Saturday, May 28, 2016

Kajian Gender antara Laki-Laki dan Perempuan

GENDER


Sebagai sebuah konstruk budaya dan sosial, gender memang telah memberikan makna terhadap peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dengan makna yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan  tersebut, masyarakat membuat pembagian kerja atau peran anatara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi pembagian peran tersebut dalam kenyataanya tidak didasarkan pada asas kesetaraan dan keadilan, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak dan tanggung jawab yang sama sebagai manusia. Realita yang terjadi adalah pembagian peran laki-laki dan perempuan lebih banyak didasarkan pada budaya patriarki, yaitu budaya yang lebih banyak didominasi oleh laki-laki.
Pandangan bahwa perempuan adalah “kaum kedua“ setelah kaum laki-laki inilah yang akhirnya mempengaruhi keputusan-keputusan masyarakat untuk mendahulukan laki-laki dari pada perempuan ketika ada peluang untuk mengembangkan diri. Sehingga dalam berbagai bidang terjadi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, seperti yang dilansir oleh Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Yusuf Supiandi, dalam Harian Sore Sinar Harapan, yang menyatakan bahwa berdasarkan data BPS 2001, penduduk miskin di indonesiamencapai 37.710.800 jiwa atau 18% terdiri dari laki-laki sebanyak 18.555.600 (18,37%) dan perempuan sebanyak 18.552.800 (18,42%). Menurut Yusuf (dalam Tobroni dkk., 2007: 227)  angka tersebut juga menunjukkan masih tingginya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.kesenjangan tersebut juga dapat dilihat dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Dalam bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah laki-laki 7,3 tahun, sedangkan perempuan 6,1 tahun. Anak laki-laki tidak tamat sekolah dasar 5,34% dan anak perempuan 11,9%. Dibidang kesehatan angka kematian ibu mencapai 396/100 ribu lahir hidup pada tahun 2001. Aborsi yang terjadi di kota 1.051.470 kasus dan di desa 931.410 kasus.
Kalau digali lebih dalam lagi masih banyak data yang menunjukkan adanya ketimpangan dalam hal kesehatan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan, yang menunjukkan bahwa dalam masyarakat kita, ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender ini masih menjadi masalah. Salah satu penyebab adalah belum dipahami secra tegas identitas diri perempuan maupun laki-laki; apakah sebagai identitas kodrati, sosial, atau biologi. Ketika fakta telah ditemukan, bahwa  ketidakadailan yang menimpa perempuan dalam masyarakat adalah pembagian peran sosial laki-laki dan perempuan. Maka perlu adanya usaha untuk menciptakan kesetaran dan keadilan gender, karena jika tidak, proses perendahan martaabat kemanusiaan dalam masyarakat akan selalu berlangsung. Salah satu usaha yang perlu ditekan sejak awal adalah bagaimana membuka wawasan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan dan keadilan gender sebagai salah satu elemen penting untuk membentuk tatanan masyarakat madani, yaitu tatanan masyarakat yang adil dan manusiawi.
Menurut Mufidah (2010: 5) Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Gender juga dapat dipahami sebagai jenis kelamin sosial.
Menurut Mosse (1996: 2) Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian; kita dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi, jalan yang menjadikan kita maskulin atau feminim adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur kita. Setiap masyarakat memiliki berbagai “naskah” (scripts) untuk diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran feminim atau maskulin, sebagaimana halnya setiap masyarakat memiliki bahasanya sendiri. Sejak kita sebagai bayi mungil hingga sampai usia tua, kita mempelajari dan mempraktikkan cara-cara khusus yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi kita untuk menjadi laki-laki dan perempuan. Gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepaa orang lain bahwa kita adalah feminim  atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini – yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya – secara bersama-sama memoles “peran gender” kita.
Sebagai orang dewasa kita cenderung mempercayai bahwa kita hidup dengan kadar kebebasan yang signifikan, bahwa kita bebas memilih cara berprilaku, cara berfikir, dan memilih peran gender. Kita juga menganut pandangan umum dunia bahwa jalan kita untuk menjadi feminim atau maskulin merupakan suatu yang “alami” akibat langsung karena dilahirkan secara biologis sebagai laki-laki atau perempuan. Yang jelas, suatu masyarakat dapat meiliki beberapa naskah yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, tetapi nilai inti dari suatu kultur, yang mencakup peran gender berlangsung dari generasi ke generasi seperti halnya bahasa.
Salah satu hal yang paling menarik mengenai peran gender adalah, peran-peran itu berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur lainya. Peran itu juga amat dipengaruhi oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis. Di Inggris abad ke sembilan belas, ada anggapan bahwa kaum perempuan tidak pantas bekerja diluar rumah guna mendapat upah. Tetapi pandangan yang lebih kemudian menunjukkan bahwa anggapan ini hanya berlaku bagi perempuan kelas menengah dan kelas atas. Kaum perempuan kelas bawah diharapkan bekerja sebagai pembantu (servants) bagi kaum perempuan yang dilahirkan tidak untuk bekerja sendiri. Kini keadaan serupa juga terdapat dibeberapa bagian negara berkembang. Di Banglades, misalnya, banyak perempuan Muslim menganggap tidak pantas untuk terlibat dalam lapangan kerja yang dibayar. Namun ada banyak perempuan Muslim lainya terpaksa bekerja – seringkali sebagai pembantu rumah tangga – sebagai masalah pertahanan ekonomi. Dengan kata lain, kelas (class) nyaris selalu berkaitan dengan urusan memutuskan peran gender yang pantas karena memiliki jenis kelamin (sex) biologis tertentu.
