat ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain:


a.       subjek pasti kata benda atau kata yang dibedakan;
b.      subjek merupakan jawaban dari pertanyaan kata apa yang… atau siapa yang…;
c.       Subjek merupakan kata atau frasa benda;
d.      subjek disetai kata ini atau itu dan tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari menurut, berdasarkan, dll;
e.       subjek tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan.


Ciri-Ciri Subjek sebagai Berikut


a.       Jawaban apa atau siapa, misalnya: Saya / pergi ke Surabaya. (pernyataan ‘siapa yang pergi ke Surabaya?’ dijawab ‘saya’ sehingga subjeknya adalah saya).
b.      Didahului kata bahwa, misalnya: bahwa Friski adalah segalanya untukku.
c.       Berupa kata atau frasa benda (nomina).
d.      Disertai kata ini, atau itu, misalnya: Air sungai ini, (itu) / terus mengericik.
e.       Disertai pewatas yang, misalnya: ibunda yang kusayang.
f.       Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si kecil, sang perkasa.
g.      Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
h.      Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.


Predikat


Predikat, sering disebut sebagai sebutan, adalah unsur penjelas dalam kalimat yang muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi sebagai berikut.
a.       Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kallimat luas, dan kalimat majemuk.
b.      Menjadi unsur penjelas yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapan dan menentukan kejelasan makna kalimat.
c.       Menegaskan makna.
d.      Membentuk kesatuan pikiran.
Untuk mencari atau menentukan predikat dalam kalimat, ada beberapa hal yang harus diketahui sebagai berikut.
a.       Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata bilangan.
b.      Predikat dapat berupa benda atau frase.
c.       Prediat merupakan jawaban dari pertanyaan mengapa dan bagaimana.
d.      Predikat dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan.
e.       Predikat dapat diketahui keterangan modalitas sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dll.
f.       Predikat tidak didahului kata yang, jika didahului yang, predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek.
g.      Predikat dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir.
h.      Predikat didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni.
Adapun ciri-ciri predikat sebagai berikut.
a.     Jawaban mengapa, bagaimana.
b.    Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan.
c.    Dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir.
d.   Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyannya, mesti, selayaknya, dan lain-lain.
e.    Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berfungsi menjadi perluasan subjek,.
f.     Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni.
g.    Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.

Predikat dapat berupa kata, dan dapat pula berupa frasa. Predikat yang berupa kata, misalnya.
1)   Pengusaha sukses itu menemukan peluang bisnis barunya.
2)   Bisnisnya berkembang.
3)   Dia sukses.
Sedangkan yang berupa frasa misalnya;
1)   Pengusaha itu sudah mendapatkan peluang pengembangan bisnisnya.
2)   Bisnisnya berkembang amat pesat setelah menggunakan bahan baku lokal.
         3) Manusia adalah makhluk yang berakal budi





Objek


         Objek merupakan pelengkap yang membentuk kesatuan dalam kalimat. Jika subjek dan predikat dalam kalimat cenderung muncul secara eksplisit. Kehadiran objek tergantung pada jenis predikat kalimat dan ciri khas dari objek tersebut. Kalimat yang predikatnya transitif berarti predikatnya membutukan objek. Sebaliknya, kalimat yang predikatnya intransitif berarti predikatnya tidak memperlukan objek. Predikat yang memperlukan objek biasanya berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan, mengambili, melempari, mendekati. Pada kalimat, objek berfungsi sebagai berikut.


a.       Objek berupa kata benda.
b.     Objek selalu terletak atau melekat setelah predikat (tidak dapat disisipi unsur kalimat yang  lain).
c.       Objek tidak didahului kata depan.
d.   Objek merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang terletak langsung di  belakang predikat transitif.
e.       Objek dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat tersebut dipasifkan.
f.    Objek dapat dilengkapi dengan pelengkap yang mengkhususkan objek yang fungsinya melengkapi informasi dan menglengkapi struktur kalimat.


Modalitas


Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat. Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu, makna kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut, dan pasti. Modalitas dalam kalimat mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut.
a.      mengubah nada, artinya dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada keras menjadi lembut atau sebaliknya, kata-kata yang sering digunakan adalah barangkali, tentu, mungkin, sering, harus, dan sungguh.
           b.   menyatakan sikap, artinya dalam mengungkapkan kalimat digunakan kata-kata misalnya pasti, pernah, tentu, sering, dan jarang.


Keterangan 


Keterangan berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi, pesan-pesan kalimat. Apabila kalimat tidak ada keterangannya maka, informasi yang didapat menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan terutama dalam tulisan surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui atau menentukan karangan perlu diketahui hal-hal sebagai berikut.
a.       Keterangan bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan akan membuat  pesan menjadi tidak atau tidak jelas dan tidak lengkap. Misalnya surat undangan, apabila tanpa keterangan maka menjadi tidak komunikatif.
b.      Letak keterangan kalimat tidak terikat posisi. Maksudnya, dapat di awal, di tengah, atau di belakang kalimat.
c.       Keterangan dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun) dan pengganti nomina (menggunakan kata bahwa).
            d.   Keterngan dapat berupa keterangan tambahan berupa aposisi yang dapat menggantikan subjek.



DAFTAR PUSTAKA


Keraf, Gorys. 1972. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Nazar, Noerzisri A. 2006. Bahasa Indonesia Dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama.



No comments:

Post a Comment