Friday, May 27, 2016

Teknik Membaca Scanning



TEKNIK MEMBACA MEMINDAI (SCANNING)


        Ada beberapa teori–teori yang terdapat dalam membaca memindai (scanning) dengan menggunakan teknik gerak mata. Teori-teori tersebut dijelaskan seperti berikut ini.

Hakikat Pembelajaran Membaca
          Pembelajaran membaca merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran membaca merupakan pembelajaran ensesial karena dalam pembelajaran tersebut siswa akan dilatih keterampilan membacanya. Keterampilan yang memadai amat diperlukan siswa untuk memperoleh beragam informasi dalam media cetak. Untuk memperoleh kesempatan itu, pendidikan keterampilan bahasa perlu mendapatkan penekanan pada setiap jenjang pendidikan.
           Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntun seseorang untuk gemar belajar. Belajar yang efektif dapat diperoleh dari kegiatan membaca. Orang yang gemar membaca akan dengan cepat meningkatkan kecerdasanya sehingga mampu menghadapi tantangan dalam era yang serba maju.
Membaca merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Anak-anak yang kurang memahami pentingnya belajar membaca, tidak akan termotivasi untuk belajar. Sebaliknya, anak-anak yang menemukan fungsi membaca akan memandang bahwa kegiatan membaca memiliki nilai yang penting dan sangat berguna bagi kegiatan belajarnya.
             Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu informasi yang ada di media cetak diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi tersebut menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bahan bacaan yang sesuai dengan siswanya. Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita tentu perlu dibaca.
 (Tarigan, 1979:7) berpendapat bahwa, “membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan , yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis”. adapun menurut (Setiawan, 2010:4),” membaca adalah sebuah aktifitas,oleh karena itu kegiatan membaca harus dilakukan dengan aktif untuk mendapatkan manfaat yang maksimal”.
             Pengertian membaca yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang membutuhkan atau melibatkan serangkaian keterampilan yang tidak kecil seperti memahami, mengorganisasi, dan mengevaluasi.
Membaca merupakan suatu proses pembangunan pemahaman atau makna terhadap suatu wacana dengan mengaitkan pengetahuan awal (skemata) pembaca dengan ini informasi dari wacana. Pada saat membaca, skemata berfungsi memperoleh makna bacaan.
            Dalam proses pembelajaran membaca, sebaiknya guru membangkitkan skemata siswa agar siswa terfokus pada teks. Proses pembangkitan skemata tersebut tidak hanya terfokus pada proses memproduksi, tetapi juga pada proses merekontruksi bacaan. Proses tersebut dapat diperoleh dari tiga kegiatan membaca, yaitu; prabaca, saat baca, pascabaca.
            Selain dari pengertian membaca, Tarigan dalam bukunya juga menjelaskan tentang jenis membaca. Membaca dibagi menjadi dua jenis yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati terbagi lagi menjadi membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan pemahaman makna, sehingga seorang tidak cukup hanya sekali membaca untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam, sehingga waktu yang diperlukan cukup lama. Membaca intensif ini terdiri dari membaca telaah bahasa dan membaca telaah isi. Sedangkan membaca ekstensif adalah membaca secara luas yang teks dalam waktu sesingkat mungkin. Membaca ekstensif ini terdiri dari membaca survey, membaca sekilas (skimming dan scanning), dan membaca dangkal. Peneliti ini memfokuskan jenis membaca sekilas/cepat (scanning) yang termasuk dalam jenis membaca ekstensif.
Pembelajaran membaca merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulis. Kegiatan komunikasi tersebut digunakan siswa untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, dan penyampaian informasi terhadap suatu peristiwa.
Pembelajaran membaca yang diselenggarakan di sekolah diarahkan agar siswa dapat memahami berbagai informasi dari berbagai wacana baik yang tersirat maupun yang tersurat. Dari hasil kegiatan membaca tersebut, siswa dapat menggunakan semua informasi tersebut sebagai dasar untuk menyampaikan gagasan ide.