Kenyataan bahwa masyarakat yang berbeda memiliki banyak gagasan yang berbeda tentang cara yang sesuai bagi perempuan dan laki-laki untuk berperilaku seharusnya, hal ini memperjelas tentang sejauh mana peran gender bergeser dari asal-usulnya kedalam jenis kelamin biologis kita. Sementara setiap masyarakat menggunakan jenis kelamin biologis sebagai titik tolak penggambaran gender, tidak ada dua kultur yang akan benar-benar sepakat tentang apa yang memebedakan satu gender dari gender lain. Sebagian masyarakat lebih preskriptif mengenai peran gender ketimbang sebagian yang lain, yang memiliki lebih banyak naskah atau kemungkinan bagi perilaku feminim dan maskulin yang bisa diterima. Seorang perempuan petani Sahelia memiliki lebih sedikit pilihan ketimbang seorang perempuan Amerika kulit putih kelas menengah, yang bisa jadi terwakili dengan berbagai macam pilihan gender dari bergabung dengan angkatan bersenjata hingga pelatihan profesi tertentu, sampai menjadi istri dan ibu purna waktu yang secara finansial ditopang oleh suaminya. Gender bukanlah definisi permanen tentang cara “alami” bagi perempuan dan laki-laki untuk berperilaku, kendatipun definisi semacam itu sering dihadirkan, atau dialami.
Gender kita menentukan berbagai pengalaman hidup yang akan kita singkap. Gender dapat menentukan akses kita terhadap pendidikan, kerja, alat-alat dan sumber daya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender bisa menentukan kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan gerak kita. Yang jelas gender ini akan menentukan seksualitas, hubungan, dan kemampuan kita untuk membuat keputusan dan bertindak secara autonom. Gender  bisa jadi merupakan satu-satunya faktor terpenting dalam membentuk kita akan menjadi apa nantinya.
Fakih (1996: 9) Hal pertama dan penting untuk diperhatikan dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah pemahaman tentang konsep seks (jenis kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap kedua konsep sangat penting karena pemahaman dam pembedaan antara konsep seks dan gender sangat diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketikadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan, karena ada keterkaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas.
Pemahaman konsep tentang gender dan seks sering kali mengalami kerancuan dan saling tumpang tindih. Hal ini menyebabkan ketidak jelasan makna gender dan seks yang berakibat timbulnya kekeliruan dalam pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Oleh karena itu, menurut Mansour Fakih, dalam buku: Analisis Gender & Transformasi Sosial, bahwa perlu dibedakan antara kata gender dengan kata seks sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud dengan konsep gender dan apa yang dimaksud konsep seks.
Seks (jenis kelamin) mempunyai arti penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Berdasarkan konsep seks terjadi penafsiran bahwa laki-laki mempunyai penis, jakun (kalamenjing) dan mengeluarkan sperma. Sedangkan perempuan mempunyai alat reproduksi seperti rahim dan saluran melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui. Masing-masing ciri biologis yang dianugerahkan Tuhan kepada laki-laki dan perempuan tersebut tidak dapat saling dipertukarkan. Laki-laki misalnya, tidak dapat mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya. Sebaliknya perempuan tidak memiliki penis dan tidak dapat mengeluarkan sperma.
Berbeda dengan konsep seks, gender dipahami sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Sehingga gender dapat diartikan sebagai konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya (Fakih, 1996). Arti gender menurut penulis ini, mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis. Berdasarkan pengertian gender yang demikian ini, muncul pandangan-pandangan bahwa perempuan itu memili sifat yang lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap sebagai pribadi yang memiliki karakteristik kuat, rasional, dan perkasa. Pembedaan sifat laki-laki dan perempuan tersebut sebenarnya bisa saling dipertukarkan, artinya bisa saja seorang laki-laki memiliki sifat yang lembut, emosional, atau keibuan, sementara perempuan mempunyai sifat sangat kuat, perkasa, tegar, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, gender adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada konstruk sosial dan budaya, bukan secara biologis. Pembedaan antara laki-laki dan perempuan dikaitkan dengan kekuatan yang melekat, misal perempuan identik dengan kelembutan dan laki-laki identik dengan keperkasaan. Kondisi ini menyebabkan adanya ketidakadilan perlakuan antara perempuan dan laki-laki. Laki-laki dengan sifat maskulin yang melekat di tubuhnya terus mewacanakan sebagai diri yang kuat sehingga layak untuk berada di luar. Sementara itu, perempuan dengan feminim yang melekat dicitrakan sebagai pribadi yang hanya mampu berada di dapur, kamar, dan sumur.



