GENDER
Sebagai
sebuah konstruk budaya dan sosial, gender memang telah memberikan makna
terhadap peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dengan makna yang
diberikan kepada laki-laki dan perempuan
tersebut, masyarakat membuat pembagian kerja atau peran anatara
laki-laki dan perempuan. Akan tetapi pembagian peran tersebut dalam kenyataanya
tidak didasarkan pada asas kesetaraan dan keadilan, bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki hak dan tanggung jawab yang sama sebagai manusia. Realita
yang terjadi adalah pembagian peran laki-laki dan perempuan lebih banyak
didasarkan pada budaya patriarki,
yaitu budaya yang lebih banyak didominasi oleh laki-laki.
Pandangan
bahwa perempuan adalah “kaum kedua“ setelah kaum laki-laki inilah yang akhirnya
mempengaruhi keputusan-keputusan masyarakat untuk mendahulukan laki-laki dari
pada perempuan ketika ada peluang untuk mengembangkan diri. Sehingga dalam
berbagai bidang terjadi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, seperti
yang dilansir oleh Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan,
Yusuf Supiandi, dalam Harian Sore Sinar
Harapan, yang menyatakan bahwa berdasarkan data BPS 2001, penduduk miskin
di indonesiamencapai 37.710.800 jiwa atau 18% terdiri dari laki-laki sebanyak
18.555.600 (18,37%) dan perempuan sebanyak 18.552.800 (18,42%). Menurut Yusuf
(dalam Tobroni dkk., 2007: 227) angka
tersebut juga menunjukkan masih tingginya kesenjangan antara laki-laki dan
perempuan.kesenjangan tersebut juga dapat dilihat dalam bidang pendidikan dan
kesehatan. Dalam bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah laki-laki 7,3 tahun,
sedangkan perempuan 6,1 tahun. Anak laki-laki tidak tamat sekolah dasar 5,34%
dan anak perempuan 11,9%. Dibidang kesehatan angka kematian ibu mencapai
396/100 ribu lahir hidup pada tahun 2001. Aborsi yang terjadi di kota 1.051.470
kasus dan di desa 931.410 kasus.
Kalau
digali lebih dalam lagi masih banyak data yang menunjukkan adanya ketimpangan
dalam hal kesehatan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan, yang
menunjukkan bahwa dalam masyarakat kita, ketidakadilan dan ketidaksetaraan
gender ini masih menjadi masalah. Salah satu penyebab adalah belum dipahami
secra tegas identitas diri perempuan maupun laki-laki; apakah sebagai identitas
kodrati, sosial, atau biologi. Ketika fakta telah ditemukan, bahwa ketidakadailan yang menimpa perempuan dalam
masyarakat adalah pembagian peran sosial laki-laki dan perempuan. Maka perlu
adanya usaha untuk menciptakan kesetaran dan keadilan gender, karena jika
tidak, proses perendahan martaabat kemanusiaan dalam masyarakat akan selalu
berlangsung. Salah satu usaha yang perlu ditekan sejak awal adalah bagaimana
membuka wawasan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan dan keadilan
gender sebagai salah satu elemen penting untuk membentuk tatanan masyarakat
madani, yaitu tatanan masyarakat yang adil dan manusiawi.
Menurut
Mufidah (2010: 5) Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Gender juga dapat dipahami sebagai
jenis kelamin sosial.
Menurut
Mosse (1996: 2) Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis.
Jenis kelamin biologis merupakan pemberian; kita dilahirkan sebagai seorang
laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi, jalan yang menjadikan kita maskulin
atau feminim adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi
biologis oleh kultur kita. Setiap masyarakat memiliki berbagai “naskah” (scripts) untuk diikuti oleh anggotanya
seperti mereka belajar memainkan peran feminim atau maskulin, sebagaimana
halnya setiap masyarakat memiliki bahasanya sendiri. Sejak kita sebagai bayi
mungil hingga sampai usia tua, kita mempelajari dan mempraktikkan cara-cara
khusus yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi kita untuk menjadi laki-laki
dan perempuan. Gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan
topeng di teater, menyampaikan kepaa orang lain bahwa kita adalah feminim atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini
– yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan
di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya –
secara bersama-sama memoles “peran gender” kita.
Sebagai
orang dewasa kita cenderung mempercayai bahwa kita hidup dengan kadar kebebasan
yang signifikan, bahwa kita bebas memilih cara berprilaku, cara berfikir, dan
memilih peran gender. Kita juga menganut pandangan umum dunia bahwa jalan kita
untuk menjadi feminim atau maskulin merupakan suatu yang “alami” akibat
langsung karena dilahirkan secara biologis sebagai laki-laki atau perempuan.
Yang jelas, suatu masyarakat dapat meiliki beberapa naskah yang berbeda,
kebiasaan yang berbeda, tetapi nilai inti dari suatu kultur, yang mencakup
peran gender berlangsung dari generasi ke generasi seperti halnya bahasa.
Salah satu
hal yang paling menarik mengenai peran gender adalah, peran-peran itu berubah
seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur lainya. Peran itu
juga amat dipengaruhi oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis. Di
Inggris abad ke sembilan belas, ada anggapan bahwa kaum perempuan tidak pantas
bekerja diluar rumah guna mendapat upah. Tetapi pandangan yang lebih kemudian
menunjukkan bahwa anggapan ini hanya berlaku bagi perempuan kelas menengah dan
kelas atas. Kaum perempuan kelas bawah diharapkan bekerja sebagai pembantu (servants) bagi kaum perempuan yang
dilahirkan tidak untuk bekerja sendiri. Kini keadaan serupa juga terdapat dibeberapa
bagian negara berkembang. Di Banglades, misalnya, banyak perempuan Muslim
menganggap tidak pantas untuk terlibat dalam lapangan kerja yang dibayar. Namun
ada banyak perempuan Muslim lainya terpaksa bekerja – seringkali sebagai
pembantu rumah tangga – sebagai masalah pertahanan ekonomi. Dengan kata lain,
kelas (class) nyaris selalu berkaitan
dengan urusan memutuskan peran gender yang pantas karena memiliki jenis kelamin
(sex) biologis tertentu.
