Kawan, jika saya
ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan
seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan
saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia. Pada
usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia
tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat
baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun
spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa
tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari
Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan
tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu
menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat
tinggi untuk belajar dan berhasil
dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya
memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang
baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam
kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang
tidak sadar, sikap kitapada anak justru akan
menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang
pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder,
penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut
akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasakarakter semacam itu
akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya.
Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara
ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak
mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka
resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju
kan?
Banyak yang
mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin
kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas
berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu
dulu!
Saya sendiri
kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses
justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak
mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa
demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan
otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh
kecakapan membangung hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan
spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda
bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan
Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang
dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak
sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu
bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia
dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti
yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik,
mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan
terbentuk dari hasil belajar dan menyerap
dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari
lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat
cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan
berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari
lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang
positif dan sukses.
Lalu, bagaimana cara
membangun karakter anak sejak usia dini?
Karakter akan terbentuk sebagai hasil
pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship),
yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan
sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap
hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya
menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut
akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan
berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan
memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah
satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk
mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya
dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak
menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat
menentukan pembentukan karakter anak. Seperti
kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul
dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat
akan menumbuhkan karakter sehat dan
baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui
pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan
sosial. Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak
usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas
itu sebaik-baiknya.
Macam – Macam Kepribadian Anak
Kali ini kita akan membahas bagian yang
tidak kalah pentingnya yaitu bagian tentang kepribadian, inilah dasar dari
pembentukan karakter seorang
anak. Mengapa kita perlu membahas tentang kepribadian, kepribadian adalah
bagian dari diri manusia yang sangat unik dimana kita memiliki kecenderungan
yang cukup besar untuk merespon segala sesuatu. Dengan memahami kepribadian
anak berarti kita telah menyingkat waktu kita untuk menebak-nebak, berusaha
mengerti dan memahami anak kita, kita bisa jauh lebih mudah untuk memahami
seseorang anak dengan memperhatikan tipologi kepribadiannya. Nah dalam artikel
kali ini saya akan menggunakan tipelogi kepribadian yang sangat banyak dipakai
oleh family terapis, oleh para HRD manager ataupun praktisi-praktisi di
sumber daya manusia untuk menganalisa kepribadian seseorang. Kepribadian ini
membagi manusia menjadi empat golongan besar yaitu korelis, sanguinis, phlegmatis
dan melankolis.
Koleris mewakili
tipe kepribadian yang tegas dan kemudian cenderung untuk memimpin, yah dia
adalah seorang pemimpin yang dilahirkan. Pemimpin yang dilahirkan secara
alamiah begitulah koleris. Ciri-cirinya To The Point, dia ingin segala sesuatunya
cepat dan dilakukan saat itu juga, dia tidak bertele-tele tetapi pada titik
ekstrimnya adalah dia bisa menjadi terlalu dominan dan terlalu mengatur,
terlalu mengontrol, sehingga orang lain bisa tidak tahan. Dan kemudian dia
ingin segala sesuatunya dilakukan dengan sangat cepat kemudian bisa jadi dia
lupa beberapa detail-detail tentang hal penting yang harus dilakukan. Itulah
tipe kepribadian koleris yang sejati. Orang koleris akan berpakaian dengan
praktis, simple, tidak mementingkan model pakaian tetapi lebih mementingkan
fungsi dari pakaian itu. Dan orang koleris biasanya duduknya sangat tegak
sekali dan ia berjalan dengan sangat tegak dengan kepala terangkat ke atas.
Pada kenyataannya tiap kepribadian itu memiliki kadarnya masing-masing,
sangatlah kecil sekali kemungkinannya kita menemukan seseorang yang koleris
sejati. Artinya seratus persen koleris sementara di lain-lainnya itu nol
semuanya. Seorang anak yang koleris, biasanya memiliki motivasi yang kuat dari
dalam, istilahnya “ku tahu yang ku mau”. Jika ingin mengarahkan mereka,
tunjukan keuntungan bagi anak jika mereka melakukan hal tersebut. Misal : “Jika
kamu les bahasa inggris maka mudah bagi kamu untuk memahami aturan dari
permainan yang sering papa dan kamu lakukan, masih banyak permainan serupa yang
bisa kita mainkan”.
Jenis kepribadian yang berikutnya adalah Sanguinis. Sanguinis
adalah orang yang cerah, ceria, bisa mendengar suaranya jauh sebelum melihat
orangnya, heboh sekali dan jika memakai pakaian pakaian biasanya berwarna cerah
meriah dengan banyak sekali aksesoris, yah sanguinis adalah orang yang senang
menjadi pusat perhatian. Jika Anda datang ke pesta dan melihat satu orang
dikelilingi yang lain, bercerita, semua terhibur dan tertawa, maka orang yang
bercerita itulah seorang sanguinis. Ya, sanguinis adalah pusat perhatian. Jika
Anda melihat orang sanguinis berpakaian cerah warna warni dan banyak aksesoris,
dia tidak akan risih dengan itu semua bahkan dia akan suka, karena dengan
begitu dia bisa menarik perhatian orang lain. Orang sanguinis akan berjalan
dengan gayanya yang ceria dan akan menoleh ke kanan kiri dan melempar banyak
senyum kepada orang-orang di sekitarnya. Seorang anak sanguinis merupakan anak
yang sangat senang sekali bermain dan berkumpul dengan banyak teman-temannya.
Senang dengan aktivitas “outdoor” atau kebersamaan yang menyenangkan. Tentu
mudah bagi Anda menerjemahkan bahasa saya berkaitan dengan anak sanguinis.
Tipe koleris dan tipe sanguinis adalah
tipe yang Ekstrovert, tipe yang terbuka kepada orang. Orang sanguinis begitu
sangat terbukanya, sehingga bisa cerita tentang banyak hal kepada orang lain
dan kemudian bisa dengan mudah melupakannya. Orang sanguinis dengan begitu
mudahnya melupakan janjinya dan juga dengan begitu mudahnya dia akan langsung
minta maaf. Orang koleris tidak akan melakukannya, dia akan gengsi untuk minta
maaf kepada kita. Tapi mereka dasarnya adalah orang-orang yang terbuka,
orang-orang yang ekstrovert. Berikutnya kita akan membahas bagian kepribadian
yang Introvert yang tertutup. Di bagian ini ada dua jenis kepribadian dua
tipelogi kepribadian yaitu Melankolis dan Phlegmatis.
Melankolis adalah
seorang yang rapi, biasanya tulisannya rajin, rapi, lengkap, detail karena itu
jika mereka kuliah catatan mereka biasanya akan dipinjam oleh teman-temannya.
Dan kemudian dia akan memiliki gaya dandan yang rapi, tidak ada satu helai pun
rambut yang tersisir keluar ok semuanya rapi seperti diatur pada tempatnya.
Seorang melankolis berpakaian selalu sangat rapi sekali, dimasukkan dan suka warna
warna yang memiliki perpaduan warna yang cocok. Jadi tidak akan sembarangan,
artinya dia tidak akan memakai bawahan yang berwarna hijau dan kemudian atasnya
berwarna kuning cerah. Dia akan mempertimbangkan segala sesuatunya, itulah
orang melankolis. Jika memendam sesuatu bisa dipendam sangat lama, ngambeknya
bisa sangat lama sekali, tetapi orang melankolis sangat detail, begitu suka
dengan data-data dan fakta-fakta. Yah itulah seorang melankolis. Ia begitu ahli
di dalam perencanaan dan ahli di dalam analisa. Ciri-ciri anak melankolis
yang sangat tampak adalah anak ini sangat teratur, suka kerapian, seringkali
saya jumpai mereka secara akademis adalah anak yang cerdas dan pandai. Anak
melankolis sangat suka “mengontrol” semuanya sendiri. Terkadang menentukan
pakaian yang akan dipakainya, makan apa sore ini, dsb. Mereka terkadang suka
mengingatkan kita, jika keluar kamar lampu dimatikan, tv atau laptop dimatikan.
Kemudian kepribadian yang satunya lagi
adalah Phlegmatis. Phlegmatis adalah kepribadian yang suka melakukan
segala sesuatu berdasarkan urutan yang telah diberikan, jika memang sudah
begini ya begini tidak usah dipikirin yang lain lagi, yah pokoknya ikuti saja.
Itulah phlegmatis, tipe pengikut yang setia. Dia bisa tahan duduk berjam-jam
melakukan sesuatu berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan dimana itu
tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang yang koleris ataupun seorang
sanguinis. Mereka tidak akan tahan duduk berjam-jam, berhari-hari,
berminggu-minggu, berbulan-bulan melakukan satu hal yang sama berulang-ulang
kali. Phlegmatis sangat cocok melakukan itu semua, sangat setia dan bisa
dipercaya untuk memegang rahasia. Itulah orang phlegmatis, mereka sangat mudah
diatur mereka sangat toleran. Jika Anda punya anak phlegmatis, Anda bisa
mengatakan “nak sekarang makan ya”, “ya” kalau Anda sibuk, Anda bisa mengatakan
“nak, sekarang Mama lagi sibuk, nanti aja makannya ya”, “iya” anak phlegmatis
tidak akan menuntut Anda. Itu akan sangat berbeda dengan anak koleris “nak
makannya nanti ya”, “tidak! Aku maunya sekarang” itulah anak koleris. Anak
phlegmatis biasanya cenderung diam dan mengalah. Mereka sering menghindari
konflik dan seringkali merelakan peralatan tulisnya untuk dipinjam dan tak
jarang terkadang merasa “ngga enak” untuk memintanya.
