HAKIKAT
MENYIMAK
Menurut Kundharu (2014: 11) menjelaskan bahwa bentuk
komunikasi yang dilakukan sebagian besar manusia dengan menggunakan bahasa
lisan. Kegiatan tersebut melibatkan pembicara dan pendengar secara bersama-sama
dan bergantian. Media dalam komunikasi lisan adalah bahasa.
Selanjutnya hal yang disampaikan dalam komunikasi
tersebut adalah pesan dalam bentuk simbol-simbol bahasa yang diujarkan dengan
alat ucap manusia. Oleh karena itu, keterampilan menyimak sangatlah diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Terkait dengan kerampilan menyimak
tentunya hal yang berkaitan dengan konsep menyimak harus dikuasai. Hal tersebut
antara lain: hakikat menyimak, menjadi penyimak yang baik, meningkatkan daya
simak, teknik dan jenis menyimak, menjadi penyimak kritis serta pembelajaran
keterampilan menyimak. Semua hal tesebut harus dikuasai khususnya oleh
pembelajar keterampilan bahasa Indonesia.
Pengertian Menyimak
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada
objek yang disimak (Natasasmita, 1995: 18). Menyimak dapat didefinisikan suatu
aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Tarigan;
1991: 4). Pendapat senada didefinisikan oleh Tarigan (1983: 13) “Menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.
Proses menyimak memerlukan perhatian
serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut
pendapat Tarigan (1994: 27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar
tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur
kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi
tujuan.” Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha
untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur
kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap
peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak,
bahkan melebihi unsur perhatian.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan keterampilan berbahasa
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasikan, dan mereaksi bunyi bahasa atas makna yang terkandung di
dalamnya. Dengan pengertian lain menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang
disampaikan melalui bahasa lisan.
Menurut (Kundharu, 2014: 13) ibarat
mata uang logam, menyimak dan berbicara, tidak bisa dikatakan bahwa yang satu
lebih penting dari yang lainnya, atau sebaliknya. Berbicara dan menyimak
sangatlah berhubungan, terutama dalam proses komunikasi, saling tukar
informasi, saling bergantian peran, dan saling memahami apa yang dikatakan oleh
lawannya. Oleh karena itu menyimak dapat dikatakan sebagai kegiatan berbagasa reseptif
dalam suatu kegiatan bercakap-cakap dengan medium audio atau visual. Misalnya
pada saat khutbah jumat dan mendengarkan pengumuman di stasiun atau bandar
udara.
Kata ‘menyimak’ dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan ‘mendengar’ atau ‘mendengarkan’. Oleh karena itu, kedua kata tersebut sering
menimbulkan kerancuan pemahaman. Menyimak mempunyai arti menangkap suatu bunyi
dengan telinga. Namun, mendengarkan dilakukan secara kebetulan dan tidak
direncanakan. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang. Akan tetapi, mendengarkan merupakan menangkap bunyi dengan
sungguh-sungguh. Contohnya pada anak sekolah yang lagi belajar dan anak yang
sedang membangunkan temannya karena ada gempa.
Kegiatan menyimak dilakukan oleh
seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya, sedangkan mendengarkan
sasarannya dapat berupa bunyi apa saja. Selain itu menyimak dilakukan dengan
sengaja, terencana dan ada usaha untuk memahami atau menikmati apa yang disimak
dan ada tanggapan setelahnya, sedangkan mendengarkan dilakukan dengan bisa
sengaja dan tidak serta tidak ada usaha
untuk memahami apa yang didengar (Khundaru, 2014: 18)
Tujuan
Menyimak
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami
pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan
demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta.
2) Untuk menganalisis fakta.
3) Untuk mengevaluasi fakta.
4) Untuk mendapatkan inspirasi.
5) Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri.
6) Untuk meningkatkan kemampuan berbicara.
Belajar berbahasa diawali dengan menyimak, kemudian
dilanjukan dengan berbicara, membaca dan
menulis (Khundaru, 2014: 20). Anak kecil yang baru belajar berbicara, umumnya
mereka menyimak atau mendengarkan ucapan dari guru atau orang tuanya.
Selanjutnya mereka belajar menirukan dan menerapkan dalam pembicaraan. Proses
menyimak, mengartikan makna, menirukan dan menerapkan bunyi bahasa mereka
lakukan berulang-ulang dan tentu saja mengalami kesalahan berulang kali yang
sedikit demi sedikit diperbaiki sampai berhasil.