Kenyataan
bahwa masyarakat yang berbeda memiliki banyak gagasan yang berbeda tentang cara
yang sesuai bagi perempuan dan laki-laki untuk berperilaku seharusnya, hal ini
memperjelas tentang sejauh mana peran gender bergeser dari asal-usulnya kedalam
jenis kelamin biologis kita. Sementara setiap masyarakat menggunakan jenis
kelamin biologis sebagai titik tolak penggambaran gender, tidak ada dua kultur
yang akan benar-benar sepakat tentang apa yang memebedakan satu gender dari
gender lain. Sebagian masyarakat lebih preskriptif
mengenai peran gender ketimbang sebagian yang lain, yang memiliki lebih banyak
naskah atau kemungkinan bagi perilaku feminim dan maskulin yang bisa diterima.
Seorang perempuan petani Sahelia memiliki lebih sedikit pilihan ketimbang
seorang perempuan Amerika kulit putih kelas menengah, yang bisa jadi terwakili
dengan berbagai macam pilihan gender dari bergabung dengan angkatan bersenjata
hingga pelatihan profesi tertentu, sampai menjadi istri dan ibu purna waktu
yang secara finansial ditopang oleh suaminya. Gender bukanlah definisi permanen
tentang cara “alami” bagi perempuan dan laki-laki untuk berperilaku, kendatipun
definisi semacam itu sering dihadirkan, atau dialami.
Gender
kita menentukan berbagai pengalaman hidup yang akan kita singkap. Gender dapat
menentukan akses kita terhadap pendidikan, kerja, alat-alat dan sumber daya
yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender bisa menentukan
kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan gerak kita. Yang jelas gender ini akan
menentukan seksualitas, hubungan, dan kemampuan kita untuk membuat keputusan
dan bertindak secara autonom. Gender
bisa jadi merupakan satu-satunya faktor terpenting dalam membentuk kita
akan menjadi apa nantinya.
Fakih
(1996: 9) Hal pertama dan penting untuk diperhatikan dalam rangka membahas
masalah kaum perempuan adalah pemahaman tentang konsep seks (jenis kelamin) dan
konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap kedua konsep sangat penting
karena pemahaman dam pembedaan antara konsep seks dan gender sangat diperlukan
dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketikadilan sosial
yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan, karena ada keterkaitan yang
erat antara perbedaan gender (gender
differences) dan ketidakadilan gender (gender
inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas.
Pemahaman
konsep tentang gender dan seks sering kali mengalami kerancuan dan saling
tumpang tindih. Hal ini menyebabkan ketidak jelasan makna gender dan seks yang
berakibat timbulnya kekeliruan dalam pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat. Oleh karena itu, menurut Mansour Fakih, dalam buku:
Analisis Gender & Transformasi
Sosial, bahwa perlu dibedakan antara kata gender dengan kata seks sehingga
menjadi jelas apa yang dimaksud dengan konsep gender dan apa yang dimaksud
konsep seks.
Seks
(jenis kelamin) mempunyai arti penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu. Berdasarkan konsep seks terjadi penafsiran bahwa laki-laki mempunyai
penis, jakun (kalamenjing) dan mengeluarkan sperma. Sedangkan perempuan
mempunyai alat reproduksi seperti rahim dan saluran melahirkan, memproduksi
telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui. Masing-masing ciri
biologis yang dianugerahkan Tuhan kepada laki-laki dan perempuan tersebut tidak
dapat saling dipertukarkan. Laki-laki misalnya, tidak dapat mengandung,
melahirkan dan menyusui anaknya. Sebaliknya perempuan tidak memiliki penis dan
tidak dapat mengeluarkan sperma.
Berbeda
dengan konsep seks, gender dipahami sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum
laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Sehingga
gender dapat diartikan sebagai konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya (Fakih,
1996). Arti gender menurut penulis ini, mendefinisikan laki-laki dan perempuan
dari sudut non biologis. Berdasarkan pengertian gender yang demikian ini,
muncul pandangan-pandangan bahwa perempuan itu memili sifat yang lemah lembut,
cantik, emosional, dan keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap sebagai pribadi
yang memiliki karakteristik kuat, rasional, dan perkasa. Pembedaan sifat
laki-laki dan perempuan tersebut sebenarnya bisa saling dipertukarkan, artinya
bisa saja seorang laki-laki memiliki sifat yang lembut, emosional, atau
keibuan, sementara perempuan mempunyai sifat sangat kuat, perkasa, tegar, dan
lain sebagainya.
Dengan
demikian, gender adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan yang
didasarkan pada konstruk sosial dan budaya, bukan secara biologis. Pembedaan
antara laki-laki dan perempuan dikaitkan dengan kekuatan yang melekat, misal
perempuan identik dengan kelembutan dan laki-laki identik dengan keperkasaan.
Kondisi ini menyebabkan adanya ketidakadilan perlakuan antara perempuan dan
laki-laki. Laki-laki dengan sifat maskulin yang melekat di tubuhnya terus
mewacanakan sebagai diri yang kuat sehingga layak untuk berada di luar.
Sementara itu, perempuan dengan feminim yang melekat dicitrakan sebagai pribadi
yang hanya mampu berada di dapur, kamar, dan sumur.
GENDER DAN SASTRA
Menurut
Mufidah (2010: 5) Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Gender juga dapat dipahamisebagai
jenis kelamin sosial.
