ANALISIS UNSUR INSTRINSIK (Alur, Tokoh dan Latar) CERPEN
“PASAR MALAM, PEREMPUAN TUA, DAN SEPASANG SEPATU”
KARYA ADI TOHA
ALUR
Alur merupakan pola
pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Bagian-bagian
alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang susunannya itu langsung pada
penyelesaian lalu kembali pada bagian pengenalan. Ada pula yang diawali dengan
pengungkapan peristiwa, lalu pengenalan,
penyelesaian peristiwa, dan puncak konflik. Tidak sedikit pula cerita yang
alurnya berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
Susunan alur dalam
sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu awal
tengah dan akhir. Bagian awal berisi informasi penting yang berkaitan dengan
hal-hal yang akan diceritakan pada tahap berikutnya. Pada tahap ini biasanya
berisi pengenalan latar, tokoh, penciptaan suasana, dan lain-lain. Bagian
tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan pada bagian sebelummnya.
Konflik bisa secara internal (terjadi dalam tokoh sendiri/ konflik batin) dan
bisa juga secara eksternal (pertentangan antar tokoh). Bagian akhir merupakan
tahap peleraian, kesudahan cerita dan jawaban dari seluruh pertanyaan yang
muncul pada bagian sebelummnya.
Berdasarkan
pernyataan di atas pada cerpen yang di gunakan, setelah diidentifikasi susunan
alur awal, tengah dan akhir dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Alur bagian awal
Ini bukan kisah
tentang seorang perempuan tua yang menjual sepasa sepatu di pasar malam, juga
bukan kisa tentang seorang perempuan tua yang membeli sepatu di pasar malam.
Bukan pula kisah tentang seorang perempuan tua yang memakai sepasang sepatu
untuk pergi ke pasar malam. Ini kisah tentang pasar malam, perempuan tua dan
sepasang sepatu.
Seorang
perempuan tua, bahkan terlalu tua tengah duduk beralas Koran bekas di dekat
pintu masuk sebuah pasar malam di sebuah lapangan di daerah K di sebuah kota
kecil P di kawasan ibu kota. Tubuhnya kurus kering hanya tulang dengan selapis
daging. Rambutnya sepenuhnya memutih. Di depannya sebuah mangkuk dari plastic
yang tampak di dalamnya dua buah uang koin seratusan. Kedua kakinya diluruskan
di sisi jalan, selembar kain batik yang sudah using membelit baju kebayanya
yang sudah lusuh, sebagian ia tutupkan di atas kakinya untuk berjalan dalam
kedinginan malam. Bukanlah manusia ketika melihatnya tanpa rasa iba.
Cuplikan cerpen di
atas merupakan bagian awal dari alur yang dibangun oleh pengarang. Pada bagian
awal cerpen tersebut mendeskripsikan pengenalan tokoh utama yang seorang
perempuan tua. Tidak hanya itu pada alur bagian awal tersebut juga
mendeskripsikan tentang latar yaitu latar tempat, waktu dan suasana. Latar
tempat yang teridentifikasi antara lain di sebuah daerah K di sebuah kota P di
kawasan ibukota, dilapangan, di pasar malam. Latar waktu berupa malam hari yang
biasanya diadakan pasar malam kebanyakan sedangkan latar suasana pada bagian
alur awal ini menceritakan ada seorang pengemis tua berupa perempuan yang
mengemis di depan pintu masuk pasar malam. yang berupa pasar malam.
b) Alur bagian tengah
“Biasa
lah, Pak, musim pasar malam, banyak pengemis jalanan yang menyerbu kemari
mencari penghasilan,” celoteh penjual es krim. “Kasis saja seratus rupia-an,
mereka pasti akan pergi.”
“Bukan
itu masalahnya, Mas. Saya bisa saja langsung member mereka uang, satu orang
seribu pun saya mampu. Tapi, kalau saya terus-terusan berbaik hati memberi
mereka uang, mereka ini akan ketergantungan. Mereka akan terus-terusan
minta-minta. Kalau tidak ke saya , ya ke orang lain. Mereke akan malam bekerja.
