TEKNIK MEMBACA MEMINDAI (SCANNING)
Ada beberapa teori–teori yang terdapat
dalam membaca memindai (scanning) dengan
menggunakan teknik gerak mata. Teori-teori tersebut dijelaskan seperti berikut
ini.
Hakikat Pembelajaran
Membaca
Pembelajaran membaca
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran membaca merupakan pembelajaran ensesial karena dalam pembelajaran
tersebut siswa akan dilatih keterampilan membacanya. Keterampilan yang memadai
amat diperlukan siswa untuk memperoleh beragam informasi dalam media cetak.
Untuk memperoleh kesempatan itu, pendidikan keterampilan bahasa perlu
mendapatkan penekanan pada setiap jenjang pendidikan.
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menuntun seseorang untuk gemar belajar. Belajar yang
efektif dapat diperoleh dari kegiatan membaca. Orang yang gemar membaca akan
dengan cepat meningkatkan kecerdasanya sehingga mampu menghadapi tantangan
dalam era yang serba maju.
Membaca merupakan salah
satu kegiatan yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Anak-anak yang
kurang memahami pentingnya belajar membaca, tidak akan termotivasi untuk
belajar. Sebaliknya, anak-anak yang menemukan fungsi membaca akan memandang
bahwa kegiatan membaca memiliki nilai yang penting dan sangat berguna bagi
kegiatan belajarnya.
Kemampuan membaca
merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu informasi
yang ada di media cetak diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi tersebut
menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bahan bacaan yang sesuai dengan
siswanya. Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis bacaan
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita tentu perlu dibaca.
(Tarigan, 1979:7) berpendapat bahwa, “membaca
adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan , yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis”. adapun menurut (Setiawan, 2010:4),” membaca adalah sebuah
aktifitas,oleh karena itu kegiatan membaca harus dilakukan dengan aktif untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal”.
Pengertian membaca
yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
suatu keterampilan yang membutuhkan atau melibatkan serangkaian keterampilan
yang tidak kecil seperti memahami, mengorganisasi, dan mengevaluasi.
Membaca merupakan
suatu proses pembangunan pemahaman atau makna terhadap suatu wacana dengan
mengaitkan pengetahuan awal (skemata) pembaca dengan ini informasi dari wacana.
Pada saat membaca, skemata berfungsi memperoleh makna bacaan.
Dalam proses
pembelajaran membaca, sebaiknya guru membangkitkan skemata siswa agar siswa
terfokus pada teks. Proses pembangkitan skemata tersebut tidak hanya terfokus
pada proses memproduksi, tetapi juga pada proses merekontruksi bacaan. Proses
tersebut dapat diperoleh dari tiga kegiatan membaca, yaitu; prabaca, saat baca,
pascabaca.
Selain dari
pengertian membaca, Tarigan dalam bukunya juga menjelaskan tentang jenis
membaca. Membaca dibagi menjadi dua jenis yaitu membaca nyaring dan membaca
dalam hati. Membaca dalam hati terbagi lagi menjadi membaca intensif dan
membaca ekstensif. Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan
dengan pemahaman makna, sehingga seorang tidak cukup hanya sekali membaca untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam, sehingga waktu yang diperlukan cukup lama.
Membaca intensif ini terdiri dari membaca telaah bahasa dan membaca telaah isi.
Sedangkan membaca ekstensif adalah membaca secara luas yang teks dalam waktu
sesingkat mungkin. Membaca ekstensif ini terdiri dari membaca survey, membaca
sekilas (skimming dan scanning), dan
membaca dangkal. Peneliti ini memfokuskan jenis membaca sekilas/cepat (scanning) yang termasuk dalam jenis
membaca ekstensif.
Pembelajaran membaca merupakan
bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik lisan
maupun tulis. Kegiatan komunikasi tersebut digunakan siswa untuk menyampaikan
gagasan, pikiran, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, dan penyampaian
informasi terhadap suatu peristiwa.
Pembelajaran membaca
yang diselenggarakan di sekolah diarahkan agar siswa dapat memahami berbagai
informasi dari berbagai wacana baik yang tersirat maupun yang tersurat. Dari
hasil kegiatan membaca tersebut, siswa dapat menggunakan semua informasi
tersebut sebagai dasar untuk menyampaikan gagasan ide.