Sedangkan
menurut Menurut Mosse (1996: 2), Gender adalah seperangkat peran yang, seperti
halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita
adalah feminim atau maskulin. Perangkat
perilaku khusus ini-yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian,
bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga
dan sebagainya-secara bersama-sama memoles “peran gender” kita.
Setelah mengkaji beberapa definisi gender
yang dikemukakan para ahli, dapat dipahami bahwa yang dimaksud gender adalah
karakteristik laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi sosial - kultural
yang tampak dari nilai dan tingkah laku atau dapat juga dikatakan bahwa gender
adalah sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis
kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau
identitasnya dalam masyarakat.
Menurut Soetarno, ( 2007: 1) dalam
bukunya Peristiwa Sastra Melayu Lama, Sastra
(Sanskerta, shastra) merupakan kata serapan
dari bahasa Sanskerta sastra, yang
berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar sas yang berarti “instruksi” atau
“ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasanya digunakan untuk merujuk
kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu. Tetapi kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis
tulisan, apakah indah atau tidak.
Selain itu, dalam arti kesusastraan,
sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di
sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang
dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Beberapa tokoh mempunyai pendapat
tersendiri mengenai pengertian sastra, menurut J. S. Badudu (dalam Soetarno,
2007: 1) Sastra harus ditinjau dari dua segi, yaitu bahasa dan isi. Sedangkan
menurut Hashim Awang (dalam Soetarno, 2007: 1) Ciptaan seni yang disampaikan
melalui bahasa.
Berdasarkan beberapa definisi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gender sastra merupakan salah satu
metode penelitian karya sastra yang membahas tentang beberapa karya-karya
sastra yang mendokumentasikan berbagai masalah dan persoalan gender khususnya
dalam penelitian ini.
Pembicaraan
mengenai perempuan telah mengalahkan pergeseran yang cukup mendasar pada saat
konsep “gender” digunakan sebagai perspektif. Gender lebih menunjuk kepada
relasi laki-laki dan perempuan dalam berinteraksi. Dengan cara ini, fokus
kajian tidak hanya tertuju pada perempuan tetapi juga pada laki-laki.
Pendekatan semacam ini telah memberikan nuansa baru, terutama dalam menjelaskan
dominasi dan subordinasi atau hubungan-hubungan kekuasaan secara umum yang
ternyata memberi pengaruh sangat penting dalam kehidupan perempuan secara luas.
Di dalam kehidupan manusia, terdapat proses kehidupan yang semakin lama semakin
meningkat. Dengan kata lain, kehidupan manusia mengalami perubahan.
Di dalam karya sastra
seperti novel, cerpen dan karya sastra lainnya banyak sekali kejadian-kejadian
tentang kehidupan manusia yang nyata. Terkadang penulis menulis kejadian yang
sebenar-benarnya, bisa tentang kehidupan penulis sendiri ataupun dari
pengalaman hidup seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada
karya sastra cerpen yang dibuat oleh siswa.
IDENTITAS GENDER DAN PERANAN GENDER
Identitas
gender adalah suatu perasaan subjektif tentang keberadaan dirinya sebagai
perempuan atau laki-laki, dan merupakan bagian penting dari konsep diri
seorang. Artinya, suatu gambaran yang merupakan jawaban dari pertanyaan ‘siapa
saya’. Dianggap mulai disadari oleh seorang anak pada waktu ia bisa mengucapkan
namanya, mengatakan ‘Saya’ atau ‘Aku’ (sekitar 2 tahun). Salah satu faktor yang
mendasari pemikiran feministik dalam Studi Wanita adalah bahwa hubungan gender diangkat sebagai suatu
permasalahan. Identitas gender bertumpu pada hubungan perempuan-lelaki yang
asimetris, karena aspek biologis antara perempuan dan laki-laki yang berbeda
dan stereotipe yang berlaku tentang apa yang dianggap pantas (sikap dan
perilaku) karena ia perempuan atau laki-laki juga berbeda.
Peran adalah pola
perilaku yang ditentukan bagi seorang yang mengisi kedudukan tertentu.
Umpamanya, kedudukan sebagai dosen, rektor, ketua program menuntut sejumlah
perilaku yang disesuaikan pada kedudukannya. Dalam setiap masyarakat, perempuan
dan laki-laki ditentukan untuk mengisi peran seksual tertentu. Tergantung dari
lingkungan budaya, tingkatan sosial ekonomi, umur, agama dan sebagainya. Peran
seksual terdiri dari sejumlah perilaku yang diharapkan dari seorang dalam
mengisi suatu posisi atau kedudukan, seperti ibu lurah, ulama dan pengusaha.
Seringkali juga diharapkan dibarengi karakteristik gender. Contoh, sebagai ibu
dharapkan sabar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai kejadian dalam keluarga
(Ihromi, 1995: 69).
PERBEDAAN JENIS KELAMIN DAN GENDER
Istilah
gender dan seks digunakan orang secara rancu, dan orang belum tertarik untuk
membedakan antara seks dan gender, karena persepsi yang berkembang di dalam
masyarakat, perbedaan gender sebagai akibat adanyaperbedaan jenis kelamin.
Menurut Umar (dalam
Tobroni dkk., 2007: 231) dalam buku Argumen
Kesetaraan Gender Dalam Perspektif al-Qur’an menjelaskan bahwa aksesoris
organ reproduksi pada manusia ditentukan oleh faktor organ penentu jenis
kelamin, yakni laki-laki memiliki buah pelir (testis) dan perempuan memiliki
ovarium. Kedua organ ini sangat berperan dalam pembentukan komposisi kimia
dalam tubuh manusia.