Apalagi mereka masih anak-anak, kalau terus-terusan jadi pengemis, bagaimana
nanti nasi generasi muda kita. Ini salah orang tuanya Mas. Masa anak-anak
dibiarkan ngemis. Hus-hus sana pergi.”
Ketiga
anak itu tidak peduli, mereka tetap tidak beranjak dari tempatnya. Telapak
tangannya masih mengadah meminta
“Sudahlah,
Pak. Kasih saja mereka lima ratus bertiga, mereka pasti langsung pergi,” lanjut
penjual es krim lagi.
Dari penggalan cerpen
di atas, mendeskripsikan adanya konflik antar tokoh. Konflik tersebut terjadi
secara eksternal yaitu antara tokoh anak kecil, seorang bapak dengan penjual es
krim. Penggalan cerpen tersebut dapat didentifikaskan sebagai alur bagian
tengah karena terdapat konflik yang terjadi dan konflik tersebut sudah mulai
terjadi pada bagian sebelumnya.
c) Alur bagian akhir
Malam
semakin meninggi, satu persatu orang berkeliaran keluar terutama anak-anak
kecil atau ibu-ibu, bapak-bapak dan keluarga yang membawa anak-anak kecil.
Anak-anak muda mengambil waktunya. Di pojok-pojok di remang-remang. Bercumbu,
bercengkerama dengan lawan jenis. Bapak-bapak berkemeja batik safari telah ada
di belakang kemudi mobilnya. Anak perempuannya duduk di sampingnya, memegang
bungkusan kotak besar. Ia sudah tidak sabar ingin segera mencoba benda yang ada
di dalamnya. Sepasang sepatu baru , harganya dua ratus ribu. Bapaknya baru saja
membelikannya.
Penggalan cerpen di
atas dapat diidentifikasikan sebagai alur bagian akhir. Penggalan cerpen
tersebut mendeskripsikan adanya tahap peleraian dan kesudahan cerita. Tahap itu
ditandai oleh adanya konflik yang mulai mereda dan adanya penyelesaian dari
konflik yang terjadi sebelumnya. Alur bagian akhir pada cerpen ini
mendeskripsikan latar suasanya yang semakin larut malam dan ditandai dengan
kepulangan dari para pengunjung pasar malam. Tahap akhir juga ditandai dengan
jawaban atas konflik yang terjadi dengan menjelaskan bahwa seoranng bapak
berbaju safari yang pulang dengan anaknya, serta terjawablah sepatu yang
dimaksudkan oleh cerpen tersebut.
Jenis alur dapat
dibedakan bersarkan susunannya, yaitu alur lurus, alur balik dan alur campuran.
Pada cerpen yang dianalisis menggunakan alur campuran. Dikatakan alur
campuran karena alur yang dipakai dalam
cerpen tersebut merupakan gabungan alur maju dan alur mudur. Berikut penggalan
cerita yang telah diidentifkasi.
Ini
bukan kisah tentang seorang perempuan tua yang menjual sepasa sepatu di pasar
malam, juga bukan kisa tentang seorang perempuan tua yang membeli sepatu di
pasar malam. Bukan pula kisah tentang seorang perempuan tua yang memakai
sepasang sepatu untuk pergi ke pasar malam. Ini kisah tentang pasar malam,
perempuan tua dan sepasang sepatu.
Seorang
perempuan tua, bahkan terlalu tua tengah duduk beralas Koran bekas di dekat
pintu masuk sebuah pasar malam di sebuah lapangan di daerah K di sebuah kota
kecil P di kawasan ibu kota. Tubuhnya kurus kering hanya tulang dengan selapis
daging. Rambutnya sepenuhnya memutih. Di depannya sebuah mangkuk dari plastic
yang tampak di dalamnya dua buah uang koin seratusan. Kedua kakinya diluruskan
di sisi jalan, selembar kain batik yang sudah using membelit baju kebayanya
yang sudah lusuh, sebagian ia tutupkan di atas kakinya untuk berjalan dalam
kedinginan malam. Bukanlah manusia ketika melihatnya tanpa rasa iba.
Pada konflik
berikutnya, menceritakan bahwa perempuan tua tersebut merasa telah keluar jadi
dunia, serta merasa tidak pantas lagi untuk menikmati kesenangan dunia. Berikut
penggalan ceritanya.