Berbagai informasi pengetahuan dan fakta dapat kita serap
melalui proses menyimak. Penyimak yang baik haruslah memperhatikan dan memahami
apa yang disampaikan oleh pembicara. Apabila penyimak sudah dengan saksama
memperhatikan dan memahami tentunya tidak akan terjadi kesalahpahaman dalam
memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Bahan simakan dapat berasal dari
seseorang, televisi, radio, dan sumber audio yang lain tentuny bahasa sebagai
sasarannya.
Menurut (Khundaru, 2014: 21) menjelaskan beberapa peranan
menyimak sebagai berikut.
1) Menunjang landasan belajar berbahasa.
2) Menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis.
3) Pelancar komunikasi.
4) Penambah informasi.
PROSES MENYIMAK DAN KEMAMPUAN PENUNJANGNYA
Setiap tahapan menyimak diperlukan
kemampuan tertentu agar proses menyimak berlangsung baik. Kemampuan itu
bermacam-macam jenisnya berdasarkan proses yang dilalui. Beberapa ahli bahasa
berpendapat bahwa menyimak merupakan suatu proses (Khundaru, 2014: 24). Dengan
demikian tentunya proses menyimak melalui beberapa tahapan. Dimulai dari tahap
yang paling awal sampai paling akhir. Tahapan proses menyimak dapat diuraikan
sebagai berikut.
1) Tahap mendengarkan.
Tahap ini dimulai dengan mendengakan bunyi-bunyi bahasa
yang disampaikan oleh pembicara. Pada saat mendengar bunyi bahasa diperlukan
kemampuan menangkap bunyi bahasa. Alat tangkap bunyi bahasa pada manusia dalah
telinga. Telinga harus peka dalam mengangkap bunyi bahasa.
2) Tahap memahami.
Tahap ini berlangsung pada saat bunyi bahasa telah
didengar. Selanjutnya tahap memahami dengan baik isi pembicaraan yang
disampaikan. Pada tahap ini kemampuan mengingat bunyi yang didengarnya.
Kemampuan menangkap dan mengingat bunyi bahasa harus didasari pada kemampuan
memusatkan perhatian.
3) Tahap mengintepretasi.
Tahap ini penyimak mengintepretasi dengan cermat dan
teliti isi ujaran pembicara. Penyimak yang baik tentu belum puas kalau hanya
mendengar, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang terdapat dan
tersirat dalam simakan. Pada tahap ini bunyi bahasa yang berupa fonem, kata,
frasa, klusa, kalimat, serta wacana dapat dipahami dengan kemampuan kebahasaan
(linguistik). Perlu disadari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Oleh
karena itu hasil simakan atau ingatan peru disegarkan kembali dengan cara
membaca catatan-catatan yang telah dibuat atau lewat buku-buku lain yang
relevan. Akan tetapi tidak hanya kemapuan kebahasaan yang perlu dikuasai namun
pemahaman non kebahasaan juga perlu dikembangnya. Seperti gerak-gerik tubuh, ekspresi
wajah, cara pengucapan, nada dan intonasi. Kedua kemampuan tersebut perlu
dicermati agar pemahaman dan penafsiran isi kandungan bahan simakan lebih cepat
dan bermakna.
4) Tahap mengevaluasi isi simakan.
Pada tahap ini penyimak menilai pendapat serta gagasan
pembicara, keunggula dan kelemahan, kebaikan dan kekurangannya. Pada tahap ini
hasil isi simakan perlu ditelaah, dikaji dan diuji kebenaranya. Oleh karena itu
pengetahuan dan pengalaman yang luas dan mendalam dari penyimak sangat
membantu.
5) Tahap menanggapi.
Tahap ini adalah saat untuk memberikan reaksi atau
tanggapan atas pembicaraan pembicara. Tanggapan bisa bermacam-macam, bisa
berupa penolakan, cibiran, cemoohan, penerimaan, kritikan, gelengan kepala,
anggukan kepala, acungan jempol, persetujuan. Semua jenis tanggapan tergantung
isi simakan dan kemampuan menilai pendengar
JENIS MENYIMAK
Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif merupakan kegiatan
menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak
hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. Jenis menyimak ekstensif
sebagai berikut.
1) Menyimak sosial.
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan
sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya.
Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial, unsur sopan
santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang anak jawa menyimak
nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Dalam hal ini, nenek
memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran.
2) Menyimak sekuder.
Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya,
jika seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan
percakapan orng lain, suara siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara
tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu
oleh suara tersebut.
3) Menyimak esktetik
Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif.
Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati
sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu,
dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek emosional penyimak
seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini,
emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi
tersebut. Demikian pula pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh
seorang pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan
cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja mendengarkan pembacaan tersebut.
Para remaja tampaknya dapat menikmati dan menghayati cerpen yang dibacakan
tersebut.
4) Menyimak pasif
Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang
dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang
mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah
mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula
menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah
tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang
itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak
dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di
sekolah tidak dikenal istilah menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif
terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan.
Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh
perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Ciri-ciri menyimak intensif sebagai berikut.
1) Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman.
Pemahaman ialah proses memahami suatu objek. Pemahaman
dalam menyimak merupakan proses memahami suatu bahan simakan. Pada dasarnya
orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan untuk memahami makna
bahan yang disimak dengan baik. Pemahaman merupakan prioritas pertama. Hal itu
berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan hiburan, kontak sosial.
ketidaksengajaan, dan lain sebagainya. Jadi, rioritas menyimak, intensif ialah
memahami makna pembicaraan.
2) Menyimak intensif memerluhan konsentrasi tinggi.
Konsentrasi ialah memusatkan sermua gejala jiwa seperti
pikiran, perasaan, ingatan, perhatian, dan sebagainya kepada salah satu objek.
Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan gejala jiwa menyeluruh terhadap
bahan yang disimak. Agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka
perlu dilakukan, dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga agar pikiran
tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian.
terpusat pada objek yang sedang disimak, penyimak harus mampu menghindari
berbagai hal-hal yang dapat menggangu kegiatan menyimak, baik internal maupun
ekstenal.
3) Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal.
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi
formal. Yang dimaksudkan dengan situasi formal ialah situasi komunikasi resmi.
Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat, temu ilmiah dan lain sebagainya.
Bahasa yang digunakan dalam ceramah ilmiah, temu ilmiah, atau diskusi ialah
bahasa resmi atau bahasa baku. Bahasa baku lebih menekankan makna.
4) Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan
simakan.
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu
yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara (1) lisan
(berbicara) dan (2) tulis (menulis, mengarang). Reproduksi dilakukan setelah
menyimak. Fungsi reproduksi itu antara lain adalah (1) mengukur kemampuan
integratif antara menyimak dengan berbicara, (2) mengukur kemampuan integratif
antara menyimak dengan menulis atau mengarang, (3) mengetahui kemampuan daya
serap seseorang. (4) mengetahui tingkat pemahaman seseorang tentang bahan yang
telah disimak.
Menyimak intensif memiliki beberapa macam antara lain
sebagai berikut.
1) Menyimak kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilain secara objektif, menentukan
keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah (a) mengamati tepat tidak
ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan "mengapa
menyimak", dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam
menyimak. dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak? dapatkah
penyimak menafsirkan makna idium, ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak.
2) Menyimak Introgatif
Menyimak interogratif ialah kegiatan menyimak yang
bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan menyimak
interogratif bertujuan untuk (a) mendapatkan fakta-fakta dari pembicara, (b)
mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang
menarik, (c) mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli
atau tidak.
3) Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir
kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan (a) menemukan gagasan baru. (b)
menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c)
menemukan topik-topik baru yang dapat dikembang pada masa yang akan datang. (d)
menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
4) Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan
untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas
penyimak dapat dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa
asing atau bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda. bahasa
Jerman. dan sebagainya, (b) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara.
namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) merekonstruksi
pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau
nasihat berdasar materi yang telah disimak.
5) Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap
informasi yang disimak. Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk (a)
mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari hubungan antarunsur dalam menyimak.
(c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen. (d) mencari
butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan
penyajian dalam bahan menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang
telah disimak.
6) Menyimak selektif
Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan
secara selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara,
bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan
bentuk-bentuk, bahasa yang sedang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki
ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri
menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan saksama untuk menentukan pilihan
pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan
topik-topik tertentu, (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
FAKTOR-FAKTOR
PENENTU MENYIMAK
Kegiatan menyimak khususnya menyimak pembicaraan
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan beberapa unsur. Penyimak selalu
berusaha agar penyimakannya dapat efektif dan mendapatkan hasil yang maksimal
(Khundaru, 2014: 32). Beberapa usnur yang mempengaruhi keefektifan menyimak
yaitu (a) pembicara, (b) pembicaraan, (c) situasi, dan (d) penyimak.
Unsur-unsur tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Pembicara
Pembicara ialah orang yang
menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam
komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara
ialah orang yang menerima pesan (penyimak). Sebagai pembicara ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan.