Buah pelir
bagi laki-laki mempunyai fungsi untuk memproduksi hormon testoterone, suatu hormon pembawa sifat kejantanan dan sekaligus
menentukan struktur organik laki-laki. Hormon ini berfungsi untuk memproduksi
sperma, mengatur perkembangan tulang, pergerakan otot, penyimpanan lemak, perilaku
seksual, pola raut muka, pelebaran dada, penegakan tulang rawan, dan ketajaman
suara. Adapun ovarium bagi perempuan memproduksi hormon prolactin, extrogen, dan progesteron.
Dua jenis yang terakhir sangat berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat dasar
perempuan. Secara genetika komposisi kimia tubuh laki-laki lebih komlpeks dari
pada perempuan. Kehadiran kromosom pada laki-laki memungkinkan terjadinya
tambahan kontrol pada berbagai jaringan sel pada tubuh laki-laki. Kekhususan
inilah yang menjadi alasan bagi kalangan ilmuan untuk menyatakan bahwa
laki-laki mempunyai kekhasan yang akan berpengaruh secara psikologis dan
sosiologis.
Akibat
dari perbedaan hormonal dalam tubuh, menimbulkan perbedaan prilaku untuk mahluk
hidup, misalnya jenis kelamin jantan/laki-laki lebih agresif dari pada jenis
betina/perempuan. Dengan demikian, secar fisik-biologis laki-laki dan perempuan
tidak hanya dibedakan secara bentuk jenis kelamin, bentuk dan anatomi biologis
lainnya, melainkan komposisi kimia dalam tubuh. Perbedaan-perbedaan yang
terakhir ini menimbulkan akibat-akibat fisik-biologis, seperti laki-laki
mempunyai suara lebih besar, berkumis, berjenggot, dada datar dan pinggul lebih
ramping. Sementara pada wanita suara lebih bening, buah dada lebih menonjol,
pinggulnya lebih lebar, dan organ reproduksi yang berbeda dengan laki-laki.
Perbedaan
anatomi biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh sejumlah ilmuan dianggap
berpengaruh terhadap perkembangan emosional dan kapasitas intelektual
masing-masing. Unger (dalam Tobroni dkk., 2007) misalnya mengidentifikasi
perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan sebagai
berikut:
Perbedaan
Emosional dan Intelektual Laki-laki dan Perempuan
Laki-laki (Maskulin)
|
Perempuan (Feminim)
|
Sangat agresif
Independen
Tidak emosional
Dapat menyembunyikan emosi
Lebih obyektif
Tidak mudah terpengaruh
Tidak submisif
Sangat menyukai eksakta
Tidak mudah goyah menghadapi krisis
Lebih aktif
Lebih kompetitif
Lebih logis
Lebih mendunia
Lebih terampil berbisnis
Lebih terus terang
Lebih memahami pekembangan dunia
Tidak mudah tersinggung
Suka berpetualang
Lebih mudah mengatasi persoalan
Jarang menangis
Umumnya selalu tampil sebagai pemimpin
Penuh percaya diri
Lebih banyak mendukung sifat agresif
Lebih ambisi
Lebih mudah membedakan rasa dan rasio
Lebih merdeka
Tidak canggung dalam penampilan
Pemikiran lebih unggul
Lebih bebas berbicara
|
Tidak terlalu agresif
Tidak terlalu independen
Lebih emosional
Sulit menyembunyikan emosi
Lebih subyektif
Mudah terpengaruh
Lebih submisif
Kurang menyenangi eksakta
Mudah goyah menghadapi krisis
Lebih pasif
Kurang kompetitif
Kurang logis
Berorientasi ke rumah
Kurang terampil berbisnis
Kurang berterus terang
Kurang memahami perkembangan dunia
Mudah tersinggung
Tidak suka berpetualang
Sulit mengatasi persoalan
Lebih sering menangis
Tidak umum tampil sebagai pemimpin
Kurang rasa percaya diri
Kurang senang sikap agresif
Kurang ambisi
Sulit membedakan antara rasa dan rasio
Kurang merdeka
Lebih canggung dalam penampilan
Pemikiran kurang unggul
Kurang bebas berbicara
|
Daftar
perbedaan perkembangan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan
karena perbedaan jenis kelamin, anatomi tubuh dan komposisi kimia, yang
disebutkan oleh Unger tersebut, banyak ditentang oleh aktivis feminis. Menurut
para aktivis feminis, bahwa antara laki-laki dan perempuan memang terdapat
perbedaan secara biologis, akan tetapi perbedaan tersebut tidak langsung
mempengaruhi prilaku sehingga muncul perbedaan gender. Menurut para feminis,
perbedaan gender yang ada di masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh
lingkungan (sosial dan budaya). Untuk memperkuat argumennya dan memperlemah
persepsi masyarakat, para feminis mengemukakan bukti-bukti bahwa tidak semua
masyarakat menempatkan perempuan sebagai kelas dua. Sejumlah masyarakat
primitif memberikan peran gender yang sama pada laki-laki dan perempuan
(Lindsey, dalam Tobroni dkk., 2007). Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Margaret Mead pada 1935-1963 menemukan ada tiga suku di New Guinea yang
menempatkan perempuan sebagai penyedia utama makanan bagi keluarganya, mencukur
kepalanya, tidak memakai perhiasan, dan mendominasi laki-laki, sedangkan
laki-laki asyik dengan kecantikan dan sifat romantis, serta menghabiskan
waktunya dengan menggosip.
Pada saat
laki-laki dan perempuan dilahirkan ke dunia, memang ada hal-hal yang berbeda.