Perempuan
tua itu memandangi keramaian yang kini tak lagi menjadi miliknya, bahkan ia pun
kini sudah tidak ladi menjadi bagian dari dunia. Langkah-langkah waktu telah
mengusirnya untuk tidak dapat lagi berkawan dengan dunia dan keramaiannya.
Selanjutnya
diceritakan adanya alur balik pada cerpen tersebut. Alur tesebut ditandai
dengan cerita si perempua yang berusaha mencerita masa kecil dengan semua
konfliknya. Alur balik tersembut dimulai dengan cerita si perempuan tua kembali
ke masa lalu menjadi seorang gadis kecil. Berikut penggalan cerita yang
menandai adanya alur mundur.
Seorang
gadis kecil berlari memecah kerumunan orang di pasar malam. Tak dipedulikannya
orang-orang yang tenagh bersedak-desakan melihat aneka permainan. Ia menerobos
setiap celah yang ada di antara tubuh-tubuh yang bahkan tak merasakan adanya
tubuh seorang gadis kecil melewatinya……
“Mas,
aku dapat uang tadi ada bapak-bapak yang baik hati mau ngasih aku lima ratus,”
gadis kecil itu menunjukkan uang yang dia genggam di tangannya. Bapak-bapak
baik hati katanya. Ia tidak tahu, apakah bapak itu benar-benar baik hati mau
member ataukan karena rasa iba ataukah karena ia tak ingin kedapat oleh karena
orang-orang di sekitarnya menolah uluran tangan meminta seorang gadis di dekat
pintu masuk pasar malam itu.
….
Ketiga anak itu berlarian menuju seorang bapak-bapak yang tengah Mewari es krim
kepada anaknya. Gadis kecil itu mengikuti , lima langkah berjarak.
Beberapa penggalan
cerita cerpen tersebut menunjukkan adanya alur campuran yang dipakai. Di awali
dari cerita seorang perempuan tua yang mengemis di sebuah pasar malam dan
kemudian menceritakan masa kecilnya yang sudah miskin dan merasa senang sewaktu
ada bapak-bapak yang mengasi uang kepadanya. Ternyata kebiasaan mengemis itu
timbul dari sejak kecil sampai dia tua.
TOKOH
Tokoh merupakan
individu atau karakter yang diciptakan pengarang yang berfungsi untuk mendukung
peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita. Tokoh dibedakan menjadi tokoh
sentral dan tokoh bawahan.
Tokoh sentral dapat
dibedakan menjadi:
a) tokoh protagonis: tokoh yang memiliki
sifat posisif dan disenangi pembaca.
b) tokoh antagonis: tokoh yang memiliki
sifat negative dan kurang disenangi pembaca,
c) Tokoh tritagonis: tokoh yang fungsinya
penengah jika ada konflik antara tokoh protagonist dan antagonis.
Tokoh bawahan
tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a) tokoh adalan: tokoh bawahan yang
menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis),
b) tokoh tambahan: tokoh yang sedikit
sekali memegang peran dalam peristiwa cerita,
c) tokoh lataran: tokoh yang menjadi
bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Pada cerpen yang
dianalisis terdapat beberapa tokoh yang diciptakan oleh pengarang untuk
menjalankan cerita cerpen tersebut. Semua tokoh yang diciptakan mempunyai jenis
yang berbeda sesuai penokohan yang rencanakan pengarang. Berikut analisis tokoh
dalam cerpen tersebut.
Tokoh sentral
a) Tokoh protagonis
(1) Si perempuan tua: berwatak pendiam,
malas, pasrah.
(2) Si gadis kecil: berwatak periang,
pantang menyerah, jujur.
b) Tokoh antagonis
Bapak-bapak: berwatak
dermawan, tegas, idealis, penyayang dan pemarah.
c) Tritagonis
Penjual es krim:
simpatik, ramah, peduli sesama.
Tokoh bawahan
a) Tokoh andalan: teman laki-laki si gadis
kecil
b) Tokoh tambahan: anak perempuan
bapak-bapak
c) Tokoh lataran: para pengunjung pasr
malam.