Tujuan Pembalajaran Membaca
Tujuan membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang mempunyai tujuan dalam kegiatanya akan lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan dalam kegiatan membacanya. Oleh karena itu, dalam pelajaran membaca seharusnya guru merumuskan tujuan membaca bagi siswa itu sendiri. Menurut (Tarigan, 1979:9)Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Membaca Memindai (scanning)
Tujuan utama membaca cepat memindai (scanning) ialah membaca dengan cara cepat yang disertai dengan tingkat pemahaman yang tinggi. Membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti (Subyantoro, 2011: 81).” Mata bergerak cepat, meloncat-loncat dan tidak melihat kata demi kata. Selanjutnya, informasi yang dibutuhkan itu diangkat” (Nurhadi dalam Subyantoro, 2011: 81). Hal senada diungkapkan oleh (Soedarso, 1989: 89) memindai adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain; jadi langsung kemasalah yang dicari, yaitu: fakta khusus atau informasi tertentu. Usaha untuk menemukan yang dicari itu, harus cepat dilakukan dan akurat (100% benar).


Penghambat Membaca Cepat
Membaca adalah aktivitas kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan khayalan dan pengertian , mengamati, dan mengingat-ngingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita. Pemahaman dan kecepatan membaca menjadi amat bergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang diperlukan untuk kita.
Pada waktu anak belajar membaca, ia mengenal kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya dengan kata lain. Misalnya, padi dan pagi, ibu dan ubi. Anak harus membaca dengan bersuara, mengucapkan kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau salah ia membaca. Selagi anak belajar anak diajari membaca secara struktural, yaitu dari kiri ke kanan dan mengamati tiap kata dengan seksama pada susunan yang ada keterbatasannya belum memungkinkan memanipulasi arti kata dan susunan kata itu dalam kalimat. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan menggerakan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca atau menggerakan kepala dari kiri ke kanan. Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan.
Orang yang tidak mendapat bimbingan, latihan khusus membaca cepat, sering mudah lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca, tidak ada gairah, merasa bosan, tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk biasa menyelesaikan buku yang tipis sekalipun. Hal tersebut tidak terlepas dari kebiasaan yang sering kita lakukan pada waktu membaca yang dapat menghambat proses membaca, antara lain:
  1. Vokalisasi
Sesuai namanya, vokalisasi berarti melafalkan apa yang dibaca. Tingkat vokalisasi ini berbeda-beda pada tiap orang termasuk tinggi rendahnya bunyi yang dilafalkan. Kebiasan vokalisasi mungkin muncul ketika pertama kali kita belajar membaca dan diminta melafalkanya. Vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis menjadi setara kecepatan berbicara. Kecepatan bicara ini sangat lambat  sekitar 150 kata per menit (word per minute/wpm) bahkan jika anda termasuk orang berbicara dengan cepat sekalipun.
  1. Gerak Bibir
Gerakan bibir sangat mirip dengan vokalisasi. Bedanya adalah jika vokalisasi mengeluarkan suara, maka pada gerakan bibir hanya ada gerakan saja tanpa disertai suara.  Karena alat berbicara yang digunakan pada dasarnya sama yakni menggunakan bibir dan lidah anda, dapat dipastikan kecepatan membaca dengan cara ini juga setara dengan kecepatan berbicara.
  1. Gerakan Kepala
Kebiasaan berikut ini relatif lebih ringan dari kedua kebiasaan yang pertama. Kebiasaan buruk berikutnya adalah menggerakan kepala dari arah kiri secara teratur perlahan-lahan bergerak ke kanan mengikuti alur bahan bacaan. Gerakan kepala ini sering kali dilakukan bersamaan dengan pola gerakan mata dengan alur yang mirip.
Gerakan kepala dalam membaca akan mengurangi kecepatan baca  karena kita membutuhkan waktu tertentu untuk melakukanya. Sebenarnya tanpa menggerakan kepala seperti itu, bahan bacaan sudah dapat terlihat dan terbaca. Namun dengan gerakan kepala biasanya seseorang ingin memastikan bahwa apa yang dibaca sebelumnya telah lewat dan gerakan tersebut mengindikasikan proses perpindahan kebahan bacaan berikutnya.
Kebiasaan menggerakan kepala muncul dari kebiasaan membaca per suku kata atau membaca kata per kata. Pada proses membaca seperti ini, bahan bacaan dikelompokkan dalam satuan terkecilnya yakni kata per kata atau bahkan cuma persuku kata. Dengan demikian, kecepatan baca akan terbatas meskipun tidak selambat orang yang membaca dengan vokalisasi atau gerakan bibir. Dengan menghilangkan kebiasaan ini, biasanya sekaligus akan menghilangkan kebiasaan membaca kata per kata dan mulai berusaha  menangkap beberapa kata sekaligus.
  1. Regresi
Regresi adalah sebuah kebiasaan membaca bahan bacaan. Kemudian mengulangnya kembali karena khawatir apa yang baru saja dibaca tidak terpahami. Ketika membaca suatu paragraf, akan muncul perasaan kurang yakin bahwa paragraf tersebut telah dimengerti kemudian berusaha mengulang lagi dari awal paragraf atau awal baris sampai beberapa kali.
Ternyata kebiasaan regresi ini cukup dominan dimiliki seseorang meskipun sudah biasa membaca lebih cepat dari orang kebanyakan. Regresi dianggap suatu cara untuk memastikan pemahaman akan bahan bacaan. Dalam satu halaman, seseorang bias melakukan regresi 20 sampai 25 kali.
  1. Sub Vokalisasi
Dari namanya, kebiasaan buruk yang satu ini punya kemiripan dengan vokalisasi. Bedanya adalah, jika vokalisasi melafalkan bahan bacaan dengan bersuara, sub vokalisasi adalah membaca dalam hati. Ketika melakukan proses membaca anda membaca dalam hati baik kata per kata, per kelompok kata, atau pun membaca dalam hati dengan cepat.
Sub vokalisasi termasuk yang paling sulit diatas bahkan oleh pembaca cepat sekalipun. Secara natural ini terjadi dalam diri setiap orang. Sub vokalisasi akan mengganggu jika kecepatan baca anda menjadi cenderung rendah karena terlalu  menghayati kata per kata. Adapun bagi pembaca cepat, sub vokalisasi biasanya tidak lagi kata per kata melainkan suatu konteks pemahaman yang  “ditekan ulang” dalam hati atau pikiran anda.