GENDER DAN SASTRA
Menurut Mufidah (2010: 5) Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Gender juga dapat dipahamisebagai jenis kelamin sosial.
Sedangkan menurut Menurut Mosse (1996: 2), Gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminim  atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini-yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya-secara bersama-sama memoles “peran gender” kita.
Setelah mengkaji beberapa definisi gender yang dikemukakan para ahli, dapat dipahami bahwa yang dimaksud gender adalah karakteristik laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi sosial - kultural yang tampak dari nilai dan tingkah laku atau dapat juga dikatakan bahwa gender adalah sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat.
Menurut Soetarno, ( 2007: 1) dalam bukunya Peristiwa Sastra Melayu Lama, Sastra (Sanskerta, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta sastra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar sas yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasanya digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah indah atau tidak.
Selain itu, dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Beberapa tokoh mempunyai pendapat tersendiri mengenai pengertian sastra, menurut J. S. Badudu (dalam Soetarno, 2007: 1) Sastra harus ditinjau dari dua segi, yaitu bahasa dan isi. Sedangkan menurut Hashim Awang (dalam Soetarno, 2007: 1) Ciptaan seni yang disampaikan melalui bahasa.
Berdasarkan  beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa  gender sastra merupakan salah satu metode penelitian karya sastra yang membahas tentang beberapa karya-karya sastra yang mendokumentasikan berbagai masalah dan persoalan gender khususnya dalam penelitian ini.
Pembicaraan mengenai perempuan telah mengalahkan pergeseran yang cukup mendasar pada saat konsep “gender” digunakan sebagai perspektif. Gender lebih menunjuk kepada relasi laki-laki dan perempuan dalam berinteraksi. Dengan cara ini, fokus kajian tidak hanya tertuju pada perempuan tetapi juga pada laki-laki. Pendekatan semacam ini telah memberikan nuansa baru, terutama dalam menjelaskan dominasi dan subordinasi atau hubungan-hubungan kekuasaan secara umum yang ternyata memberi pengaruh sangat penting dalam kehidupan perempuan secara luas. Di dalam kehidupan manusia, terdapat proses kehidupan yang semakin lama semakin meningkat. Dengan kata lain, kehidupan manusia mengalami perubahan.
Di dalam karya sastra seperti novel, cerpen dan karya sastra lainnya banyak sekali kejadian-kejadian tentang kehidupan manusia yang nyata. Terkadang penulis menulis kejadian yang sebenar-benarnya, bisa tentang kehidupan penulis sendiri ataupun dari pengalaman hidup seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada karya sastra cerpen yang dibuat oleh siswa.



IDENTITAS GENDER DAN PERANAN GENDER
Identitas gender adalah suatu perasaan subjektif tentang keberadaan dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dan merupakan bagian penting dari konsep diri seorang. Artinya, suatu gambaran yang merupakan jawaban dari pertanyaan ‘siapa saya’. Dianggap mulai disadari oleh seorang anak pada waktu ia bisa mengucapkan namanya, mengatakan ‘Saya’ atau ‘Aku’ (sekitar 2 tahun). Salah satu faktor yang mendasari pemikiran feministik dalam Studi Wanita adalah bahwa hubungan gender diangkat sebagai suatu permasalahan. Identitas gender bertumpu pada hubungan perempuan-lelaki yang asimetris, karena aspek biologis antara perempuan dan laki-laki yang berbeda dan stereotipe yang berlaku tentang apa yang dianggap pantas (sikap dan perilaku) karena ia perempuan atau laki-laki juga berbeda.
Peran adalah pola perilaku yang ditentukan bagi seorang yang mengisi kedudukan tertentu. Umpamanya, kedudukan sebagai dosen, rektor, ketua program menuntut sejumlah perilaku yang disesuaikan pada kedudukannya. Dalam setiap masyarakat, perempuan dan laki-laki ditentukan untuk mengisi peran seksual tertentu. Tergantung dari lingkungan budaya, tingkatan sosial ekonomi, umur, agama dan sebagainya. Peran seksual terdiri dari sejumlah perilaku yang diharapkan dari seorang dalam mengisi suatu posisi atau kedudukan, seperti ibu lurah, ulama dan pengusaha. Seringkali juga diharapkan dibarengi karakteristik gender. Contoh, sebagai ibu dharapkan sabar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai kejadian dalam keluarga (Ihromi, 1995: 69).