Sekarang Anda telah mengetahui tipologi koleris,
sanguinis, melankolis dan phlegmatis nah satu hal yang perlu kita ketahui
adalah tidak ada satupun tipologi kepribadian ini yang lebih baik daripada
lainnya. Artinya kita semua mempunyai kadar dari keempat tipologi kepribadian ini.
Di dalam diri kita ada unsur melankolis, ada unsur phlegmatis, ada unsur
koleris dan ada unsur sanguinis-nya. Hanya saja di bagian mana kita dominan dan
itu yang membentuk kita,
itu yang membedakan kita dari yang lainnya. Nah variable atau kadar perbedaan
dari setiap kepribadian ini membuat kita menjadi begitu unik. Tak ada satu
orangpun yang memiliki komposisi yang sama, semuanya begitu berbeda. Dan satu
hal yang paling penting, adalah seperti yang tadi saya katakan bahwa tidak ada
yang baik, tidak ada yang buruk disini. Yang ada adalah pada saat kita tidak
menyadari berhadapan dengan siapa dan kemudian kita tidak bisa menjalin suatu
komunikasi, itu karena kita tidak bisa memahami persepsinya.
Belajar Pendidikan Karakter Dari Sepak Bola
Pendidikan karakter itu bukanlah sesuatu yang muluk-muluk
atau sulit. Pendidikan karaktersebenarnya sudah
ada dimana-mana. Sudah ada dikeluarga, dilingkungan sosial, sekolah, tempat hiburan
dan lainnya. Tapi kali ini kita akan belajar sesuatu inti yang penting tentang pendidikan karakter dari sepak bola.
Ya, kenapa sepak bola karena kondisi
atau contoh ini akan sangat mudah di analogikan (disamakan) dengan kondisi dan
bagaimana mendidik karakter di
dalam sekolah dan rumah. Pada dasarnya pendidikan karakter adalah memberikan aturan main dalam
kehidupan dan lingkungan sosial disertai dengan konsekuensi yang berlaku
didalamnya. Lalu hubungan dengan sepak bola? Mudah, dalam sepak bola sudah
berlaku aturan yang sangat baku dan jelas. Ada aturan main dan konsekuensi.
Jika melanggar ada kartu kuning (peringatan), kartu merah (keluar dari
permainan), free kick, penalty, corner kick, bahkan denda uang bagi pemain dan
team. Bahkan yang lebih “sadis” lagi jika team tersebut harus turun kasta ke
liga yang lebih rendah lagi.
Sebagai pecinta sepak bola, saya sangat
senang dan berulang kali menggunakan contoh ini kepada gurudan orang tua yang
ingin tahu tentang bagaimana mendidik karakter anak dengan menggunakan contoh ini. Seorang
anak perlu mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana dunia ini
bekerja, mempelajari “aturan main” segala aspek yang ada di dunia ini dan
“hidup” didunia ini. Nah, masalahnya anak pada saat lahir dia tidak memiliki
“konsep sosial” didalam kepalanya, oleh karena itu anak perlu tahu bagaimana
aturan – aturan yang ada didalam dunia ini. Inilah Pendidikan Karakter, mudah kan?
Supaya tidak kena kartu kuning, jangan melanggar. Jika
melanggar lagi ya kartu merah. Sehingga banyak dari pemain sepak bola jika
kesal terhadap team lawan selalu berusaha menjaga sikap dengan berusaha
menghormati wasit dan tetap mengeluarkan uneg-uneg nya. Ya inilah dunia
manusia, terkadang ada yang sesuai dan tidak tetapi diperlukan aturan untuk
membuat semuanya teratur.
Dalam permainan sepak bola pemain inti
dalam sebuah pertandingan adalah wasit. Banyangkan jika bermain tidak ada wasit
maka kemungkinan besar bukan pertandingan sepak bola lagi yang kita lihat.
Tetapi UFC (Ultimate Fighting Championship) di lapangan sepak bola, alias
tarung bebas dilapangan sepak bola. Sama dalam dunia pendidikan di sekolah perlau ada figure yang
berperan seperti wasit dalam pertandingan sepak bola yang menjadi “penjaga”
aturan di sekolah. Dan seringkali hal inilah yang menjadi kelemahan, wasit di
sekolahnya tidak berfungsi dengan baik. Sama halnya dirumah, orang tua kurang
dapat menjadi wasit dengan baik. Sehingga pendidikan karakter kurang dapat berjalan dengan maksimal.
Perlu kita ketahui semua, pendidikan karakter bukan semata-mata memberikan
pengetahuan semata tetapi menetapkan aturan dan konsekuensi dilingkungan
sekolah dan dirumah. Dalam peraturan sekolah misal: anak tidak bawa buku
pelajaran maka konsekuensinya mendapatkan tugas tambahan. Ini harus jelas dan
konsisten, serta dikomunikasikan kepada semua pihak termasuk orang tua.
Jika kita melanggar aturan lalu lintas
maka jelas kita kena tilang, dan kita bisa pilih mau slip merah atau biru.
Merah bayar di tempat, jika biru kita bayar di tempat yang ditunjuk untuk
mengurusi tilang (Bank BRI). Dan ini konsisten dan semua masyarakat Indonesia
yang menggunakan kendaran bermotor sudah tahu. Inilah dasar dari pendidikan karakter. Ada aturan yang
jelas dan konsekuensi.
Berikutnya, memang sebaiknya seorang
yang bertanggung jawab dibidang pendidikan karakter adalah seorang yang memiliki minat,
dalam dunia “kemanusian” tidak mesti psikolog. Kenapa sebab ini berkaitan
dengan menata aturan dan konsekuensi bagi anak didik. Tentunya aturan ini harus
ditata berdasarkan jenjang dan usia dan skala pelanggaran. Misal: hukuman anak
yang mencuri atau merusak dengan sengaja property sekolah tentunya akan berbeda
dengan anak yang lupa membawa alat tulis, atau tidak membawa catatan.
Nah, yang terpenting bagi kita semua bahwa pendidikan karakter bukanlah sesuatu yang rumit. Ini
sangat mudah dan ada banyak sekali contohnya disekitar kita, tinggal kita mau
apa tidak. Perlu upaya untuk menerapkan ini, kita perlu mengetahui dan belajar
tentang seluk beluk manusia dan bagaimana mengatasinya. Sebab manusia saat
dilahirkan tidak disertai manual book-nya, lain seperti Black Berry yang kita beli
dan sudah disertakan manual book-nya dan ada petunjuk bagaimana menggunakannya.
Peran Pola Asuh Dalam Membentuk Karakter Anak
“Jangan mengkuatirkan bahwa anak-anak tidak
mendengarkan Anda, kuatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda” – Robert
Fulghum
Berhasil mendidik anak-anak dengan baik
adalah impian semua guru dan
orang tua. Setiap guru dan
orang tua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia, namun apakah pada
kenyataannya semudah itu? Mayoritas orangtua pernah mengalami kesulitan dalam
mendidik buah hati tercinta
Para guru dan
orang tua, ijinkan saya bertanya kepada Anda… Pernahkan kita
berpikir bahwa program negatif yang (mungkin) secara tidak sengaja kita
tanamkan ke pikiran bawah sadar anak kita, akan terus mendominasi dan
mengendalikan hidupnya – membuatnya jadi berantakan di masa depan? Jika mau jujur melakukan evaluasi pada
diri sendiri, bisa jadi kita semua termasuk saya sebagai orang tua telah dan
sedang melakukan hal ini terhadap anak-anak kita.
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
j.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya
Jujur sejak saya menikah, saya beruntung
sekali memiliki istri yang peduli dengan perkembangan anak kami. Kami
saling mengingatkan ucapan yang keluar dari mulut kami dan sikap serta perilaku
kami yang “berbahaya” bagi anak kita. Kita sadar betul anak tidak perlu
diajarkan sesuatu melalui komunikasi, hanya melihat saja maka itu sudah belajar dan direkam di otaknya. Kami sangat
menjaga itu.
Seperti judul diatas pola asuh adalah pendidikan karakter.
Bagi kita orang tua, karakter apa yang ingin kita tanamkan pada anak kita? Berikan contoh itu dalam sikap
dan perbuatan serta kata-kata. Maka dengan mudah anak akan mencontohnya dan
menyimpannya dalam memory bawah sadarnya dan akan dikeluarkan kembali pada saat
“ada pemicunya”. Maksudnya? Saat kita memberikan contoh hormat dan sayang pada
pasangan kita, saat anak kita menikah kelak maka dia akan mencontoh perilaku
kita orang tua-nya terhadap pasangannya.
Sekarang ini sangat berlaku sekali
kata-kata mutiara “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” dan itu saya
rasakan betul saat banyak klien saya yang merasakan bahwa kehidupannya adalah
hasil dari “fotocopy” orang tua-nya. Kalo orang tua-nya memberikan pengaruh
yang baik tidak masalah, tetapi jika rumah tangga berantakan seperti orang
tua-nya maka ini adalah suatu musibah. Kenapa ini terjadi? Yah, saya rasa Anda
sudah tahu jawabannya bukan?