Perbedaan yang dapat dilihat adalah perbedaan jenis kelamain, anatomi tubuh,
dan komposisi hormon antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan secara biologis
antara laki-laki dan perempun adalah sebuah realitas dan menjadi kodrat manusia
dan tidak dapat dipertukarkan. Akan tetapi perbedaan secara biologis antara
laki-laki dan perempuan ternyata telah menimbulkan perbedaan peran antara
laki-laki dan perempuan secara sosio kultural. Perempuan lebih dekat dengan
aktivitas domestik karena kemampuan kodratnya untuk hamil, melahirkan,
menyusui, dan lain sebagainya, ditambah stereotyp
bahwa perempuan adalah makhluk yang sabar, lembut, dan keibuan. Sedangkan
laki-laki lebih dekat dengan dunia publik, karena stereotyp bahwa laki-laki adalah makhluk yang kuat, aktif, dan
tanggung jawab, suka berpetualang, dapat meyelesaikan masalah, dan lain
sebagainya. Padahal, ketika laki-laki dan perempuan baru lahir dan masih bayi,
label-label sosial (gender) yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan tidak
nampak. Baik bayi laki-laki maupun perempuan sama-sama menangis, tertawa, dan
lain sebagainya, yang tidak dapat dibedakan.
Karakteristik
maskulin dan feminim mulai tampak ketika orang tua memikirkan nama, baju,
mainan, dan apa yang pantas atau boleh bagi laki-laki dan peremuan. Berdasarkan
aturan masyarakat tentang perempuan dan laki-laki ini, orang tua membentuk anak
laki-laki memiliki sifat maskulin yang dominan, dan anak perempuan memiliki
sifat feminim yang dominan. Kondisi ini menyebabkan munculnya pemisahan
(dokotomi) peran laki-laki dan perempuan dalam sektor domestik dan publik
secara tegas di masyarakat. Pandangan-pandangan masyarakat yang menekankan
peran perempaun dalam urusan rumah tangga serta laki-laki dalam urusan publik
telah menyatu dan menjadi elemen penting dalam sebagian budaya masyarakat yang
tersosialisasikan dan dilestarikan dalam proses sejarah yang panjang dan
kompleks secara turun-temurun dan melingkupi seluruh aspek kehidupan, politik,
ekonomi, sosil dan budaya.
Pada
umumnya pengukuhan dikotomi peran antara laki-laki dan perempuan melalui
sosialisasi yang terus-menerus dalam keluarga, sekolah, agama, dan negara
sehingga dirasakan sebagai suatu kebenaran baku yang harus diterima begitu
saja. Kenyataan sosial, perempuan dibentuk sebagai pribadi yang lembut tidak
asertif, dan cenderung mengalah, sementara laki-laki ditampilkan sebagai
pribadi yang besar, kuat, asertif, dan dominan. Perempuan dituntut untuk tampil
menarik, bersih dan rapi, berpakaian tertentu, dan sebagainya yang berbeda dari
laki-laki.
Sasongko
(2009: 7) gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara
laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat berubah
sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangakan jenis kelamin atau seks adalah
perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat secara
fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau
ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.
Berikut
perbedaan gender dan seks:
Perbedaan
gender dan seks
GENDER
|
SEKS/ JENIS KELAMIN
|
Bisa berubah
Dapat dipertukarkan
Tergantung musim
Tergantung budaya masing-masing
Bukan kodrat (buatan masyarakat)
|
Tidak bisa berubah
Tidak dapat dipertukarkan
Berlaku sepanjang masa
Berlaku dimana saja
Kodrat (ciptaan Tuhan): perempuan menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui
|
Dilihat dari aspek
sifat, fungsi, ruang lingkup, dan tanggungjawab perempuan dan laki-laki dapat
dibedakan seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sifat,
fungsi, ruang lingkup dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki
ASPEK
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
Sifat
Fungsi
Ruang Lingkup
Tanggungjawab (peran)
|
Maskulin
Produksi
Publik
Nafkah Utama
|
Feminim
Reproduksi
Domestik
Nafkah Tambahan
|
HUBUNGAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA
Hubungan
laki-laki dan perempuan di indonesia, masih didominasi oleh idiologi gender
yang membuahkan budaya patriarki. Budaya ini, tidak mengakomodasikan
kesetaraan, keseimbangan, sehingga perempuan menjadi tidak penting untuk
diperhitungkan. Tetapi mengapa budata patriarki menjadi sangat dominan,
sementara sebelumnya yang muncul adalah budaya matrairki? Apakah perjuangan
perempuan adalah mengembalikan keposisi budaya matriarki, atau diperlukan pola
hubungan yang lebih baru dan berbeda dari
yang sudah ada? Sebuah persoalan budaya yang sebenarnya bisa sangat
sederhana, karena sebelumnya sejarah mengajarkan tentang pola hubunagan
perempuan dan laki-laki (Murniati, 2004: 75).
Sekarang
ini budaya patriarki menurut peneliti sudah sedikit berkurang, banyak laki-laki
yang mendengar pendapat perempuan, dapat dilihat pula dari tenaga pekerja yang ada. Banyak perempuan
yang bekerja dan sudah menjadi pemimpin di masyrakat indonesia ini.
Pandangan
Perempuan terhadap Laki-laki
Menurut
Astari, (2014: 5) Sudah sangat jelas bahwa laki-laki dan perempuan sangat
berbeda. Otak laki-laki dan perempuan memiliki struktur dan cara kerja yang
berbeda. Secara fisik, laki-laki pada umumnya lebih kuat daripada perempuan,
itulah mengapa mereka selalu ingin menaklukkan dan mengendalikan. Tapi tentang ladies, kamu bisa membalikkan keadaan
itu dengan manis, sehingga tanpa mereka sadari ternyata justru mereka yang
ditaklukkan dan dikendalikan oleh wanita.
Prinsipnya,
laki-laki itu adalah makhluk ego,
segala tindak-tanduknya brsumber dari rasa egoisme
tinggi. Mereka sulit memahami kalau para wanita membutuhkan perhatian dan
kehangatan lebih dari apa yang sudah mereka berikan. Akibatnya banyak wanita
yang mengeluh bahwa pasangannya berubah setelah hubungan berjalan cukup lama.