PERBEDAAN JENIS KELAMIN DAN GENDER
Istilah gender dan seks digunakan orang secara rancu, dan orang belum tertarik untuk membedakan antara seks dan gender, karena persepsi yang berkembang di dalam masyarakat, perbedaan gender sebagai akibat adanyaperbedaan jenis kelamin.
Menurut Umar (dalam Tobroni dkk., 2007: 231) dalam buku Argumen Kesetaraan Gender Dalam Perspektif al-Qur’an menjelaskan bahwa aksesoris organ reproduksi pada manusia ditentukan oleh faktor organ penentu jenis kelamin, yakni laki-laki memiliki buah pelir (testis) dan perempuan memiliki ovarium. Kedua organ ini sangat berperan dalam pembentukan komposisi kimia dalam tubuh manusia.
Buah pelir bagi laki-laki mempunyai fungsi untuk memproduksi hormon testoterone, suatu hormon pembawa sifat kejantanan dan sekaligus menentukan struktur organik laki-laki. Hormon ini berfungsi untuk memproduksi sperma, mengatur perkembangan tulang, pergerakan otot, penyimpanan lemak, perilaku seksual, pola raut muka, pelebaran dada, penegakan tulang rawan, dan ketajaman suara. Adapun ovarium bagi perempuan memproduksi hormon prolactin, extrogen, dan progesteron. Dua jenis yang terakhir sangat berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat dasar perempuan. Secara genetika komposisi kimia tubuh laki-laki lebih komlpeks dari pada perempuan. Kehadiran kromosom pada laki-laki memungkinkan terjadinya tambahan kontrol pada berbagai jaringan sel pada tubuh laki-laki. Kekhususan inilah yang menjadi alasan bagi kalangan ilmuan untuk menyatakan bahwa laki-laki mempunyai kekhasan yang akan berpengaruh secara psikologis dan sosiologis.
Akibat dari perbedaan hormonal dalam tubuh, menimbulkan perbedaan prilaku untuk mahluk hidup, misalnya jenis kelamin jantan/laki-laki lebih agresif dari pada jenis betina/perempuan. Dengan demikian, secar fisik-biologis laki-laki dan perempuan tidak hanya dibedakan secara bentuk jenis kelamin, bentuk dan anatomi biologis lainnya, melainkan komposisi kimia dalam tubuh. Perbedaan-perbedaan yang terakhir ini menimbulkan akibat-akibat fisik-biologis, seperti laki-laki mempunyai suara lebih besar, berkumis, berjenggot, dada datar dan pinggul lebih ramping. Sementara pada wanita suara lebih bening, buah dada lebih menonjol, pinggulnya lebih lebar, dan organ reproduksi yang berbeda dengan laki-laki.
Perbedaan anatomi biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh sejumlah ilmuan dianggap berpengaruh terhadap perkembangan emosional dan kapasitas intelektual masing-masing. Unger (dalam Tobroni dkk., 2007) misalnya mengidentifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan sebagai berikut:


Perbedaan Emosional dan Intelektual Laki-laki dan Perempuan
Laki-laki (Maskulin)
Perempuan (Feminim)
Sangat agresif
Independen
Tidak emosional
Dapat menyembunyikan emosi
Lebih obyektif
Tidak mudah terpengaruh
Tidak submisif
Sangat menyukai eksakta
Tidak mudah goyah menghadapi krisis
Lebih aktif
Lebih kompetitif
Lebih logis
Lebih mendunia
Lebih terampil berbisnis
Lebih terus terang
Lebih memahami pekembangan dunia