Jadilah teladan bagi buah hati tercinta
kita, pada mula dan awalnya anak akan selalu belajar dari
lingkungan terdekatnya, yaitu orang tua. Mereka menyerap informasi dengan
baiknya dari kelima indra mereka. Bukan hanya perkataan orang tua tapi sikap
serta perilaku orang tua akan mereka serap juga, bahkan secara Anda tidak
sadari.
Jika kita orang tua, ingin tahu berapa
nilai Anda sebagai orang tua dalam mendidik anak, ada cara mudah mengetahuinya.
Raport pertama anak kita pada waktu sekolah (play group atau TK), itu adalah
raport milik kita orang tua, bukan anak. Anda dapat berkaca dari hasil
tersebut, bagaimana kualitas “produk” (baca: anak) Anda. Nah itu adalah raport
awal saat 3-5 tahun Anda membentuk keluarga
dan mendidik anak. Tapi jika mau tahu hasil akhirnya lihatlah kehidupan anak
Anda ketika dia sudah berada didalam kehidupan sebenarnya. Lihatlah
pergaulannya, cara berbicara dan bersikap dan jika kita orang tua lebih jeli
dan bijak lihat keuangannya. Semakin baik kondisi keuangan anak Anda berbanding
lurus dengan karakter yang
dimiliki anak Anda (yang halal tentunya).
Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara
Jika Anda punya anak tunggal tentu tidak
akan mengalami masalah ini. Tetapi jika Anda punya 2 orang anak atau bahkan
lebih, maka ini adalah sesuatu yang bisa membuat kepala Anda pusing, bahkan
bisa membuat Anda histeris mungkin. Banyak orang tua sering
mengeluhkan, saya nggak abis pikir dia itu bisa mengirikan kakaknya atau
bagaimana dia bisa mengirikan adiknya. “Kan saya sudah berlaku adil terhadap
mereka” ungkap orang tua pada
umumnya. Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan masalah ini?
Persaingan antar saudara mau tidak mau pasti terjadi. Ini adalah sebuah masalah
untuk menunjukkan jati diri dari masing-masing anak. Setiap manusia bahkan
anak-anak ingin dirinya dianggap sebagai sosok individu yang special.
Nah,inilah yang terjadi pada anak-anak kita.
Seorang kakak dipuji karena ia pandai
menggambar misalkan, pandai berhitung misalkan. Nah, si adik tentunya juga
ingin dipuji, tetapi bukan terhadap hal yang sama mungkin. Mungkin ia akan
merasa bahwa, “ah.. saya tidak mungkin bersaing disitu karena kakak saya lebih
bagus” atau “adik saya lebih bagus”. Maka ia akan mencari bidang yang lain.
Jika Anda tidak tanggap terhadap hal ini, inilah yang akan memicu persaingan
itu jadi semakin sengit. Seringkali orang tua mengatakan
“aduh..hebatnya kamu”. Nah, ketika ia mengatakan ini di depan adik atau kakak
maka adik atau kakak tersebut bisa jadi akan merasa tersinggung, “Koq dia yang
dipuji, saya koq tidak”.Bagaimana mengatasi hal ini? Inilah caranya:
a.
Sederhana sekali, misalkan Anda
berhadapan dengan anak nomor 1 dan Anda ingin memuji dia. Anda bisa mengatakan
seperti ini, “Wah.. hebat nih, bagus sekali gambar kamu, sama ya seperti juga
gambar adik”. Anda memuji anak Anda yang nomor 1, tetapi Anda juga memuji
adiknya. Atau sebaliknya Anda berhadapan dengan anak Anda yang nomor 2 dan di
dekatnya ada anak nomor 1. Anda mengatakan, “nah.. ini nih baru anak mama hebat
sama seperti kakaknya”. Kebanyakan yang di lakukan para orang tuaadalah memuji secara personal anak
yang bersangkutan. Misalkan seorang adik bisa menyelesaikan sebuah tugas dengan
baik, kebanyakan orang tua langsung
memujinya “nah.. gitu hebat”. Nah, jika anak yang pertama Anda diam, bukan
berarti dia tidak punya perasaan apapun disana. Jika ini sering terjadi dibawah
sadarnya dia akan merasa bahwa, “ah.. papa atau mama sayangnya hanya sama adik,
sama saya tidak”. Ini bisa terjadi, jadi berhati-hatilah terhadap hal tersebut.
Jika Anda memuji anak Anda, pastikan jika ada anak lain disana puji anak
tersebut secara tidak langsung. Jika tidak ada anak lainnya Anda boleh
sampaikan pujian Anda secara personel pada anak tersebut.
b.
Masalah yang lain adalah kurangnya
waktu pribadi dengan masing-masing anak. Suatu hari saat selesai sebuah
seminar, seorang bapak menghampiri saya dan mengatakan bahwa dia punya
permasalahan untuk mengatasi persaingan antara anak-anaknya. Dia punya 2 orang
anak dan dia mengatakan bahwa dia sudah bersikap adil pada mereka semua. Bahkan
mereka selalu keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga, tetapi mengapa hal
ini masih bisa terjadi. Kemudian saya bertanya pada sang bapak ini. “Pak,
apakah bapak pernah mengajak salah seorang anak saja untuk pergi keluar bersama
bapak sendiri. Atau mungkin bersama bapak dan ibu”. “Itu tak pernah terjadi
selama 13 tahun saya menikah dan saya berkeluarga. Kita selalu pergi
bersama-sama”. Nah, inilah masalahnya. “Loh.. koq bisa?” kata bapak itu
terkejut, mungkin Anda bisa juga mengatakan oh.. bukankah itu juga hal yang
bagus? Keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Bukankah itu menjalin
sebuah kebersamaan. Ya, itu memang menjalin sebuah kebersamaan, tetapi anak
Anda juga memerlukan sesuatu yang lain lagi. Dia ingin dianggap sebagai
individu yang special. Ketika Anda keluar hanya dengan salah satu anak saja,
katakanlah dengan anak nomor 1 saja kali ini, maka dia akan merasa bahwa
dirinya special. Ia akan merasa bahwa dirinya adalah yang diperhatikan untuk
saat itu. Lain kali Anda keluar dengan anak nomor 2 saja dan dia akan merasa
bahwa dia juga diperhatikan. Karena sebagai anak nomor 2, hal yang yang sering
terjadi adalah dia akan selau merasa sebagai nomor 2, karena memang itulah
kenyataannya. Dia tidak akan pernah merasakan kapan jadi nomer 1. Nah, sampai
dia tua pun si kakak pasti jadi nomor 1 dan ia jadi nomor 2, bukankah seperti
itu. Karena itu Anda perlu mengantisipasi perasaan ini, dengan cara
menjadikannya nomor 1 pada satu waktu tertentu. Ajak dia keluar, istimewakan
dia, buat dia merasa bahwa “yes.. sekarang saya nomor 1″. Imbangi dengan sebuah
nasehat bahwa kakaknya juga penting. Katakan kepada anak Anda yang nomor 2
misalkan pada saat Anda mungkin mengajaknya makan di restaurant, “hey.. kalau
kita belikan kakak makanan kesukaanya bagaimana? nanti kamu yang kasih oke”.
Disini Anda membuatnya merasa penting, tetapi Anda juga membuatnya untuk
mempunyai rasa perduli pada saudaranya sendiri.
Nah, itu adalah hal-hal yang kecil yang
anda perlu lakukan agar persaingan-persaingan seperti ini tidak mencuat jadi
sebuah isu yang panas di keluarga Anda. Lakukan hal ini sejak mereka masih
kecil. Wah kalau anak saya sudah besar sekarang bagaimana? Anda masih punya
waktu untuk melakukannya sekarang. Perbaiki semuanya dan Anda akan melihat
hubungan mereka akan jauh lebih baik lagi dan sebagai sebuah keluarga akan
sangat kokoh dan sangat kuat.
“Halo selamat
pagi pak, saya Ibu Ani” suara diseberang sana yang cukup saya kenal. Saya
kembali menanyakan kabarnya “hai bu ani, bagaimana kabarnya? Ada kabar apa nih
bu?” sapa saya ke bu ani. “ begini, saya mengucapkan terima kasih pak, cindy
sudah tidak ngomong kasar lagi dan sekarang sudah tidak maen tangan lagi”,
jawab bu ani. “wah bagus bu. Apa yang ibu lakukan, sehingga cindy berubah
drastis?”tanya saya. “hanya melakukan yang bapak sarankan, berbicara pada cindy
pada saat dia tidur”.
Pembaca yang
budiman, tehnik yang saya berikan kepada bu ani adalah Hypnosleep, ini adalah
tehnik yang cukup mudah dan sangat ampuh untuk mengubah karakter anak. Saya akan bagikan caranya
secara detil. Banyak kasus untuk anak usia 10 tahun kebawah, bahkan orang
dewasapun (pasangan suami –istri),dapat menyelesaikan permasalahannya dengan
hypnosleep.