Jadi cuek, tidak perhatian, tidak romantis dan mau menang sendiri. Para wanita
ini kebingungan bagaimana merubah kekasih mereka menjadi sosok penuh kehangatan
seperti seperti masa PDKT dulu. Banyak di antara mereka yang mencoba merubah
kekasihnya dengan omelan, protes, dan segala macam drama, tapi
tidak behasil. Banyak juga yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan.
Tapi yang paling banyak adalah tetap tinggal dan pasrah menerima keadaan dan
hanya bisa bergalau ria lewat sosial media.
Melihat
Pribadi Seorang Pria
Para
wanita harus belajar agar dapat lebih mengerti dan memahami para pria dan
bagaimana cara mereka berfikir. Anda harus menggunakan kaca mata yang tepat
untuk melihat seorang pria, jika kaca matanya tidak tepat, maka yang Anda lihat
tersebut bisa jadi sangat kabur dan memebuat Anda pusing sendiri. Hubungan yang
baik harus didasari atas pengertian yang baik pula tantang perbedaan satu sama
lain. Orang pertama yang harus mengerti tentang perbedaan itu adalah Anda
sebagai seorang wanita.
Ingatlah
prinsipnya, pria itu makhluk egois. Anda tidak perlu pusing-pusing mendebat
dengan menjadikan diri Anda sama egoisnya denga
mereka. Anda hanya perlu memahami beberapa kebutuhan dan batas-batas
kewajaran yang dubutuhkan oleh seorang laki-laki. Perlu diketahui bahwa pria
mempunyai ego besar, yang tidak bisa dijatuhkan oleh para wanita. Anda harus
mengerti egonya. Ego pria biasanya akan terlihat saat dia sedang bersama
teman-temanya, dia akan menjadi orang yang berbeda dari yang biasanya kamu
kenal. Saat biasanya dia perhatian dan selalu melakukan apa yang kamu mau, saat
bersama teman-temanya mungkin hal itu akan berkurang, karena pria punya ego
yang harus dipertahankan di depan teman-temanya, bahwa dia buka pria yang biasa
“disuruh-suruh”. Sebagai wanita kamu harus paham hal ini, jangan sampai kamu
merendahkan egonya, apalagi menginjak-injak egonya dihadapan teman-temannya.
Sifat
Pria dari Kebiasaanya
Memahami
karakter pria seringkali menjadi suatu hal yang sangat sulit untuk dipahami
oleh kaum wanita. namun sebenarnya, karakter asli seorang pria dapat diketahui
bagi Anda kaum wanita dengan melihat kebiasaan dari pria yang kini menjadi
dekat ataupun baru menjalin hubungan asmara dengan anda. Pendekatan tentu
menjadi fase awal yang seringkali dilakukan seseorang dengan calon kekasihnya.
Di mana fase ini sebenarnya bertujuan agar keduanya lebih dapat mengenal dan
mendalami karakter masing-masing. Sekaligus menjadi bahan pertimbangan bagi
seseorang dalam mengambil keputusan. Menerima untuk menjadikannya kekasih
ataupun menolaknya. Meskipun demikian, pendekatan sering kali membuat pria
belum menunjukkan karakter asli dari kepribadian yang dimilikinya.
Anda
sebenarnya mampu membaca karakter asli seorang pria dengan melihat dari
kebiasaanya dengan bersikap sehari-hari. Oleh karena itu, terdapat beberapa
kebiasaan yang seringkali ditunjukkan seorang pria tentu sebaiknya daoat Anda
perhatikan dan mengetahuinya dengan baik. Mencari tahu kebiasaan buruk dari
pria tersebut tentu amatlah penting untuk Anda ketahui. Dimana hal ini
bertujuan agar Anda pun dapat menyesuaikan apakah kebasiaan buruk yang
dilakukannya dapat Anda ubah nantinya. Tentu jika tidak, Andapun dimungkinkan
hanya akan menjalani kehidupan asmara yang tidak sehat dengannya.
Jika sosok
pria yang dekat dengan Anda adalah pria perokok, maka dirinya pun dimungkinkan
adalah sosok pria yang selalu gelisah dan pada akhirnya dimungkinkan bahwa pria
tersebut akan mencari pelarian negatif. Jika sosok pria tersebut sangat suka
meminum minuman alkohol, maka dimungkinkan ia adalah sosok pria yang tidak
dapat Anda percayai dan memegang kepercayaanya dengan baik. Kebiasaanya negatif
demikian dapat menjadi tanda bahwa pria demikian adalah sosok pria yang tidak
layak untuk Anda jadikan kekasih. Jika pria pencinta olahraga, maka
dimungkinkan bahwa sosok pria yang mendekati Anda tersebut adalah sosok pria
yang cuek ataupun acuh. Eforia yang besar saat dirinya menyaksikan tim
kebanggaanya beraksi tentu berpotensi membuat Anda teracuhkan.
Saat
seorang pria menunjukkan hobi seperti running,
bersepeda, ataupun berenang. Maka olahraga yang disukainya tersebut menandakan
bahwa pria tersebut adalah sosok pria yang menyukai kesendirian, sehingga tidak
membuatnya merasa sepi saat menikmati aktifitas olahraga yang dilakukanya.
Namun, jika sosok pria yang dekat dengan Anda kini tidak menyukai aktifitas
olahraga, dimungkinkan bahwa ia adalah pria yang selalu mendambakan kebebasan
dan juga memiliki karakter sensitifitas yang cukup tinggi.
Pendapat
di atas sudah banyak menyinggung tentang sifat dan kepribadian laki-laki, dapat
disimpulkan bahwa sifat dan kepribadian laki-laki dapat diketahui dengan mudah
dengan cara mengetahui aktifitas, tingkahlaku, tindak-tanduk atau gerak-gerik
dari mereka masing-masing. Setiap aktifitas sehari-sehari, seperti olahraga
kegemaran kaum laki-laki menggambarkan latar belakang sifat mereka dan juga
aktifitas-aktifitas lainnya.