Tidak mudah tersinggung
Suka berpetualang
Lebih mudah mengatasi persoalan
Jarang menangis
Umumnya selalu tampil sebagai pemimpin
Penuh percaya diri
Lebih banyak mendukung sifat agresif
Lebih ambisi
Lebih mudah membedakan rasa dan rasio
Lebih merdeka
Tidak canggung dalam penampilan
Pemikiran lebih unggul
Lebih bebas berbicara
Tidak terlalu agresif
Tidak terlalu independen
Lebih emosional
Sulit menyembunyikan emosi
Lebih subyektif
Mudah terpengaruh
Lebih submisif
Kurang menyenangi eksakta
Mudah goyah menghadapi krisis
Lebih pasif
Kurang kompetitif
Kurang logis
Berorientasi ke rumah
Kurang terampil berbisnis
Kurang berterus terang
Kurang memahami perkembangan dunia
Mudah tersinggung
Tidak suka berpetualang
Sulit mengatasi persoalan
Lebih sering menangis
Tidak umum tampil sebagai pemimpin

Kurang rasa percaya diri
Kurang senang sikap agresif
Kurang ambisi
Sulit membedakan antara rasa dan rasio
Kurang merdeka
Lebih canggung dalam penampilan
Pemikiran kurang unggul
Kurang bebas berbicara

Daftar perbedaan perkembangan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan karena perbedaan jenis kelamin, anatomi tubuh dan komposisi kimia, yang disebutkan oleh Unger tersebut, banyak ditentang oleh aktivis feminis. Menurut para aktivis feminis, bahwa antara laki-laki dan perempuan memang terdapat perbedaan secara biologis, akan tetapi perbedaan tersebut tidak langsung mempengaruhi prilaku sehingga muncul perbedaan gender. Menurut para feminis, perbedaan gender yang ada di masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan (sosial dan budaya). Untuk memperkuat argumennya dan memperlemah persepsi masyarakat, para feminis mengemukakan bukti-bukti bahwa tidak semua masyarakat menempatkan perempuan sebagai kelas dua. Sejumlah masyarakat primitif memberikan peran gender yang sama pada laki-laki dan perempuan (Lindsey, dalam Tobroni dkk., 2007). Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Margaret Mead pada 1935-1963 menemukan ada tiga suku di New Guinea yang menempatkan perempuan sebagai penyedia utama makanan bagi keluarganya, mencukur kepalanya, tidak memakai perhiasan, dan mendominasi laki-laki, sedangkan laki-laki asyik dengan kecantikan dan sifat romantis, serta menghabiskan waktunya dengan menggosip.
Pada saat laki-laki dan perempuan dilahirkan ke dunia, memang ada hal-hal yang berbeda. Perbedaan yang dapat dilihat adalah perbedaan jenis kelamain, anatomi tubuh, dan komposisi hormon antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempun adalah sebuah realitas dan menjadi kodrat manusia dan tidak dapat dipertukarkan. Akan tetapi perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan ternyata telah menimbulkan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan secara sosio kultural. Perempuan lebih dekat dengan aktivitas domestik karena kemampuan kodratnya untuk hamil, melahirkan, menyusui, dan lain sebagainya, ditambah stereotyp bahwa perempuan adalah makhluk yang sabar, lembut, dan keibuan. Sedangkan laki-laki lebih dekat dengan dunia publik, karena stereotyp bahwa laki-laki adalah makhluk yang kuat, aktif, dan tanggung jawab, suka berpetualang, dapat meyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Padahal, ketika laki-laki dan perempuan baru lahir dan masih bayi, label-label sosial (gender) yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan tidak nampak. Baik bayi laki-laki maupun perempuan sama-sama menangis, tertawa, dan lain sebagainya, yang tidak dapat dibedakan.
Karakteristik maskulin dan feminim mulai tampak ketika orang tua memikirkan nama, baju, mainan, dan apa yang pantas atau boleh bagi laki-laki dan peremuan. Berdasarkan aturan masyarakat tentang perempuan dan laki-laki ini, orang tua membentuk anak laki-laki memiliki sifat maskulin yang dominan, dan anak perempuan memiliki sifat feminim yang dominan. Kondisi ini menyebabkan munculnya pemisahan (dokotomi) peran laki-laki dan perempuan dalam sektor domestik dan publik secara tegas di masyarakat. Pandangan-pandangan masyarakat yang menekankan peran perempaun dalam urusan rumah tangga serta laki-laki dalam urusan publik telah menyatu dan menjadi elemen penting dalam sebagian budaya masyarakat yang tersosialisasikan dan dilestarikan dalam proses sejarah yang panjang dan kompleks secara turun-temurun dan melingkupi seluruh aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosil dan budaya.
Pada umumnya pengukuhan dikotomi peran antara laki-laki dan perempuan melalui sosialisasi yang terus-menerus dalam keluarga, sekolah, agama, dan negara sehingga dirasakan sebagai suatu kebenaran baku yang harus diterima begitu saja. Kenyataan sosial, perempuan dibentuk sebagai pribadi yang lembut tidak asertif, dan cenderung mengalah, sementara laki-laki ditampilkan sebagai pribadi yang besar, kuat, asertif, dan dominan. Perempuan dituntut untuk tampil menarik, bersih dan rapi, berpakaian tertentu, dan sebagainya yang berbeda dari laki-laki.
Sasongko (2009: 7) gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangakan jenis kelamin atau seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.
Berikut perbedaan gender dan seks:
Perbedaan gender dan seks
GENDER
SEKS/ JENIS KELAMIN
Bisa berubah
Dapat dipertukarkan
Tergantung musim
Tergantung budaya masing-masing
Bukan kodrat (buatan masyarakat)
Tidak bisa berubah
Tidak dapat dipertukarkan
Berlaku sepanjang masa
Berlaku dimana saja
Kodrat (ciptaan Tuhan): perempuan menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui
Dilihat dari aspek sifat, fungsi, ruang lingkup, dan tanggungjawab perempuan dan laki-laki dapat dibedakan seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sifat, fungsi, ruang lingkup dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki
ASPEK
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Sifat
Fungsi
Ruang Lingkup
Tanggungjawab (peran)
Maskulin
Produksi
Publik
Nafkah Utama
Feminim
Reproduksi
Domestik
Nafkah Tambahan