Saya bagikan
beberapa cerita singkat menangani masalah dengan menggunakan hynosleep. Rekan
saya bu ani menelpon saya, dan berkeluh kesah jika anaknya cindy (3,5 tahun)
memiliki perilaku agresif yang kurang menyenangkan. Ibu cindy adalah pemilik
salon, karyawati yang bekerja disalon tersebut sering dipukul dan ditarik rambutnya
oleh cindy. Jika cindy kesal maka, cindy akan memukul siapa saja yang berada
didekatnya (terutama orang yang cindy kenal). Setelah melalui wawancara singkat
melalui telepon, ternyata perilaku cindy diperoleh dari ibu ani sendiri, bu ani
jika memarahi cindy maka dia memukul pahanya. Dan pola seperti ini di pelajari
oleh cindy, jika dia sedang kesal maka dia akan memukul. Kemudian, saya
mengajarkan tehnik Hypnosleep via telepon kepada ibu ani, serta meminta kepada
ibu ani untuk merubah cara dia meluapkan emosi kepada cindy, serta memberikan
beberapa nasehat untuk mengubah cara pandang bu ani terhadap tumbuh kembang
anak. Selesai pembicaraan ditelepon, 5 minggu kemudian ibu ani menghubungi saya
lagi. Ternyata perilaku memukul anaknya sudah hilang total hanya
menggunakan hypnosleep dan mengubah cara pandangnya terhadap tumbuh
kembang anak. Tetapi ada hal lain yang dikeluhkan, “sekarang cindy kalo ngomong
kasar pak”,ungkap bu ani pada saya. “ kasar seperti apa”, tanya saya. “Kalo
orang tidak mengerti maksud cindy, keinginan cindy tidak terpenuhi maka dia
berkata goblok, bodoh”, jawab bu ani. Lalu saya mencoba mencari dari mana
dia belajar perkataan itu, ternyata itu disebabkan
karyawati ibu ani, yang sering bercanda dengan berkata kasar kepada sahabatnya
dan cindy seringkali bermain dengan karyawati bu ani. Kemudian hal yang sama
saya minta kepada bu ani untuk mengubah lingkungannya, beri pengertian kepada
karyawatinya dan melakukan hypnosleep. Apa yang terjadi? 1 bulan kemudian, saya
mendapat laporan cindy berubah drastis.
Rekan saya ibu
mita, memiliki suami yang punya kebiasaan “ngelelet” kalo pagi sehabis bangun
tidur, sehingga ibu mita sering terlambat jika sampai ditempat kerja. Setelah
mencritakan dengan saya, saya menyarankan menggunakan hypnosleep. Esok harinya
ibu mita merasa takjub keheranan. Karena suaminya berubah drastis, bangun tidur
langsung mandi, nga pake “ngelelet” lagi, dan berangkat kerja bersama.
Apakah hypnosleep? Pada dasarnya sama dengan
hypnosis, tentunya anda mengerti proses hypnosis. Yaitu orang yang sadar,
kemudian dengan tehnik induksi diturunkan tingkat kesadarannya dengan berfokus
pada satu hal (suara terapis), sehingga mengalami relaksasi yang dalam
diseluruh tubuhnya kemudian sugesti diberikan. Itulah proses yang terjadi pada
hypnosis. Nah, proses hypnosleep adalah kebalikan hypnosis. Dalam hypnosleep
kita menaikan kesadaran seseorang dari kondisi anak tertidur pulas ke kondisi
Hypnosis (trance), kemudian sugesti diberikan pada saat kondisi Hypnosis (trance),
kita naikan kesadarannya, kemudian diberikan sugesti dan setelah itu anak
ditidurkan lagi. Nah, langkah – langkah dalam memberikan hypnosleep adalah:
- Langkah awal adalah membuat sugesti yang akan anda sampaikan secara tertulis, agar kita tidak berpikir menyusun kalimat saat melakukan hypnosleep. Hendaknya pendek, singkat dan jelas. Perhatikan juga pemakaian kata yang tepat. Intinya adalah mengatakan apa yang kita inginkan dengan kalimat positif . hindari kalimat negatif (tidak,jangan,dll)
- Amati jumlah tarikan napas subyek. Hendaknya 6-8 tarikan napas per menit. Ini untuk menjamin bahwa subyek tertidur pulas. Yang paling ideal adalah 6 – 7 tarikan napas per menit.
- Dekati subyek dengan lembut untuk melakukan by pass terhadap pikiran kritisnya. Goyang tubuh subyek dengan memegang dagunya. Goyangkan sedikit ke kiri dan kanan sambil mengucapkan kalimat berikut dengan mantap disertai nada suara rendah dan datar “Ini …….. (nama anda atau mama atau papa) yang bicara. Kamu bisa dengar …….(saya, mama, papa) namun tetap tutup mata! Kamu bisa dengar …….(saya, mama, papa) namun tetap tutup mata! Kamu bisa dengar …….(saya, mama, papa) namun tetap tutup mata!”
- Jika subyek tertidur sangat lelap kalimat di atas mungkin perlu diulangi beberapa kali sehingga bisa menembus level pikiran bawah sadarnya. Lanjutkan “Jika kamu dengar gerakkan jari telunjuk/ibu jari yang saya sentuh. Jika kamu dengar gerakkan jari telunjuk yang saya sentuh. Kamu bisa dengar …….(saya, mama, papa) namun tetap tutup mata!”
- Setelah itu bacakan sugesti yang telah anda susun tadi 3 atau 4 kali untuk memastikan sampai ke bawah sadarnya.
- Lalu tutup dengan kalimat berikut “Kalau saya berhenti bicara maka kamu akan kembali tidur nyenyak seperti tadi. Kamu tidak akan mengingat apa yang baru saya sampaikan tapi kamu merasakan suatu perubahan dalam dirimu ketika bangun esok pagi dengan sangat segar. Sekarang tidurlah kembali dengan sangat nyenyak!”
- Saat mengucapkan sugesti, hendaknya dengan suatu keyakinan bahwa apa yang kita ucapkan diterima dan dimengerti oleh anak. Keyakinan seperti apa yang saya maksud? seyakin jika anda makan krupuk, maka krupuk tersebut pasti hancur didalam mulut anda.
- Keesokan hari dan seterusnya berlakulah seperti telah terjadi perubahan (kelanjutan dari point no 7). Jika belum melihat perubahan nyata secara janganlah gusar dan berpikiran negatif. Biarkan proses perubahan terjadi di dalam lebih dahulu. Bila perlu anda ulangi hypnosleep lagi pada malam harinya dengan kata-kata yang sama.
- Disamping sugesti yang diberikan lingkungan juga perlu dirubah untuk membantu perubahan anak serta memfasilitasi perubahan anak, lingkungan disini termasuk sikap ayah, ibu, pengasuh, serta. Misal anak suka berkata kasar (cn: goblok), ciptakan lingkungan yang tidak ada lagi kata-kata kasar tersebut terucap.
- Ketika ia mulai menunjukkan perubahan hindari penggunaan kata-kata “Kok tumben ya sekarang ngomongnya baik?” atau kata-kata semacam itu. Sebaliknya dukung dengan kalimat “Bagus makin haribelajar itu makin dapat berbicara dengan sopan ya?”
- Untuk setiap kasus yang anda sugestikan beri waktu sampai terjadi perubahan baru beralih ke kasus yang lain.
Contoh sugesti
untuk hypnosleep:
1) Semakin hari belajar adalah kegiatan yang sangat menyenangkan
2) Mulai besok dan seterusnya kamu akan mudah bangun jam
6 pagi.
3) Semakin hari kamu makin sayang sama adik/kakak kamu.
4) Mulai besok dan seterusnya mudah bagi kamu untuk belajar berhitung
5) Semakin hari membaca adalah kegiatan yang
menyenangkan.
Karakter Anak adalah Karakter Turunan
Kali ini kita akan belajar bagaimana karakter terbentuk
secara turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkin? Bisa
dan mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari Beliave atau kepercayaan/ keyakinan
dari orangtua yang diturunkan kepada anak. Dan jika keyakinan yang diturunkan
salah, sampai 7 turunan bisa salah jika tidak diperbaiki. Baiklah, simak terus
tulisan ini dan dapatkan rahasia pemahaman baru.
Believe atau kepercayaan itu bukan kita berarti membahas persoalan agama atau
keyakinan beribadah. yang di maksud adalah suatu pemikiran yang terbentuk
karena pengalaman yang berulang-ulang atau pengalaman yang berkesan. Jadi
secara sederhananya bisa kita katakan sebagai perasaan “pasti” akan sesuatu
hal. contohnya mungkin anda mempunyai perasaan yang pasti tentang kemampuan
berhitung yang baik. jadi anda punya believe atau kepercayaan “wah saya
itu pintar kalau berhitung ya”. Itu yang kita maksud dengan believe atau
kepercayaan. Atau anda punya pikiran “seperti ah saya ini sering telat, ya”,
Believe saya sering telat ya itu bentuk seperti itu.
Believe bisa sesuatu yang kita
inginkan atau yang tidak kita inginkan.Believe
yang kita inginkan secara sadar, believe yang terbentuk karena kita mempelajari
ajaran-ajaran agama yang kita anut itu memang kita inginkan untuk terbentuk,
lalu Believe yang terbentuk dari mempelajari masalah-masalah akademik. Kita
memang menginginkan itu agar kita bisa seperti itu,misalkan kita belajar matematika,dan
lain sebagainya. Believe yang terbentuk dari latihan-latihan olahraga karena
kita menginginkannya,kita bisa memiliki keyakinan yang kuat untuk kasus
olahraga contoh : “tendangan saya keras, lemparan saya pasti masuk”.
Nah berikutnya adalah Believe yang tidak
kita inginkan secara sadar , Tapi toh kita tetap punya believe ini. misalnya
Takut terhadap gelap ya , Wah saya kalau di tempat gelap itu saya pasti
merinding saya pasti keringat dingin saya pasti gak berani gitu ya.Atau mungkin
trauma ketinggian juga wah saya ini tidak bisa naik pesawat itu suatu believe
yang kita tidak inginkan secara sadar tapi itu masuk dalam diri kita ya.