Cara
Kerja Otak Laki-laki
Banyak
perempuan yang selalu merasa mereka tak mampu memahami pikiran laki-laki.
Misalnya, mengapa mereka bisa menyatakan cintanya, tetapi langsung mengabaikan
Anda hari berikutnya (ketika ada pertunjukan bola di televisi). Mengapa mereka tak bisa
mengingat hari ulang tahun Anda? Dan lain sebagainya. Menurut Laura Schaefer
(dalam Astari, 2014: 25) penulis buku
Man With Farms Seeks Woman with Tractor, hal ini sebenarnya disebabkan oleh
perbedaan pria dalam menggunakan otak mereka. Jika anda tidak memahami cara
kerja maka bisa dipastikan Anda tak mampu mengendalikan mereka.
Pria tidak
terampil membaca emosi atau pikiran Anda. Menurut Dr. Larry Cahill dari
Universitas of California at Irvine, (dalam Astari, 2014: 26) “Kita selalu
berasumsi bahwa cara otak pria mengelola emosi itu sama dengan wanita, tapi
ternyata tidak.” Bagian dari konteks limbik, yang terlibat dalam respons
emosional, pada pria lebih kecil daripada wanita. Selain itu, menurut para
peneliti Mc Master University, pria memiliki densitas neuron yang lebih kecil
di area lobus temporal yang berhubungan dengan pengolahan bahasa. Itu sebabnya
akan lebih baik bila Anda mengatakan saja bagaimana perasaan Anda.
Secara
umum, pria tidak severbal kaum perempuan. Perempuan itu tangkas dalam menerima
isyarat atau kata-kata yang diberikan, sebaliknya pri tidak seperti wanita. Di
antara sifat biasa dijumpai pada kebanyakan laki-lakidalam kehidupan rumah
tangga adalah suka menikmati diam. Ketika laki-laki sedang menghadapi masalah
yang berat dalam kehidupannya, diam adalah salah satu cara untuk meredakan
ketegangan dan meluruhkan masalahnya. Ini yang sering kali tidak dipahami oleh
para istri atau wanita pada umumnya. Diam bagi kebanyakan laki-laki ataupun
suami adalah salah satu bagian dari solusi ketika sedang dilanda masalah.
Karena istri tidak memahami kecenderungan ini, mereka kerap bersikap uring-
uringan tatkala menjumpai suaminya diam saja ketika di rumah.
Bahasa
Tubuh Pria Sedang Berbohong
Mengetahui
seorang pria sedang berbohong kepada perempuan akan sangat membantu kehidupan
Anda akan lebih baik. Lihat gerak-gerik saat bicara dengan Anda, lihatlah mata
dan senyumannya karena bahasa tubuh tidak dapat berbohong. Tidak harus menjadi
psikolog untuk dapat mempelajari dan mengetahui bahwa seorang pria sedang
berbicara kebohongan atau kejujuran.
Perhatikan
jika pria yang berbicara dengan Anda menggunakan posisi tubuh yang tidak
nyaman, itu artinya dia sedang bohong atau dia sedang sakit. Coba saja tanyakan
langsung padanya, dia pasti gelagapan menjawab pertanyaan Anda. Dalam setiap
kebohongan, detak jantung akan meningkat dan nafas akan menjadi dangkal
(cepat). Biasanya pria pembohong akan mengambil nafas dalam-dalam untuk
menenangkan perasaanya. Cara ini juga diterapkan oleh mesin pendeteksi
kebohongan, yaitu denga mengukur detak jantung orang yang sedang diintrogasi
(diwawancara). Hal ini dapat dilihat denga berbagai cara, tergantung dari
orangnya. Gerakan yang gugup akan menarik perhatian kita terutama dapat kita
rasakan ketika kita berbicara dengan seorang pria yang kita kenal dan pria
tersebut melakukan gerakan yang tidak seperti biasanya.
Pandangan
Laki-laki terhadap Perempuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, perempuan adalah
orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak
dan menyusui. Perempuan
adalah suatu makhluk yang diciptakan Tuhan dengan sempurna, dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, sama dengan ciptaan Tuhan lainnya. Perempuan
adalah juga Individu yang indah dan unik serta mempunyai peranan tersendiri,
peranan yang khusus di dalam kehidupan ini.
Perempuan
bisa menjadi suatu pribadi yang menyenangkan dan mempunyai arti bila ia
menyadari, memahami dan menjalankan fungsinya di posisi dimana dia ditempatkan
di dalam dunia ini, baik sebagai anak, ibu, menantu, mertua, adik, kakak, istri
ataupun teman. Lakukanlah fungsi kita sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang
kita terima dari penciptanya.
Karakteristik Perempuan
Mengenali karakteristik perempuan itu sangat penting. Ada
beberapa pembahasan mengenai mengenali karakteristik perempuan, yaitu:
a.
KeibuaN
Tipe karakter wanita yang keibuan
adalah wanita yang pikirannya sudah dewasa. Wanita yang sudah mempunyai
karakter keibuan ini, biasanya dikarenakan adanya pengaruh dari keluarganya.
b.
Mandiri
Tipe kedua ini, adalah karakter
wanita yang tergolong kuat. Karena wanita dengan tipe karakter seperti ini
biasanya percaya pada diri sendiri, tidak mudah menangis atau tegar walaupun
terkadang menangis di hati tetapi wajahnya tetap menampakkan bahwa tidak ada
apa-apa dalam hidupnya.
c.
Langsung
Karakter wanita yang berkarakter
langsung tidak suka sesuatu yang berbelit-belit, dan menginginkan menyelesaikan
semua masalah tanpa bertele-tele.
d.