 

HUBUNGAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA
Hubungan laki-laki dan perempuan di indonesia, masih didominasi oleh idiologi gender yang membuahkan budaya patriarki. Budaya ini, tidak mengakomodasikan kesetaraan, keseimbangan, sehingga perempuan menjadi tidak penting untuk diperhitungkan. Tetapi mengapa budata patriarki menjadi sangat dominan, sementara sebelumnya yang muncul adalah budaya matrairki? Apakah perjuangan perempuan adalah mengembalikan keposisi budaya matriarki, atau diperlukan pola hubungan yang lebih baru dan berbeda dari  yang sudah ada? Sebuah persoalan budaya yang sebenarnya bisa sangat sederhana, karena sebelumnya sejarah mengajarkan tentang pola hubunagan perempuan dan laki-laki (Murniati, 2004: 75).
Sekarang ini budaya patriarki menurut peneliti sudah sedikit berkurang, banyak laki-laki yang mendengar pendapat perempuan, dapat dilihat pula dari  tenaga pekerja yang ada. Banyak perempuan yang bekerja dan sudah menjadi pemimpin di masyrakat indonesia ini.

Pandangan Perempuan terhadap Laki-laki
Menurut Astari, (2014: 5) Sudah sangat jelas bahwa laki-laki dan perempuan sangat berbeda. Otak laki-laki dan perempuan memiliki struktur dan cara kerja yang berbeda. Secara fisik, laki-laki pada umumnya lebih kuat daripada perempuan, itulah mengapa mereka selalu ingin menaklukkan dan mengendalikan. Tapi tentang ladies, kamu bisa membalikkan keadaan itu dengan manis, sehingga tanpa mereka sadari ternyata justru mereka yang ditaklukkan dan dikendalikan oleh wanita.
Prinsipnya, laki-laki itu adalah makhluk ego, segala tindak-tanduknya brsumber dari rasa egoisme tinggi. Mereka sulit memahami kalau para wanita membutuhkan perhatian dan kehangatan lebih dari apa yang sudah mereka berikan. Akibatnya banyak wanita yang mengeluh bahwa pasangannya berubah setelah hubungan berjalan cukup lama. Jadi cuek, tidak perhatian, tidak romantis dan mau menang sendiri. Para wanita ini kebingungan bagaimana merubah kekasih mereka menjadi sosok penuh kehangatan seperti seperti masa PDKT dulu. Banyak di antara mereka yang mencoba merubah kekasihnya dengan omelan, protes, dan segala macam drama, tapi tidak behasil. Banyak juga yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Tapi yang paling banyak adalah tetap tinggal dan pasrah menerima keadaan dan hanya bisa bergalau ria lewat sosial media.