Berbagai fobia terhadap binatang, kemudian ketakutan-ketakutan terhadap guru ketakutan
terhadap pelajaran tertentu ketakutan membuat tujuan pribadi ya
perasaan-perasaan diremehkan atau perasaan bersalah terhadap sesuatu ini adalah
believe-believe yang tidak kita inginkan tetapi secara sadar masuk dalam diri
kita ya.
Satu hal yang mungkin perlu kita
tekankan adalah mengapa believe atau
kepercayaan salah yang diajarkan secara turun-temurun ini sesuatu yang sering orang tua lakukan?
Karena seringkali ada hal-hal yang sebenarnya kepercayaan ini yang keliru tapi
kita sampaikan kepada anak tanpa kita pertanyakan dulu, apakah itu believe yang
bagus atau tidak? Nah contohnya “hei nak jangan main hujan nanti masuk angin”,
atau “ayo mandinya cepet nanti masuk angin lho ya”, “kalau kamu gak makan kamu
pasti sakit lho”, jadi itu adalah believe-believe yang dibawa dari orang tua yang
disampaikan kepada anak tapi itu belum tentu pasti bener . tapi kalau
diulang-ulang jadi bener juga. Disamping sekarng bukan orangtua lagi yang
menanamkan keyakinan yang salah, tetapi media tv, Koran dan media yang lainnya
juga peran serta dalam hal ini.
Apa yang menyebakan ini terjadi?
Bagaimana believe bisa semudah itu tertanam dan membentuk perilaku
kita ? penjelasan ini sangat panjang, kita perlu secara khusus mempelajari
mekanisme pikiran manusia, bagaimana kata-kata bisa membentuk karakter manusia. Mudahnya, kalimat yang sering
diulang-ulang bisa tertanam di dalam memori manusia,dan men jadi suatu
system keyakinan. Dan karena banyaknya kesalahan dalam memberikan informasi dan
kesalahan menanamkan keyakinan dipicu oleh ketidaktahuan bagaimana
mekanisme pikiran itu bekerja. l Kita tidak pernah belajar khusus
pak mengenai mekanisme pikiran manusia . Seingat saya waktu dulu kuliah tidak
ada yang bahas soal mekanisme pikiran dan juga hal Ini diperparah dengan
control diri yang kurang baik sehingga kita tidak mau memikirkan ulang dampak
dari suatu kalimat atau tindakan terhadap anak kita. jiKalau believe atau
kepercayaan yang anda turunkan atau anda ajarkan pada anak itu
adalah sesuatu yang positif. Itu sangat baik sekali ya. Jadi misalkan
“nak tahu gak kalau kita ini keturunan orang pintar jadi kamu pasti jadi anak
yang pintar dan cerdas”. Tapi kalau believe atau kepercayaan itu begini mungkin
“nak hidup ini itu susah kamu harus belajar yang
rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus”,sering gak denger orang tua nasehatnya
gitu.
Saya dulu, sering termasuk orang yang
dinasehati seperti itu. Harus belajar rajin
supaya dapat pekerjaan yang bagus. Betul? Orang tua itu
lupa berpikir lho apa anaknya itu harus jadi karyawan aja apakah kalau nilainya
jelek disekolah apakah dia tidak bisa sukses ya. Kenapa orang tua gak
ngomong kamu harusbelajar rajin
besok kamu bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak sekali. Betul?
Believe lain yang sering menghambati anak ya untuk sukses adalah believe orang tua kadang-kadang
seperti ini “nak cari uang itu susah kamu harus kerja nanti kalau sudah kamu
harus pintar” maksudnya kalau kamu dapat nilai bagus kamu nanti bisa bekerja
diperusahaan yang bagus. Kenapa kok ngak ngomongnya kayak gini, “nak kamu
tahu kamu harus pinter itu kenapa? supaya kamu bisa buat perusaahn bagus. Jadi
kamu bisa pekerjakan orang –orang yang pinter”, kenapa koq gak ngomong seperti
itu ya? Jadi seperti itulah believe-believe yang kadang orang tua turunkan
kepada anak tanpa dipikir ya. Sehingga bisa kita pahami bagaimana karakter kebanyakan
orang disekelilingi kita. bagaimana juga karakter bangsa
ini?
Jadi untuk menghindari kesalahan ini
adalah anda sebagai orang tua anda
coba analisa kebiasaan anda dalam mengomentari sesuatu ya. Jadi anda melihat
ada suatu kejadian dan anda mengomentari dan anda coba pikirkan apakah bener
sudah kata-kata anda itu. Dan anda mungkin juga bisa berpikir apa dampaknya
dari perkataan saya ini pada anak saya.
Pertimbangkan dampak sugesti yang terkandung dalam setiap perkataan yang sering
kita ulangi .
Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak
Permasalahan kali ini yang
saya ingin bahas adalah permasalahan seorang anak yang manja dan kurang
mandiri. Orang tua sering
mengeluhkan kepada saya. Aduh anak saya ini kurang mandiri, gimana caranya ya
membuat dia mandiri. Kayaknya dia ini terlalu manja dech. Saya dulu dibesarkan orang tua dengan
ekonomi yang pas-pasan. Akhirnya saya jadi berjuang sendiri untuk melakukan
segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu enak.
Biasanya ketika orang tua mulai
mengeluhkan seperti itu, saya hanya berbalik menanyakan kepada mereka. “Pak,
Bu.. sebenarnya Anda sudah tahu kan jawabannya harus bagaimana?”, “Lho maksud
Anda bagaimana?” Mereka balik bertanya, “tadi Bapak Ibu sudah mengatakan bahwa
ketika Anda dulu di besarkan pas-pasan dan Anda harus melakukannya semua
sendiri. Dan anak Anda sekarang terlalu nyaman karena semua sudah Anda
sediakan. Justru itulah permasalahannya, Anda menyediakan segala sesuatunya
bagi anak Anda tanpa membuat dia berjuang. Anda sudah tahu permasalahannya tapi
Anda masih lakukan”. Mereka mulai menyadari permasalahannya sekarang. “Tapi
bagaimana lagi kan kasihan? Daripada dia repot-repot”. Justru itulah
permasalahannya, kita tidak mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu tidak
membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu di jalaninya
agar dia bisa mengembangkan dirinya.
Anak-anak yang kurang mandiri dan manja,
adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Anda perlu tahu bahwa
pada satu tahap perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka
ingin otonomi lebih besar. Ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun.
Dia ingin melakukan sesuatu saat itu. Tetapi biasanya kita orang tua terkadang
terlalu melindungi anak. Ketika dia ingin memanjat kursi, kita larang dia,
“jangan nanti jatuh”. Ketika dia memegang sesuatu tidak kita perbolehkan karena
takut pecah dan lain sebagainya. Nah, akhirnya anak ini menjadi pasif dan hanya
menunggu apa yang kita berikan atau apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika
hal ini terjadi bertahun-tahun maka kita sudah mulai membentuk sebuah pola dalam
diri anak kita. Untuk menjadi pasif dan tidak mandiri. Cobalah Anda memberikan
sebuah latihan agar anak-anak mengerjakan sendiri.
Jika Anda mempunyai anak yang sudah
menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan bawakan tasnya ketika dia turun dari
mobil. Anda mungkin berpendapat, “aduh.. saya kan harus berangkat kerja, kalau
tunggu dia lama banget”. Itu tidak boleh di lakukan. Anda bisa berangkat lebih
awal jika Anda tahu itu akan membuat Anda terlambat dan biarkan dia bawa tasnya
sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena kita tidak mau repot akhirnya
“udah sini tak bawain sudah masuk di kelas”. Itulah hal-hal kecil yang
membuat anak Anda jadi kurang mandiri. Jika dia sudah bisa mengembalikan piring
yang dia gunakan untuk makan ke tempat cucian, biar dia melakukannya. “Lho..
kalau begitu apa gunanya pembantu yang saya bayar”. Justru itulah masalahnya
Anda tidak memberikan kesempatan anak Anda untuk mengembangkan dirinya. Semua
itu perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses.
Sama seperti ketika dulu kita di besarkan oleh kondisi susah payah oleh orang tua kita.
Saat itu orang tua kita
mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut pada kita. Bahkan mungkin mereka
merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik mungkin. Tetapi justru
itulah yang baik ternyata bagi kita, bagi perkembangan kita. Kita akhirnya
menjadi seorang yang mandiri. Dan kemudian ketika kita sekarang sudah menjadi
orang yang berhasil kita tidak melakukan itu pada anak, dengan alasan kasian.
Para pembaca yang budiman, inilah permasalahannya
kita harus melatih anak kita untuk memiliki karaktermandiri. Kita harus memberikan
kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dengan
mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat-sangat berguna bagi perkembangan
karakternya. Ketika seorang anak mengembalikan piring makannya di
tempatnya, mengangkat tasnya sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia
telah selesai pakai, atau melakukan kegiatan kecil-kecil maka si anak akan
merasakan sebuah harga diri yang positif. Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar
dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal tersebut. Ini akan membuat
percaya dirinya melambung tinggi. Oleh karena itu berikanlah kesempatan ini
pada anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka bertumbuh dan
berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai menginjak
masa-masa remaja.