Manja
dan sensitive
Manja juga termasuk karakteristik
wanita juga. Biasanya wanita manja kebalikan dari karakter wanita langsung,
wanita manja cenderung cerewet. Secara psikologis, wanita lebih suka disentuh
atau diberikan kasih sayang melalui sentuhan. Wanita menggunakan banyak bahasa
isyarat, relatif tertutup, dan lebih banyak menggunakan perasaan. Maka dari itu
wanita lebih sensitif dari pada pria, karena wanita lebih menggunakan perasaannya.
Penelitian menunjukkan mayoritas pria memiliki otak kiri yang lebih berkembang
dari otak kanannya dan wanita otak kanannya lebih berkembang daripada otak
kirinya. Saya katakan mayoritas (70-80%), tidak semua tetapi cukup banyak.
Sifat-sifat
Perempuan yang disukai Laki-laki
a.
Lemah-lembut
Pria
akan melihat dan menilai cara wanita saat berbicara kepada teman-tamanya atau
orang lain. Apakah cara berbicara wanita selalu suka bernada keras dan
teriak-teriak? Atau justru selalu sopan dan berkata lembut kepada teman atau
siapan saja? Ciri-ciri tersebut akan mencerminkan perilaku nantinya, dimana
pada suatu saat nanti si wanita akan berbicara kepada pria dan keluarganya.
Kebanyakan pria pasti lebih suka kepada wanita yang suka berbicara sopan dan
lembut yang mencerminkan kewanitaanya.
b.
Hemat
Tidak
ada pria yang mau memiliki pasangan materialistis. Karena pada saat berkeluarga
nanti, dia tidak ingin pasangannya cenderung akan menghabiskan uang untuk
hal-hal yang tidak perlu.
c.
Perhatian
Perhatian
kecil seperti mengingatkan hari ulang tahun orang tuanya, adalah sebuah bentuk
perhatian yang akan menjadi penilaian pria. Pria berfikir nantinya seperti:
sehabis pulang kerja, makanan sudah tersedia. Saat sedang sakit, ada yang
memasakan bubur untuknya. Hal-hal kecil seperti itulah yang akan membantu dan
memperkuat hubungan.
d.
Berkompromi
Beda pandangan dan pendapat adalah
suatu hal yang biasa. Namun wanita yang mau berkompromi, itulah yang luara
biasa jangan selalu memaksakan kehendak anda pada pasangan
e.
Apa adanya.
Jangan sibuk memakai make-up tebal
atau menyembunyikan sifat asli anda dibalik keanggunan yang hanya dibuat-buat.
Sesuatu yang dibuat-buat justru akan membuat cepat muak, dan pasti akan
memahaminya. Justru pria lebih tertarik pada sifat yang apa adanya alias natural.
Tak perlu untuk menahan tawa besar anda didepannya, tak perlu juga menahan diri
mengungkapkan pendapat yang bertolak belakang dengan pendapatnya. Jadilah diri
anda yang sesungguhnya.
f.
Mandiri
Walau pria suka berlagak bak seorang
pahlawan, bukan berartianda terus menerus menggantungkan diri padanya. Wanita
tangguh yang mandiri lebih menarik perhatian pria
g.
Kuat
Bukan berarti wanita tidak bleh
menangis di depannya. Wanita yang kuat bukan wanita yang menyembunyikan air
matanya , namun wanita kuat yang mampu bangkit setelah air matanya tumpah.
Wanita yang bisa menunjukkan, bahwa dirinya mampu berdiri ditengah
keterpurukan.
h.
Keibuan
Wanita yang telaten dengan anak
kecil, bisa menggendong bayi,menunggu mereka tidur, dan bisa sebagainya. Ini
akan menjadi bayangan bagi pria bagaimana nantinya seorang wanita saat menjadi
istrinya, menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anak dan keluarga.
i.
Pendengar
yang baiK
Pria juga butuh tempat untuk
mencurahkan seluruh uneg-uneg dan pendapatnya. Memang ada kalanya dia hanya
ingin didengar dan tak mengharapkan untuk mendapat pendapat apapun. Jadilah
pendengar yang baik, janganlah menghakimi apa yang menjadi sudut pandangnya.
Cobalah mengerti isi hatinya.
Daftar Pustaka
Fakih,
Mansour. 1996. Analisis Gender dan
Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soetarno,
H. 2007. Peristiwa Sastra Melayu Lama.
Surakarta: PT Widya Duta Grafika.
Tabroni,
Khozin dkk. 2007. Pendidikan
Kewarganegaran: Demokrasi, HAM, Civil Society, dan Muletikulturalisme.
Malang: PuSAPoM.
Sasongko,
Sri S. 2009. Konsep dab Teori Gender.
Jakarta: BKkbN.
Sosial.
Malang: UIN-Maliki Press.
Murniati,
A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Buku
Kedua, Perempuan Indonesia dalam
Perspektif Agama, Budaya, dan keluarga. Magelang: IndonesiaTera.
Mosse, J.
C. 1996. Gender dan Pembangunan.
Yogyakarta: RIFKA ANNISA Women’s
Crisis Center.
Mufidah,
Ch. 2010. Bingkai Sosial Gender: Islam,
Strukturalis & Kontruksi
Tuslianingsih.
2009. Gender dalam Sastra, (Online), (https://nyanyianbahasa.wordpress.com/category/sastra/gender-dalam- sastra/,
diakses 8 Oktober 2014).
Astari,
H. 2014. Sang Penakluk Trik Jitu
Menaklukkan & Memahami Lika-liku Laki-laki.
Yogyakarta: Parasmu.
Coba SLOT TERBAIK Klik link di bawah : GRATIS!
ReplyDeleteKlik >> Main slot Paling seru
Situs Demo Slot Buffalo King Megaways GratisSLOT TERBAIK Klik link di bawah : GRATIS!
ReplyDeleteKlik >> Main slot Paling seru