Penokohan atau
perwatakan adalah watak atau karakter dari para tokoh dalam cerita. Adapun
jenis penggambaran watak tokoh dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu:
a) Metode analitik, yaitu pemaparan secara
langsung watak atau karakter para tokoh dalam cerita, seperti: penyayang,
penyabar, keras kepala, baik hati, dan lain sebagainya.
b) Metode dramatik, yaitu metode penokohan
yang digunakan pencerita dengan membiarkan para tokohnya untuk menyatakan diri
sendiri melewati kata-kata dan perbuatan mereka sendiri. Misalnya lewat dialog,
jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, perbuatan, sikap tokoh, dan lain
sebagainya.
c) Metode kontekstual, yaitu cara
menyatakan watak tokoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya. Jelasnya,
melukiskan watak tokoh dengan jalan memberikan lingkungan di sekitarnya,
misalnya: kamarnya, rumahnya, tempat kerjanya atau tempat di mana tokoh berada.
Analisis penokohan
pada cerpen tersebut akan mendekripsikan tokoh sentral saja. Analisis tersebut
dimaksudkan karena tokoh sentral merupakan tokoh yang tokoh utama yang menjadi
pelaku utama dan menjadi sorotan sepanjang cerita. Berikut analisis terdapat
tokoh sentral.
a) Tokoh protagonis
Tokoh protagonis yang
diperankan oleh si perempuan tua dan gadis kecil, oleh pengarang penokohannya
dibetuk dengan teknik dramatik dan kontektual. Berikut penggalan cerita yang
mendeskripsikan tokoh protagonis serta teknik penokohannya.
Seorang
perempuan tua, bahkan terlalu tua tengah duduk beralas Koran bekas di dekat
pintu masuk sebuah pasar malam di sebuah lapangan di daerah K di sebuah kota
kecil P di kawasan ibu kota. Tubuhnya kurus kering hanya tulang dengan selapis
daging. Rambutnya sepenuhnya memutih. Di depannya sebuah mangkuk dari plastic
yang tampak di dalamnya dua buah uang koin seratusan. Kedua kakinya diluruskan
di sisi jalan, selembar kain batik yang sudah using membelit baju kebayanya
yang sudah lusuh, sebagian ia tutupkan di atas kakinya untuk berjalan dalam
kedinginan malam. Bukanlah manusia ketika melihatnya tanpa rasa iba….
Seorang gadis kecil
berlari memecah kerumunan orang di pasar malam. Tak dipedulikannya orang-orang
yang tenagh bersedak-desakan melihat aneka permainan. Ia menerobos setiap celah
yang ada di antara tubuh-tubuh yang bahkan tak merasakan adanya tubuh seorang
gadis kecil melewatinya……
“Mas,
aku dapat uang tadi ada bapak-bapak yang baik hati mau ngasih aku lima ratus,”
gadis kecil itu menunjukkan uang yang dia genggam di tangannya. Bapak-bapak
baik hati katanya. Ia tidak tahu, apakah bapak itu benar-benar baik hati mau
member ataukan karena rasa iba ataukah karena ia tak ingin kedapat oleh karena
orang-orang di sekitarnya menolah uluran tangan meminta seorang gadis di dekat
pintu masuk pasar malam itu….
….
Ketiga anak itu berlarian menuju seorang bapak-bapak yang tengah Mewari es krim
kepada anaknya. Gadis kecil itu mengikuti , lima langkah berjarak.
Tokoh protagonis oleh
pengarah diwujudkan dengan teknik dramatik, yaitu dengan kata-kata mereka dan
perbuatan mereka sendiri, hal tersebut ada dalam penggalan cerita yang telah
dikutip di atas. Selain itu penokohan tokoh protagonis oleh pengarang juga
diwujudkan dengan teknik kontekstual. Pada penggalan cerita di atas,
dideskripsikan dengan pakaian yang dipakainya, tempat dia mengemis.
b) Tokoh antagonis
Tokoh antagonis yang
diperankan oleh bapak-bapak, oleh pengarang penokohannya dibetuk dengan teknik
dramatik dan kontektual. Berikut penggalan cerita yang mendeskripsikan tokoh
antagonis serta teknik penokohannya.