Melihat Pribadi Seorang Pria
Para wanita harus belajar agar dapat lebih mengerti dan memahami para pria dan bagaimana cara mereka berfikir. Anda harus menggunakan kaca mata yang tepat untuk melihat seorang pria, jika kaca matanya tidak tepat, maka yang Anda lihat tersebut bisa jadi sangat kabur dan memebuat Anda pusing sendiri. Hubungan yang baik harus didasari atas pengertian yang baik pula tantang perbedaan satu sama lain. Orang pertama yang harus mengerti tentang perbedaan itu adalah Anda sebagai seorang wanita.
Ingatlah prinsipnya, pria itu makhluk egois. Anda tidak perlu pusing-pusing mendebat dengan menjadikan diri Anda sama egoisnya denga  mereka. Anda hanya perlu memahami beberapa kebutuhan dan batas-batas kewajaran yang dubutuhkan oleh seorang laki-laki. Perlu diketahui bahwa pria mempunyai ego besar, yang tidak bisa dijatuhkan oleh para wanita. Anda harus mengerti egonya. Ego pria biasanya akan terlihat saat dia sedang bersama teman-temanya, dia akan menjadi orang yang berbeda dari yang biasanya kamu kenal. Saat biasanya dia perhatian dan selalu melakukan apa yang kamu mau, saat bersama teman-temanya mungkin hal itu akan berkurang, karena pria punya ego yang harus dipertahankan di depan teman-temanya, bahwa dia buka pria yang biasa “disuruh-suruh”. Sebagai wanita kamu harus paham hal ini, jangan sampai kamu merendahkan egonya, apalagi menginjak-injak egonya dihadapan teman-temannya.

Sifat Pria dari Kebiasaanya
Memahami karakter pria seringkali menjadi suatu hal yang sangat sulit untuk dipahami oleh kaum wanita. namun sebenarnya, karakter asli seorang pria dapat diketahui bagi Anda kaum wanita dengan melihat kebiasaan dari pria yang kini menjadi dekat ataupun baru menjalin hubungan asmara dengan anda. Pendekatan tentu menjadi fase awal yang seringkali dilakukan seseorang dengan calon kekasihnya. Di mana fase ini sebenarnya bertujuan agar keduanya lebih dapat mengenal dan mendalami karakter masing-masing. Sekaligus menjadi bahan pertimbangan bagi seseorang dalam mengambil keputusan. Menerima untuk menjadikannya kekasih ataupun menolaknya. Meskipun demikian, pendekatan sering kali membuat pria belum menunjukkan karakter asli dari kepribadian yang dimilikinya.
Anda sebenarnya mampu membaca karakter asli seorang pria dengan melihat dari kebiasaanya dengan bersikap sehari-hari. Oleh karena itu, terdapat beberapa kebiasaan yang seringkali ditunjukkan seorang pria tentu sebaiknya daoat Anda perhatikan dan mengetahuinya dengan baik. Mencari tahu kebiasaan buruk dari pria tersebut tentu amatlah penting untuk Anda ketahui. Dimana hal ini bertujuan agar Anda pun dapat menyesuaikan apakah kebasiaan buruk yang dilakukannya dapat Anda ubah nantinya. Tentu jika tidak, Andapun dimungkinkan hanya akan menjalani kehidupan asmara yang tidak sehat dengannya.
Jika sosok pria yang dekat dengan Anda adalah pria perokok, maka dirinya pun dimungkinkan adalah sosok pria yang selalu gelisah dan pada akhirnya dimungkinkan bahwa pria tersebut akan mencari pelarian negatif. Jika sosok pria tersebut sangat suka meminum minuman alkohol, maka dimungkinkan ia adalah sosok pria yang tidak dapat Anda percayai dan memegang kepercayaanya dengan baik. Kebiasaanya negatif demikian dapat menjadi tanda bahwa pria demikian adalah sosok pria yang tidak layak untuk Anda jadikan kekasih. Jika pria pencinta olahraga, maka dimungkinkan bahwa sosok pria yang mendekati Anda tersebut adalah sosok pria yang cuek ataupun acuh. Eforia yang besar saat dirinya menyaksikan tim kebanggaanya beraksi tentu berpotensi membuat Anda teracuhkan.
Saat seorang pria menunjukkan hobi seperti running, bersepeda, ataupun berenang. Maka olahraga yang disukainya tersebut menandakan bahwa pria tersebut adalah sosok pria yang menyukai kesendirian, sehingga tidak membuatnya merasa sepi saat menikmati aktifitas olahraga yang dilakukanya. Namun, jika sosok pria yang dekat dengan Anda kini tidak menyukai aktifitas olahraga, dimungkinkan bahwa ia adalah pria yang selalu mendambakan kebebasan dan juga memiliki karakter sensitifitas yang cukup tinggi.
Pendapat di atas sudah banyak menyinggung tentang sifat dan kepribadian laki-laki, dapat disimpulkan bahwa sifat dan kepribadian laki-laki dapat diketahui dengan mudah dengan cara mengetahui aktifitas, tingkahlaku, tindak-tanduk atau gerak-gerik dari mereka masing-masing. Setiap aktifitas sehari-sehari, seperti olahraga kegemaran kaum laki-laki menggambarkan latar belakang sifat mereka dan juga aktifitas-aktifitas lainnya.