1) Penguasaan materi: pembicara yang baik hendaknya
menguasa, memahami dan mendalami benar-benar materi yang akan disampaikan
kepada pendengar.
2) Berbahasa baik dan benar: penggunaan bahasa yang baik,
dekat dan sesuai dengen kemampuan penyimak akan mendorong penyimak untuk
pengikuti pembicaraan dengan seksama dan bergairah.
3) Percaya diri: pembicara yang baik selalu percaya
kemampuan dirinya, menguasai dan dapat menyampaikan materi pembicaraan dengan
terampil dan mantap.
4) Berbicara yang sistematis: bahan yang disampaikan oleh
pembicara hendaknya disusun secara sistematis dan logis sehingga mudah diikuti
oleh penyimak.
5) Gaya yang menarik: pembicara hendaknya tampil dengan gaya
menarik dan simpatik.
6) Kontak dengan penyimak: pembicara hendaknya berusaha
menyesuaikan diri, menghargai, menghormati serta menguasai pendengarnya.
Pembicaraan
Pembicaraan adalah materi, isi,
pesan atau informasi yang disampaikan oleh pembicara kepada penyimak.
Pembicaraan yang baik dan menarik akan memenuhi hal hal sebagai berikut
1) Aktual: pembicaraan hendaknya mengenai masalah yang
menarik, baru, hangat dan diminati pendengar.
2) Berguna: pembicaraan mestilah sesuatu yang berguna,
bermanfaat bagi pendengar.
3) Dalam pusat minat penyimak: tentu saja penyimak akan
memusatkan perhatiannya pada materi yang menarik apalagi materi yang masih baru
akan meningkatkan antusias penyimak.
4) Sistematis: pembicaraan yang teratur, runtut, tidak
tumpang tindih akan memudahkan pendengar untuk mengikuti pembicaraan.
5) Seimbang: taraf materi yang disampaikan hendaknya sama
dengan taraf kemampuan dan pengalaman pendengar. Materi yang mudah atau terlalu
sulit akan menjenuhkan pendengar, yang baik adalah materi yang tepat dengan
kemampuan pendengar.
4.3 Situasi
Situasi menyimak diartikan sesuatu
yang menyertai keegiatan menyimak di luar pembicara, pembicaraan dan penyimak.
Situasi yang baik akan menentukan keefektifan menyimak. Beberapa hal yang
berkaitan dengan situasi.
1) Ruangan: tempat berlangsungnya menyimak haruslah
menunjang persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, pengaturan tempat duduk
pendengar, luas ruangan dan sebagainya.
2) Waktu: berlangsungnya peristiwa menyimak hendaknya
diperhatikan dan diperhitungkan dengan tepat.
3) Suasana: lingkungan terjadinya peristiwa penyimak
hendaknya disesuaikan dengan baik, tenang, jauh dari kebisingan, gadung,
pemandangan yang mengganggu konsentrasi dan sebagainya.
4) Peralatan: peralatan yang digunakan haruslah bermanfaat,
fungsional dan tidak mengganggu.
Penyimak
Penyimak adalah orang yang
mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara
dalam suatu peristiwa menyimak berlangsung. Beberapa hal yang terkait dengan
penyimak sebagai berikut.
1) Kondisi: fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan
stabil. Penyimakan tidak akan efektif jika mental dan fisik terganggu.
2) Konsentrasi: penyimak harus memusatkan perhatiannya
kepada bahan simakan dengan menyingkirkan hal yang dapat mengganggu
konsentrasinya.
3) Bertujuan. Penyimak hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dalam
kegiatan menyimak. Jika malah sebaliknya maka tidak akan efektif proses
penyimak.
4) Berminat: minat merupakan dasar aktifitas seseorang. Oleh
karena itu penyimak hendaknya mempunyai minat yang kuat terhadap bahan yank
simakan.
5) Berkemampun linguistik: kemampuan linguistik dan
non-linguistik sangatlah bermanfaat sebagai sarana memahami dan mengintepretasi
serta menilai bahan simakan.
6) Berpengalaman
dan berpengetahuan yang luas: penyimak yang memiliki keduannya akan mudah dalam
mencerna dan memahami serta mereaksi bahan simakan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan,
Henry Guntur. 1989. Metodologi Pengajaran
Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Tarigan.
Djago. Drs. dkk. 2006. Materi Pokok
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:Universitas Terbuka.
Ghazali,
Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa dengan Pendekatan
Komunikatif – Interakif. Bandung: Refika Aditama
Tarigan
dan Djago. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan,
Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
No comments:
Post a Comment