Seorang
bapak, memakai kemeja batik safari. Kumisnya menjadi penanda bahwa ia seorang
priyayi, atau setidaknya seorang anggota polisi, postur tubuhnya tegap , tetapi
perutnya sedikit buncit. Kedua tangannya dimasukkan kedua celana kain warna
abu-abu, sandalnya sandal kulit berwarna hitam bermerek mahal…..
“Bukan
itu masalahnya, Mas. Saya bisa saja langsung member mereka uang, satu orang
seribu pun saya mampu. Tapi, kalau saya terus-terusan berbaik hati member
mereka uang, mereka ini akan ketergantungan. Mereka akan terus-terusan minta-minta.
Kalau tidak ke saya , ya ke orang lain. Mereke akan malam bekerja. Apalagi
mereka masih anak-anak, kalau terus-terusan jadi pengemis, bagaimana nanti nasi
generasi muda kita. Ini salah orang tuanya Mas. Masa anak-anak dibiarkan
ngemis. Hus-hus sana pergi.”…..
Tokoh antagonis pada
penggalan cerita di atas, oleh pengarang di wujudkan dengan teknik kontekstual
yaitu dengan cara berpakaian, keadaan fisiknya. Selain itu penokohannya juga
dibentuk dengan teknik dramatik. Hal tersebut dideskripsikan lewat dialog,
jalan pikirannya serta sikap tokoh seperti pada penggalan cerita di atas.
c) Tokoh tritagonis.
Tokoh tritagonis yang
diperankan oleh penjual es krim, oleh pengarang penokohannya dibetuk dengan
teknik dramatik. Berikut penggalan cerita yang mendeskripsikan tokoh tritagonis
serta teknik penokohannya.
“Biasa
lah, Pak, musim pasar malam, banyak pengemis jalanan yang menyerbu kemari
mencari penghasilan,” celoteh penjual es krim. “Kasis saja seratus rupia-an,
mereka pasti akan pergi.”…
“Sudahlah,
Pak. Kasih saja mereka lima ratus bertiga, mereka pasti langsung pergi,” lanjut
penjual es krim lagi….
Tokoh tritagonis,
pada cerita cerpen yang digunakan menggunakan teknik penokohan dramatik. Pada
penggalan cerita di atas, tokoh tritagonis di wujudkan lewat dialog antar tokoh serta perasaan tokoh terhadap tokoh
lain.
c. Latar
Latar adalah seluruh
keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita. Latar
tempat terdiri atas tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, dan tempat yang
hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas,
namun ada pula yang tidak dapat diketahui secarapasti. Cara kerja pengarang
untuk membangun cerita bukan hanya melalui penokohan dan perwatakan, melainkan
pula dapat melalui sudut pandang.
Menurut Abrams
(1981:175) latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dalam cerita dapat
diklasifikasikan menjadi : 1) latar tempat, yaitu lata yang merupakan lokasi tempat
terjadinya peristiwa cerita, baik itu nama kota, jalan, gedung, rumah, dan
lain-lain; 2) latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dangan saat terjadinya
peristiwa cerita, apakah berupa penanggalan penyebutan peristiwa sejarah,
penggambaran situasi malam, pagi, siang, sore, dan lain-lain; dan 3) latar
sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai/norma, dan
sejenisnya yang ada di tempat peristiwa cerita.
Berdasarkan uraian
diatas, terdapat beberapa jenis latar yang dipakai dalam cerpen yang digunakan.
Latar tersebut adalah alur latar, tempat dan sosial. Masing-masing analisis
latar, dijelaskan sebagai berikut.
a) Latar tempat
Berikut ini penggalan
cerita yang mendeskripsikan adanya latar tempat yang digunakan oleh pengarang.
Seorang
perempuan tua, bahkan terlalu tua tengah duduk beralas Koran bekas di dekat
pintu masuk sebuah pasar malam di sebuah lapangan di daerah K di sebuah kota
kecil P di kawasan ibu kota. Tubuhnya kurus kering hanya tulang dengan selapis
daging. Rambutnya sepenuhnya memutih. Di depannya sebuah mangkuk dari plastic
yang tampak di dalamnya dua buah uang koin seratusan. Kedua kakinya diluruskan
di sisi jalan, selembar kain batik yang sudah using membelit baju kebayanya
yang sudah lusuh, sebagian ia tutupkan di atas kakinya untuk berjalan dalam
kedinginan malam. Bukanlah manusia ketika melihatnya tanpa rasa iba….