Jadi pastikanlah Anda memberikan suatu
kesempatan pada anak Anda untuk melakukan apa-apa yang dia telah mampu lakukan.
Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter mandiri,
percaya diri dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.
“Satu Ayah lebih berharga dari 100 guru disekolah” – George Herbert
Ada sebuah
kisah, tentang seorang ayah yang sudah terpisah lama dengan anaknya. Karena
suatu hal, sang anak lari dari rumah dan sang ayah mencarinya selama
berbulan-bulan tanpa hasil. Akhirnya munculah ide dari sang ayah, untuk
memasang iklan di Koran, surat kabar yang paling besar dan terkenal se
Ibukota. Bunyi iklan tersebut : “ Pato sayang, temui aku di depan kantor
surat kabar ini, jam 12 siang hari sabtu ini. Semua sudah aku ampuni, aku
mengasihimu nak”. Lalu hari yang di tunggu tiba, ternyata ada 800 orang bernama
Pato berkumpul mencari pengampunan dari seorang ayah yang sangat mengasihi.
Data dari
statistic mengatakan bahwa orang yang bertumbuh tanpa kasih sayang
seorang ayah akan tumbuh dengan kelainan perilaku, kecenderungan bunuh diri dan
menjadi criminal yang kejam. Sekitar 70% para penghuni penjara dengan
hukuman seumur hidup adalah orang yang bertumbuh tanpa ayah (tanpa kedekatan
emosional dari ayahnya).
Ada 2 hal penting rahasia sukses dari seorang ayah
yang bisa diturunkan kepada anaknya. Apa itu?
- Pelajaran untuk Survival. Dari ayah kita akan belajar mengenai pelajaran yang sangat kompleks tentang bertahan hidup. Kenapa kompleks, sebab banyak hal yang perlu di “jaga” kestabilannya dalam hidup. Dalam Keluarga, bagaimana ayah berperan dalam keluarga, memperlakukan ibu kita –yang kelak akan kita contoh dan duplikasi kepada pasangan kita. membantu membesarkan hati anak jika ada masalah-kelak akan kita lakukan juga pada anak kita (ingat menjadi orangtua tidak ada sekolahnya, kita hanya mencontoh apa yang orangtua kita lakukan kepada kita). kehidupan ekonomi keluarga, bagaimana ayah berperan dalam hal memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal bertahan hidup kita akan belajar dari seorang ayah.
- Masalah Karir. Yang satu ini adalah penting jika kita ingin sukses secara financial dan karir, maka perbaiki hubungan kita dengan ayah (bagi yang sudah besar) bagi kaum Ayah muda, berelasilah dengan baik dengan anak anda. Kenapa?
Dari seorang
ayah, akan “diturunkan” kemampuan berkarir dan mendapatkan kemudahan dalam
karir. Ingat yang point pertama, secara mendasar kita belajar survival dan dalam urusan bekerja seorang
ayah adalah “mesin pencetak uang” . relasi yang baik antara ayah dan anak akan
sangat membantu sang anak menuai sukses dikemudian hari saat dia memasuki dunia
kerja.
Banyak klien
saya yang hubungan dan relasinya hancur dengan sang ayah sejak lama, kemudian
dengan segala kerendahan hatinya memulai hubungan yang baru dan saling
memaafkan maka rejekinya juga berubah. Disamping itu juga Doa seorang ayah
untuk anaknya bagaikan “turbo” untuk kesuksesan seorang anak. Bahkan doa yang
benar-benar dilakukan seorang ayah, mampu mengubah karir seorang anak jauh
melampaui karirnya sang ayah. Banyak kasus terjadi di dalam ruang terapi saya,
pekerjaan yang buntu hanya perlu berbaikan pada sang ayah. Mudah bukan? figur
seorang Ayah adalah figure yang sangat penting dijaman sekarang ini. Karena
banyak sekali anak yang kehilangan figur seorang ayah, dan mencari perhatian
ayahnya dengan melakukan apa yang kita sebut “kenakalan”. “kulakukan ini semua
untuk keluarga” adalah jawaban klasik yang muncul di mulut kebanyakan ayah,
“saya bekerja untuk siapa kalau bukan untuk keluarga”, tetapi yang sering
terjadi adalah keluarga menjadi korban. Maunya yang terbaik buat keluarga
tetapi keluarga jadi korbannya kelak, dan dimasa tuanya terjadi kebingungan
kenapa keluarga kok amburadul semua, “salah dimana”? ya tentunya pembaca
sekalian tahu dimana letak salahnya, bukan.
Seorang manusia, akan mempunyai kehidupan yang
maksimal jika “dia diampuni dan mau mengampuni”. Ini adalah dasarnya.
Bagi anda seorang ayah, maukah anda mengampuni anak dan minta maaf kepada anak
untuk kebaikannya kelak dikehidupan masa depan? Dan anda sendiri sebagai ayah
akan menjadi ayah yang sangat maksimal bagi keluarga dan lingkungan sekitar
anda.
Para Ayah, anda
sangat dirindukan dan dibutuhkan anak-anak anda unutk bekal kehidupan di
masa depannya. Jangan habiskan seluruh energy dan waktu di tempat kerja,
sehingga waktu dirumah hanyalah sisa energy dan duduk menonton tv atau membaca
Koran. Seorang anak perlu pelukan dan telinga dari ayahnya untuk mendengar,
mengerti apa yang diceritakan sang anak. Ajarkan kebenaran tentang moral dan sopan
santun, dan tentunya para ayah tidak akan menyesal kelak dalam kehidupan dewasa
sang anak akan mengamalkan didikan dari sang ayah. “seorang ayah mampu membantu
menggerakan perekonomian dunia, dan mensejahterakan kehidupan yang lebih layak
untuk kehidupan di BUMI ini” – Timothy Wibowo.
“Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya
akan memberikan data dan fakta berikut:
- 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
- 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
- 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
- Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah
membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas
sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk
beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para
pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini
mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di
lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan
lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi
usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan
apa persaingan yang muncul ditahun 2021?
Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu,
anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari
berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun
tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya
manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun
juga, karakter adalah kunci keberhasilan
individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan
oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan
interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang
mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan
oleh emotional quotient.
Bagaimana
dengan bangsa kita? bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang
sedang duduk dikursi penting pemerintahan Negara ini dan yang dudui di kursi
penting yang mengelola roda perekonomian Negara ini? Apakah mereka sudah
menunjukan kualitas karakter yang baik,
dan melegakan hati kita? bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita
serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru
sebaliknya?
Dari sudut
pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia
psikologis” pada anak yang
berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001.
Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan
yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun
seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan
menyakitkan.
Walau tidak
semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya
berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut, dan hasilnya kurang
maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan
secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan
evaluasi perilaku dan karakter mereka.
Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada
dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang
anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7
tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm…dan proses seperti ini sering
disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu
didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini
lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan
disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan di dunia yang
sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena
tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara
oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah kembali
lagi ke topik, Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Bagi Indonesia
sekarang ini, pendidikan karakter juga
berarti melakukan usaha sungguh-sungguh , sitematik dan berkelanjutan untuk
membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia
bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan
menguatkankarakter rakyat
Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa
diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan,
tanpa semangat belajar yang tinggi,
tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di
tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama,
serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa
Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace
to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek
moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)
“Mungkinkah
mengetahui dan memastikan apakah seorang anak itu bermasalah, dalam waktu 5-10
menit pertama saat kita bertemu dengannya?” Jawabannya adalah “mungkin” dan “pasti”.
Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada peserta seminar ataupun para orangtua
yang sedang bersemangat belajar dan mencecar saya dengan berbagai pertanyaan
seputar anaknya.
Rahasia tersebut
akan saya bahas sekarang, rahasia yang sering saya gunakan untuk menganalisa
seorang anak. Apakah dia bermasalah, bahkan setelah mempelajarinya dengan
seksama kita mampu meramal masa depan seorang anak. Wow, tenang ini bukan obral
janji, tapi ini pasti. Dari hasil menangani berbagai kasus keluarga dan
individu maka terbentuklah suatu pola yang akurat ditiap individu. Kebanyakan
klien saya jika memiliki masalah, kebanyakan masalah tersebut dan
sebagian besar masalah itu berasal dari 2 hal. Ini juga rahasia (Rahasia dari
ruang terapi saya), tapi akan saya bongkar habis.
Baiklah 2 hal tersebut berasal dari :
- Keluarga (keluarga yang membentuk masalah tersebut secara tidak sengaja).
- Masalah tersebut berasal dari usia 7 tahun kebawah.
Keluarga, adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari
keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak diIndonesia
menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Manusia berbeda dengan binatang
(maaf..) seekor anak kucing yang baru lahir, bisa hidup jika dipisahkan dari
induknya, dan banyak binatang yang lain yang memiliki kemampuan serupa. Manusia
tidak bisa, sampai usia 18 tahun masih membutuhkan orangtua dan kehangatan
dalam keluarga. Sukses seorang manusia tidak lepas dari “kehangatan dalam
keluarga”. Akan sangat banyak hal yang akan dikupas dari tiap tahun kehidupan
manusia dan kebutuhannya serta cara memenuhi kebutuhan tersebut, terutama aspek
emosi. Saya tidak akan meneruskannya, kita akan bahas dikesempatan lainnya,
kini kita kembali ke cara mengetahui ciri anak bermasalah.