Tujuan Pembalajaran Membaca
Tujuan membaca
hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang mempunyai tujuan dalam kegiatanya
akan lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan dalam
kegiatan membacanya. Oleh karena itu, dalam pelajaran membaca seharusnya guru
merumuskan tujuan membaca bagi siswa itu sendiri. Menurut (Tarigan,
1979:9)Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi,mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan
maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Membaca Memindai (scanning)
Tujuan utama membaca
cepat memindai (scanning) ialah
membaca dengan cara cepat yang disertai dengan tingkat pemahaman yang tinggi.
Membaca memindai (scanning) adalah
teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu
halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang
dibutuhkan, gerakan mata berhenti (Subyantoro, 2011: 81).” Mata bergerak cepat,
meloncat-loncat dan tidak melihat kata demi kata. Selanjutnya, informasi yang
dibutuhkan itu diangkat” (Nurhadi dalam Subyantoro, 2011: 81). Hal senada
diungkapkan oleh (Soedarso, 1989: 89) memindai adalah suatu teknik membaca
untuk mendapatkan suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa
membaca yang lain-lain; jadi langsung kemasalah yang dicari, yaitu: fakta
khusus atau informasi tertentu. Usaha untuk menemukan yang dicari itu, harus
cepat dilakukan dan akurat (100% benar).
Penghambat Membaca Cepat
Membaca adalah
aktivitas kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang
terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan khayalan dan pengertian ,
mengamati, dan mengingat-ngingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan
mata atau tanpa menggunakan pikiran kita. Pemahaman dan kecepatan membaca
menjadi amat bergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang
diperlukan untuk kita.
Pada waktu anak
belajar membaca, ia mengenal kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya
dengan kata lain. Misalnya, padi dan pagi, ibu dan ubi. Anak harus membaca
dengan bersuara, mengucapkan kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau
salah ia membaca. Selagi anak belajar anak diajari membaca secara struktural,
yaitu dari kiri ke kanan dan mengamati tiap kata dengan seksama pada susunan
yang ada keterbatasannya belum memungkinkan memanipulasi arti kata dan susunan
kata itu dalam kalimat. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan
kebiasaan menggerakan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca atau menggerakan
kepala dari kiri ke kanan. Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan.
Orang yang tidak
mendapat bimbingan, latihan khusus membaca cepat, sering mudah lelah dalam
membaca karena lamban dalam membaca, tidak ada gairah, merasa bosan, tidak
tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk biasa menyelesaikan buku yang tipis
sekalipun. Hal tersebut tidak terlepas dari kebiasaan yang sering kita lakukan
pada waktu membaca yang dapat menghambat proses membaca, antara lain:
- Vokalisasi
Sesuai
namanya, vokalisasi berarti melafalkan apa yang dibaca. Tingkat vokalisasi ini
berbeda-beda pada tiap orang termasuk tinggi rendahnya bunyi yang dilafalkan.
Kebiasan vokalisasi mungkin muncul ketika pertama kali kita belajar membaca dan
diminta melafalkanya. Vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis
menjadi setara kecepatan berbicara. Kecepatan bicara ini sangat lambat sekitar 150 kata per menit (word per
minute/wpm) bahkan jika anda termasuk orang berbicara dengan cepat sekalipun.
- Gerak Bibir
Gerakan
bibir sangat mirip dengan vokalisasi. Bedanya adalah jika vokalisasi
mengeluarkan suara, maka pada gerakan bibir hanya ada gerakan saja tanpa
disertai suara. Karena alat berbicara
yang digunakan pada dasarnya sama yakni menggunakan bibir dan lidah anda, dapat
dipastikan kecepatan membaca dengan cara ini juga setara dengan kecepatan
berbicara.
- Gerakan Kepala
Kebiasaan
berikut ini relatif lebih ringan dari kedua kebiasaan yang pertama. Kebiasaan
buruk berikutnya adalah menggerakan kepala dari arah kiri secara teratur
perlahan-lahan bergerak ke kanan mengikuti alur bahan bacaan. Gerakan kepala
ini sering kali dilakukan bersamaan dengan pola gerakan mata dengan alur yang
mirip.