….
Malam
semakin meninggi, satu persatu orang berkeliaran keluar terutama anak-anak
kecil atau ibu-ibu, bapak-bapak dan keluarga yang membawa anak-anak kecil.
Anak-anak muda mengambil waktunya. Di pojok-pojok di remang-remang. Bercumbu,
bercengkerama dengan lawan jenis. Bapak-bapak berkemeja batik safari telah ada
di belakang kemudi mobilnya. Anak perempuannya duduk di sampingnya, memegang
bungkusan kotak besar. Ia sudah tidak sabar ingin segera mencoba benda yang ada
di dalamnya. Sepasang sepatu baru , harganya dua ratus ribu. Bapaknya baru saja
membelikannya.
Penggalan cerita di
atas mendeskripsikan ada beberapa latar tempat yang digunakan oleh pengarang.
Latar tempat itu adalan sebuah pasar malam, lapangan, daerah K di sebuah kota
kecil P di kawasan ibu kota serta belakang kemudi mobil.
b) Latar waktu
Berikut ini penggalan
cerita yang mendeskripsikan adanya latar waktu yang digunakan oleh pengarang.
Seorang
perempuan tua, bahkan terlalu tua tengah duduk beralas Koran bekas di dekat
pintu masuk sebuah pasar malam di sebuah lapangan di daerah K di sebuah kota
kecil P di kawasan ibu kota. Tubuhnya kurus kering hanya tulang dengan selapis
daging. Rambutnya sepenuhnya memutih. Di depannya sebuah mangkuk dari plastic
yang tampak di dalamnya dua buah uang koin seratusan. Kedua kakinya diluruskan
di sisi jalan, selembar kain batik yang sudah using membelit baju kebayanya
yang sudah lusuh, sebagian ia tutupkan di atas kakinya untuk berjalan dalam
kedinginan malam. Bukanlah manusia ketika melihatnya tanpa rasa iba….
….
Malam semakin
meninggi, satu persatu orang berkeliaran keluar terutama anak-anak kecil atau
ibu-ibu, bapak-bapak dan keluarga yang membawa anak-anak kecil….
Penggalan cerita di
atas mendeskripsikan ada beberapa latar waktu yang digunakan oleh pengarang.
Latar tempat itu adalah malam hari, dan larut malam.
c) Latar sosial
Berikut ini penggalan
cerita yang mendeskripsikan adanya latar sosial yang digunakan oleh pengarang.
Seorang
perempuan tua, bahkan terlalu tua tengah duduk beralas Koran bekas di dekat
pintu masuk sebuah pasar malam di sebuah lapangan di daerah K di sebuah kota
kecil P di kawasan ibu kota. Tubuhnya kurus kering hanya tulang dengan selapis
daging. Rambutnya sepenuhnya memutih. Di depannya sebuah mangkuk dari plastic
yang tampak di dalamnya dua buah uang koin seratusan. Kedua kakinya diluruskan
di sisi jalan, selembar kain batik yang sudah using membelit baju kebayanya
yang sudah lusuh, sebagian ia tutupkan di atas kakinya untuk berjalan dalam
kedinginan malam. Bukanlah manusia ketika melihatnya tanpa rasa iba…
..“Biasa
lah, Pak, musim pasar malam, banyak pengemis jalanan yang menyerbu kemari
mencari penghasilan,” celoteh penjual es krim. “Kasis saja seratus rupia-an,
mereka pasti akan pergi.”..
…Seorang
bapak, memakai kemeja batik safari. Kumisnya menjadi penanda bahwa ia seorang
priyayi, atau setidaknya seorang anggota polisi, postur tubuhnya tegap , tetapi
perutnya sedikit buncit. Kedua tangannya dimasukkan kedua celana kain warna
abu-abu, sandalnya sandal kulit berwarna hitam bermerek mahal…..
No comments:
Post a Comment