Usia 7 tahun kebawah? Ada apa pada usia ini? Pada masa ini kebanyakan (85%) letak masalah
atau asal muasal masalah / hambatan seorang manusia tercipta. Istilah
kerennya Mental Block./ Karakter yang menghabat pencapaian
cita-cita pribadi kita. Dan biasanya akan terasa pada usia 22 tahun ke atas.
Woo… segitunya? Ya Mental Block seperti program yang seakan-akan
dipersiapkan (karena ketidak sengajaan dan ketidak tahuan orangtua kita) untuk
menghambat berbagai macam aspek dalam kehidupan kita. Aspek itu bisa berupa
Karier (takut kaya, takut jabatan tinggi) kesehatan (tubuh gemuk, alergi)
Relationship (tidak gampang cocok dengan pasangan/teman, paranoid) dan lain
hal, serta masih banyak lagi.
Ada apa dengan 7
tahun kebawah dan disekitar 7 tahun pertama kehidupan manusia? Baiklah saya jelaskan,
pada masa ini kita membutuhkan, kebutuhan dasar Emosi yang harus terpenuhi
ingat HARUS terpenuhi. Jika pada masa ini lewat dan tidak terpenuhi maka,
akan terjadi Mental Block pada diri anak tersebut. Inilah asal muasal dimana
Mental Block terbentuk. Karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar Emosi
yang dibutuhkan seorang manusia. Kebutuhan apa yang dibutuhkan pada anak seusia itu?
Sehingga fatal akibatnya (pada masa dewasa anak tersebut) jika kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi
- Ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak usia 0 – 7 tahun bahkan lebih, cara ini adalah kunci dalampendidikan karakter, agar karakter anak kita bisa tumbuh dan berkembang maksimal. Disamping itu ketiga hal inilah asal muasal Mental Block yang sering kali terjadi atau terasa sangat menganggu pada saat anak tersebut dewasa. Yaitu
1) Kebutuhan akan rasa aman
2) Kebutuhan untuk mengontrol
3) Kebutuhan untuk diterima
- 3 kebutuhan dasar emosi tersebut harus terpenuhi agar anak kita menjadi pribadi yang handal dan memilikikarakter yang kuat menghadapi hidup. Ini akan sangat panjang sekali jika dijelaskan, nah mengingat kita membahas ciri – ciri karakter anak bermasalah maka kita akan kembali ke topic tersebut.
Sebenarnya ada 6
ciri karakter anak yang bermasalah, cukup
kita melihat dari perilakunya yang nampak maka, kita sudah dapat melakukan
deteksi dini terhadap “musibah besar” dikehidupan yang akan datang (baca:
semakin dewasa) dan secepatnnya dapat melakukan perbaikan.
Inilah ciri-ciri karakter tersebut :
a. Susah diatur dan diajak kerja sama
Hal yang paling Nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.
Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah saya sebutkan, nah kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan seksama.
Hal yang paling Nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.
Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah saya sebutkan, nah kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan seksama.
b. Kurang terbuka pada pada Orang Tua
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
c. Menanggapi negatif
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
d. Menarik diri
Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.
Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.
e. Menolak kenyataan
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.
f. Menjadi pelawak
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah, kemanakah orangtua?
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah, kemanakah orangtua?
“Anda tidak bisa
mengajarkan apa yang Anda mau, Anda tidak bisa mengajarkan apa yang Anda tahu.
Anda hanya bisa mengajarkan siapa Anda” – Soekarno
Sebelum saya
lebih jauh mengkaji tentang topic yang akan dibahas kali ini, maka saya akan
berbagi tentangbelajar. Ya, proses belajar bagaimana
otak menyerap informasi. Inilah yang seringkali diabaikan, kita sebagai
orangtua atau guru maunya seringkali “memaksa” anak mengerti tentang sesuatu
hal dan “jalankan” seperti computer, kasi perintah dan tekan “ENTER”. Nah, kalo
di manusia bukan ENTER tapi “ENTAR” upsss…
Dari penelitian diberbagai belahan dunia yang terus
berkembang, hasil riset tentang tehnik penyerapan informasi ke otak dibagi
menjadi 5 tahap :
a.
Membaca dengan
prosentase penyerapan informasi 10%
b.
Mendengar dengan
prosentase penyerapan informasi 20%
c.
Mendengar dan
Melihat dengan prosentase penyerapan informasi 50%
d.
Mengatakan
dengan prosentase penyerapan informasi 70%
e.
Mengatakan dan
melakukan dengan prosentase penyerapan informasi 90%
Dari informasi
diatas mudah bagi kita untuk mengetahui cara yang paling efektif untuk
mendidik karakter anak bukan?
Kalo mau hasil maksimal, dengan penyerapan diatas 50 % maka metode mendidiknya
harus disesuaikan dengan cara otak menyerap informasi.
Tentunya cara itu adalah kombinasi antara Melihat,
Mendengar, Mengatakan dan Melakukan. Saya akan membagi 2 tahap penjelasan,
yaitu:
1. Melihat dan
Mendengar
Adalah proses belajar yang ada
contoh dan ada pengajarnya. Jika disekolah tentunya guru yang akan bersuara,
jika dirumah maka orangtua. Sebagai guru tentunya harus memberikan contoh dan
modelkarakter yang
dikehendaki anak didiknya bagaimana serta mengajarkan “how to achieve”. Jadi
pada dasarnya semua guru disekolah bisa menjadi guru pendidikan karakter,
jika berkomitmen untuk menjadi contoh dan mau menjelaskan bagaimana agar siswa
dapat memiliki karakter seperti
gurunya. Sama halnya orangtua yang ada dirumah, siswa hanya 30% berada
disekolah, 10-15 % lingkungan sosialnya dan sisanya dirumah. Maka porsi
terbesar adalah orangtua yang menjadi guru pendidikan karakter bagi
anaknya.
Seorang anak dari bayi, dia tidak mengenal bahasa.
Saat dia kecil dia belajar dengan
melihat contoh, diabelajar jalan,
membuka pintu, menyalakan tv, semuanya melihat. Dan proses belajar seperti ini
masih berlanjut pada kehidupan kita orang dewasa. Jadi jangan anggap sepele
dalam sikap dan perilaku kita untuk memberikan contoh yang baik untum pendidikan karakter anak.
2. Mengatakan dan
Melakukan
Ini terkait
dengan peraturan dan system yang berlaku lingkungan belajar pendidikan karakter (sekolah
dan rumah). Bagaimana peraturan disekolah dan dirumah selaras dengan
tujuan pendidikan karakter.
Baiklah saya akan memberi contoh, di Indonesia, di Surabaya khususnya saya
masih bisa memberhentikan angkutan umum (metromini) sembarangan. Dimana saya
ada di jalan raya, saya lihat ada angkutan umum saya tinggal angkat tangan saja
maka amgkutan umum itu akan berhenti. Hal ini bisa berlaku di Surabaya, tapi
tidak di Singapura. Jika saya pindah ke Singapura maka saya tidak bisa
seenaknya saja memberhentikan angkutan umum, ada tempat khusus dimana angkutan
umum tersebut mau berhenti. Maka perilaku saya akan berubah mengikuti aturan yang berlaku,
saya akan ke halte jika mau naik kendaraan umum.
Jadi dalam pendidikan karakter juga
diperlukan seting macam ini juga, seting lingkungan untuk mendukung
perilaku Melakukan yang
akhirnya akan terbiasa. Seperti ada pepatah bisa karena biasa, sama seperti
halnya aturan baru dalam
berlalu lintas. Belakangan ini banyak aturan baru sehingga
jalan yang biasanya bisa 2 arah hanya satu arah untuk keefektifan pengguna jalan
dan menghindari kemacetan, jika kita langgar maka tilang. Pertama terasa berat,
setelah 1 bulan sudah biasa, tidak ada beban lagi. Manusia adalah mahluk yang
mudah beradaptasi, terasa berat jika itu dijalankan terus menerus, maka
lama-lama terbiasa. Dalam melakukan pola ini jangan lupa memberikan konsekuensi
jika melanggar, tentunya konsekuensi yang mendidik dan tidak merusak harga diri
anak. Contoh: jika melanggar maka mainan kesukaan anak akan disita 2 hari.
Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang
sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas
yang padat. Karena itu, seyogyanyapendidikan karakter juga perlu
diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play
group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa
disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di
kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian
“Banyak orang tahu apa yang baik, berbicara
mengenai kebaikan namun melakukan yang sebaliknya”
Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa
“personality” atau kepribadian. Secara umumkepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang
menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna,
tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
a.
Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang
suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
b.
Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal
praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan
social dan bersenang-senang.
c.
Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka
bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara
yang enak, menyukai hal yang pasti.
d.
Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal
detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan
rutin sangat disukai.
Di atas ini adalah teori yang klasik dan
sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai
alat tes sampai pengukuran potensi manusia. Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan
keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik
dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk
serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah
yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya”
dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan
serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih
kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta
saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan
kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi. Mudah
ya, penjelasan ini.
Nah, karakter nya dimana? Saat tiap
manusia belajar untuk
mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan
positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni
tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada
sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius
dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan
mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian
dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu
dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter
tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harusDIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan
melalui suatu PROSES yang
tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak
dapat diubah lagi seperti sidik jari.
Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan
karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering
menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan,
perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti
sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak
hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda
selalu merupakan hasil pilihan Anda.
Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi
seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun
dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter
akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.
Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda
memiliki KONTROL PENUH atas karakter Anda, artinya Anda tidak
dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang
bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi Anda.
“Ketika kehilangan kekayaan, Anda tidak kehilangan
apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, anda kehilangan sesuatu. Ketika
kehilangan karakter, anda kehilangan segala-galanya” – Billy Graham
Saat ini paling tidak ada 2 hal yang saya ketahui
tidak pernah lekang oleh jaman, apa itu?
- Perubahan
- Pendidikan Karakter
Jika bicara perubahan maka, sejatinya kita yang ada
hari ini, yang sedang membaca tulisan ini sudah berbeda dari diri kita yang
kemarin. Berbeda dimananya? Sel tubuh kita sudah berubah, informasi yang kita
terima berubah, usia kita berubah, dan masih banyak hal lainnya.
Sama halnya
dalam pendidikan karakter,
adalah proses yang tidak tak pernah berhenti. Pemerintah boleh berganti, raja
boleh turun tahta, presiden boleh berhenti masa jabatannya, namun
pendidika karaktertetap harus
berjalan terus. Pendidikan karakter bukanlah
proyek yang ada awal dan ada akhirnya.Pendidikan karakter diperlukan
tiap individu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, warga Negara yang lebih
bernilai kemanusiaan yang tinggi. Mantab!
Seperti pepatah
dari negeri China “ Apabila andamembuat rencana satu tahun, tanamlah padi. Apabila
anda membuat rencana untuk sepuluh tahun tanamlah pohon. Apabila anda membuat
rencana untuk seumur hidup didiklah orang-orang”. Pertanyaan nya adalah
pendidikan apa yang patut diberikan?
Saat saya dahulu
bersusah payah mengerjakan dan belajar perkalian
matematika sampai 2-3 digit berserta akar pangkatnya, kini dalam keseharian
saya sudah tidak terlalu relevan dengan aktivitas pekerjaan saya. jika toh saya
harus berurusan dengan angka tersebut, saya tinggal buka laci dan ambil kalkulator.
Menurut saya jika otak bisa digunakan untuk hal yang jauh lebih bermanfaat
kenapa harus mengerjakan hal yang bisa dikerjakan barang simple ini
(kalkulator). Sama halnya saat saya mengahfal selama lebih dari 12 tahun
tentang sejarah, ternyata beberapa tahun yang lalu dipublikasikan bahwa sejarah
di Indonesia banyak sekali kebohongan dan tidak sesuai dengan materi yang
diajarkan di sekolah. Dan pendidikan
yang saya pelajari itu sudah tidak begitu berguna lagi bagi saya dan sebagian
banyak orang.
Saya bercerita
pengalaman saya bukan berarti belajar di sekolah , ataupun
pelajaran di sekolah tidak ada
manfaatnya. Sangat ada manfaatnya bagi saya, apa? Saya belajar bersosialisasi,
mempelajari pola pikir, dan masih banyak hal lainnya.
Kembali ke topik yang terputus sesaat. Pendidikan apa
yang patut diberikan? Mudah sekali, Pendidikan Karakter.
Lalu pendidikan yang lain?
Pendidikan mata
pelajaran lain jelas perlu, tapi berikan nuansa pendidikan karakter didalamnya.
Sisipkan nilai kehidupan, nilai positif dari setiap materi dan berikan sentuhan
manfaat dalam kehidupan. Misalnya mengajarkan fisika dengan bercerita tentang
penemu teori atau rumus yang sedang diajarkan. Tonjolkan sikap positifnya, dan
ulang-ulang terus sehingga siswa tidak hanya hafal rumusnya saja tetapi nilai
positif dari penemu teori tersebut. Pertanyaannya apakah ini sudah kita
kerjakan, wahai orangtua dan guru?
Ketika suatu Negara tidak menaruh perhatian terhadap
pendidikan, maka Negara tersebut tidak membangaun sumber kekuatan , sumber
kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber martabat yang selalu bisa
diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini
ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan karakter rakyatnya.
Nah, disini pendidikan karakter sangat
berperan penting untuk menghasilkan itu semua. ingat, berbeda dengan
sumber daya alam apabila dipakai dan dieksploitasi maka akan habis pada kurun
waktu tertentu, berbeda dengan kebaikan karakter dan
kecerdasan yang berkarakter, akan makin bertambah jika digunakan terus menerus.
Seperti ungkapan
Ki Hajar Dewantara “Maksud pendidikan itu adalah sempurnanya hidup manusia
sehingga bisa memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin. Yang kita dapat
dari kodrat alam… pengetahuan, kepandaian janganlah dianggap maksud dan tujuan.
Tetapi alat, perkakas, lain tidak. Bunganya kelak akan menjadi buah. Itulah
yang harus kita utamakan. Buahnya pendidikan, yaitu matangnya jiwa, yang akan
dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci dan bermanfaat bagi
orang lain”.
Nah,
sejatinya pendidikan karakter tidak
pernah berhenti dari kehidupan kita. seandainya kita pernah mendapatkan pendidikan Karakter,
atau dulunya bernama pendidikan Budi Pekerti, tidak selesai sampai kita selesai
sekolah. Dalam sekolah kehidupan justru manusia yang berhasil adalah manusia
yang memiliki nilai karakternya A. dan setiap tahunnya (bahkan harian,
atau triwulan, bahkan semester)masih ada ujian kenaikan kelasnya, sampai
kapan? Sampai kita lulus dari bumi ini. Yah itulah sebabnya saya kemukakan
bahwa pendidikan karakter tidak
pernah berhenti. Nikmati dan hiduplah dengan Karakter sukses.
Apa Itu Karakter?
Dennis Coon
dalam bukunya Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikankarakter sebagai
suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang
yang berkaitan dengan atributkepribadian yang
dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah
jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat.
Beda Karakter dan Kepribadian
(Sifat Dasar)
Kepribadian adalah
hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang
memiliki kepribadian pasti ada
kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing
pribadi. Kepribadian manusia
secara umum ada 4, yaitu : Koleris – Sanguinis – Phlegmatis –Melankolis.
Nah, Karakternya
dimana? Saat setiap manusia belajar untuk
mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif
yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya,
seorang dengan kepribadian Sanguin
yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajarsehingga mampu
membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan
dan perhatian fokus, itulah Karakter.
Mengapa Seorang Anak Butuh
Pendidikan Karakter?
Pada dasarnya, pada perkembangan seorang anak adalah
mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja,
mempelajari ”aturan main” segala
aspek yang ada di dunia ini . Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter
Ada
3 Cara Mendidik Karakter Anak:
a.
Ubah Lingkungannya,
melakukan pendidikan karakter dengan
cara menata peraturan serta konsekuensi di sekolah dan
dirumah.
b.
Berikan Pengetahuan, memberikan
pengetahuan bagaimana melakukan perilaku yang diharapakan untuk muncul dalam
kesehariannya serta diaplikasikan.
c.
Kondisikan Emosinya, emosi manusia
adalah kendali 88% dalam kehidupan manusia. Jika mampu menyentuh emosinya dan
memberikan informasi yang tepat maka informasi tersebut akan menetap dalam
hidupnya.
Karakter
apa yang perlu ditumbuhkan dan dibentuk dalam diri anak?
a.
Karakter cinta Tuhan
dan segenap ciptaan-Nya
b.
Kemandirian dan
Tanggung Jawab
c.
Kejujuran atau
Amanah, Diplomatis
d.
Hormat dan
Santun
e.
Dermawan, Suka
Tolong Menolong & Gotong Royong
f.
Percaya Diri dan
Pekerja Cerdas
g.
Kepemimpinan dan
Keadilan
h.
Baik dan Rendah
Hati
i.
Karakter Toleransi,
Kedamaian dan Kesatuan.
Saat ini kami
memiliki 3 program pendidikan karakter yang
menjadi fokus dari kurikulum kami, yaitu :
- Training Guru
Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah,
bagaimana menjalankan dan melaksanakanpendidikan karakter disekolah,
serta bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya, dari gagasan ke
tindakan.
Program ini membekali dan memberikan wawasan
pada guru tentang psikologi anak, cara
mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk
menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak
yang “bermasalah” dengan
perilakunya.
- Program Kurikulum Pendidikan Karakter
Kami memberikan sistem pengajaran dan materi yang
lengkap (untuk 1 tahun ajaran) serta detail dan aplikasi untuk sekolah dan
materi untuk orang tua murid.
Materi ini telah diuji coba lebih dari 5 tahun, disamping itu dalam program ini
ada pendampingan dan training khusus untuk guru.
Training khusus guru ini dikhususkan untuk
menciptakan suksesnya pendidikan karakter disekolah,
disamping pemberian materi yang “advance” dari program
training guru pertama. Karena disini
para guruakan mempelajari aspek psikologi
manusia (bukan hanya anak, tetapi untuk dirinya sendiri) dan menanamkan
nilai-nilai kehidupan yang baik pada dirinya, murid dan keluarga. Guru akan memiliki “tools”untuk
membantu menciptakan anak yang berkarakter lebih baik.
- Program Bimbingan Mental
Program ini terbagi menjadi dua sesi program :
Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun.
Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja.
Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya
setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak
yang lebih positif.
Sesi Seminar Khusus Orangtua
Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan
memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam
kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar
yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga.
Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih
mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.
No comments:
Post a Comment