Gerakan
kepala dalam membaca akan mengurangi kecepatan baca karena kita membutuhkan waktu tertentu untuk
melakukanya. Sebenarnya tanpa menggerakan kepala seperti itu, bahan bacaan
sudah dapat terlihat dan terbaca. Namun dengan gerakan kepala biasanya
seseorang ingin memastikan bahwa apa yang dibaca sebelumnya telah lewat dan
gerakan tersebut mengindikasikan proses perpindahan kebahan bacaan berikutnya.
Kebiasaan
menggerakan kepala muncul dari kebiasaan membaca per suku kata atau membaca
kata per kata. Pada proses membaca seperti ini, bahan bacaan dikelompokkan
dalam satuan terkecilnya yakni kata per kata atau bahkan cuma persuku kata.
Dengan demikian, kecepatan baca akan terbatas meskipun tidak selambat orang
yang membaca dengan vokalisasi atau gerakan bibir. Dengan menghilangkan
kebiasaan ini, biasanya sekaligus akan menghilangkan kebiasaan membaca kata per
kata dan mulai berusaha menangkap
beberapa kata sekaligus.
- Regresi
Regresi
adalah sebuah kebiasaan membaca bahan bacaan. Kemudian mengulangnya kembali
karena khawatir apa yang baru saja dibaca tidak terpahami. Ketika membaca suatu
paragraf, akan muncul perasaan kurang yakin bahwa paragraf tersebut telah
dimengerti kemudian berusaha mengulang lagi dari awal paragraf atau awal baris
sampai beberapa kali.
Ternyata
kebiasaan regresi ini cukup dominan dimiliki seseorang meskipun sudah biasa
membaca lebih cepat dari orang kebanyakan. Regresi dianggap suatu cara untuk
memastikan pemahaman akan bahan bacaan. Dalam satu halaman, seseorang bias
melakukan regresi 20 sampai 25 kali.
- Sub Vokalisasi
Dari
namanya, kebiasaan buruk yang satu ini punya kemiripan dengan vokalisasi.
Bedanya adalah, jika vokalisasi melafalkan bahan bacaan dengan bersuara, sub
vokalisasi adalah membaca dalam hati. Ketika melakukan proses membaca anda
membaca dalam hati baik kata per kata, per kelompok kata, atau pun membaca
dalam hati dengan cepat.
Sub
vokalisasi termasuk yang paling sulit diatas bahkan oleh pembaca cepat
sekalipun. Secara natural ini terjadi dalam diri setiap orang. Sub vokalisasi
akan mengganggu jika kecepatan baca anda menjadi cenderung rendah karena
terlalu menghayati kata per kata. Adapun
bagi pembaca cepat, sub vokalisasi biasanya tidak lagi kata per kata melainkan
suatu konteks pemahaman yang “ditekan
ulang” dalam hati atau pikiran anda.
Penilaian Peningkatan Kemampuan Membaca Memindai (scanning)
Setiap siswa diharapkan mampu mencari informasi dan memahami isi
bacaan secara cepat dan tepat. Mencari informasi dan memperoleh pemahaman yang
tepat dan cepat tentang materi pelajaran tidak lepas dari kemampuan siswa di
dalam membaca cepat.
Proses penilaian terhadap siswa berkaitan dengan cara memberikan
bacaan terhadap siswa, setelah itu siswa diberikan beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan bahan bacaan yang telah dibacanya, maka dari itu kita dapat
menilai waktu berapa yang dibutuhkan oleh siswa, sehingga kita tahu kecepatan
membacanya, dan kita dapat menilai jawaban yang diberikan oleh siswa untuk
mengetahui tingkat pemahaman yang dapat diperoleh (Soedarso, 2004:11). Seorang
siswa, khususnya siswa sekolah menengah pertama, harus mampu menguasai 200-250
kata permenit dengan tingkat pemahaman 85%-100%. Jadi, penilaian dilakukan
dengan menghitung waktu yang telah dilalui dengan tingkat pemahaman yang telah
diperolehnya.
DAFTAR PUSTAKA
Soedarso, 1988. Membaca
Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, Henri Guntur. 1979. Membaca Sebagai Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Subyantoro. 2011. Pengembangan Ketrampilan Membaca Cepat. Semarang:
Graha Ilmu.
No comments:
Post a Comment