Penilaian Peningkatan Kemampuan Membaca Memindai (scanning)
Setiap siswa diharapkan mampu mencari informasi dan memahami isi bacaan secara cepat dan tepat. Mencari informasi dan memperoleh pemahaman yang tepat dan cepat tentang materi pelajaran tidak lepas dari kemampuan siswa di dalam membaca cepat.
Proses penilaian terhadap siswa berkaitan dengan cara memberikan bacaan terhadap siswa, setelah itu siswa diberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan bahan bacaan yang telah dibacanya, maka dari itu kita dapat menilai waktu berapa yang dibutuhkan oleh siswa, sehingga kita tahu kecepatan membacanya, dan kita dapat menilai jawaban yang diberikan oleh siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman yang dapat diperoleh (Soedarso, 2004:11). Seorang siswa, khususnya siswa sekolah menengah pertama, harus mampu menguasai 200-250 kata permenit dengan tingkat pemahaman 85%-100%. Jadi, penilaian dilakukan dengan menghitung waktu yang telah dilalui dengan tingkat pemahaman yang telah diperolehnya.



DAFTAR PUSTAKA

Soedarso,  1988. Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, Henri Guntur. 1979. Membaca Sebagai Ketrampilan Berbahasa.
               Bandung: Angkasa.
Subyantoro. 2011. Pengembangan Ketrampilan Membaca Cepat. Semarang:
                 Graha Ilmu.

No comments:

Post a Comment