Cara Kerja Otak Laki-laki
Banyak perempuan yang selalu merasa mereka tak mampu memahami pikiran laki-laki. Misalnya, mengapa mereka bisa menyatakan cintanya, tetapi langsung mengabaikan Anda hari berikutnya (ketika ada pertunjukan bola  di televisi). Mengapa mereka tak bisa mengingat hari ulang tahun Anda? Dan lain sebagainya. Menurut Laura Schaefer (dalam Astari, 2014: 25)  penulis buku Man With Farms Seeks Woman with Tractor, hal ini sebenarnya disebabkan oleh perbedaan pria dalam menggunakan otak mereka. Jika anda tidak memahami cara kerja maka bisa dipastikan Anda tak mampu mengendalikan mereka.
Pria tidak terampil membaca emosi atau pikiran Anda. Menurut Dr. Larry Cahill dari Universitas of California at Irvine, (dalam Astari, 2014: 26) “Kita selalu berasumsi bahwa cara otak pria mengelola emosi itu sama dengan wanita, tapi ternyata tidak.” Bagian dari konteks limbik, yang terlibat dalam respons emosional, pada pria lebih kecil daripada wanita. Selain itu, menurut para peneliti Mc Master University, pria memiliki densitas neuron yang lebih kecil di area lobus temporal yang berhubungan dengan pengolahan bahasa. Itu sebabnya akan lebih baik bila Anda mengatakan saja bagaimana perasaan Anda.
Secara umum, pria tidak severbal kaum perempuan. Perempuan itu tangkas dalam menerima isyarat atau kata-kata yang diberikan, sebaliknya pri tidak seperti wanita. Di antara sifat biasa dijumpai pada kebanyakan laki-lakidalam kehidupan rumah tangga adalah suka menikmati diam. Ketika laki-laki sedang menghadapi masalah yang berat dalam kehidupannya, diam adalah salah satu cara untuk meredakan ketegangan dan meluruhkan masalahnya. Ini yang sering kali tidak dipahami oleh para istri atau wanita pada umumnya. Diam bagi kebanyakan laki-laki ataupun suami adalah salah satu bagian dari solusi ketika sedang dilanda masalah. Karena istri tidak memahami kecenderungan ini, mereka kerap bersikap uring- uringan tatkala menjumpai suaminya diam saja ketika di rumah.

Bahasa Tubuh Pria Sedang Berbohong
Mengetahui seorang pria sedang berbohong kepada perempuan akan sangat membantu kehidupan Anda akan lebih baik. Lihat gerak-gerik saat bicara dengan Anda, lihatlah mata dan senyumannya karena bahasa tubuh tidak dapat berbohong. Tidak harus menjadi psikolog untuk dapat mempelajari dan mengetahui bahwa seorang pria sedang berbicara kebohongan atau kejujuran.
Perhatikan jika pria yang berbicara dengan Anda menggunakan posisi tubuh yang tidak nyaman, itu artinya dia sedang bohong atau dia sedang sakit. Coba saja tanyakan langsung padanya, dia pasti gelagapan menjawab pertanyaan Anda. Dalam setiap kebohongan, detak jantung akan meningkat dan nafas akan menjadi dangkal (cepat). Biasanya pria pembohong akan mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan perasaanya. Cara ini juga diterapkan oleh mesin pendeteksi kebohongan, yaitu denga mengukur detak jantung orang yang sedang diintrogasi (diwawancara). Hal ini dapat dilihat denga berbagai cara, tergantung dari orangnya. Gerakan yang gugup akan menarik perhatian kita terutama dapat kita rasakan ketika kita berbicara dengan seorang pria yang kita kenal dan pria tersebut melakukan gerakan yang tidak seperti biasanya.

Pandangan Laki-laki terhadap Perempuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. Perempuan adalah suatu makhluk yang diciptakan Tuhan dengan sempurna, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sama dengan ciptaan Tuhan lainnya. Perempuan adalah juga Individu yang indah dan unik serta mempunyai peranan tersendiri, peranan yang khusus di dalam kehidupan ini.
Perempuan bisa menjadi suatu pribadi yang menyenangkan dan mempunyai arti bila ia menyadari, memahami dan menjalankan fungsinya di posisi dimana dia ditempatkan di dalam dunia ini, baik sebagai anak, ibu, menantu, mertua, adik, kakak, istri ataupun teman. Lakukanlah fungsi kita sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang kita terima dari penciptanya.

Karakteristik Perempuan
Mengenali karakteristik perempuan itu sangat penting. Ada beberapa pembahasan mengenai mengenali karakteristik perempuan, yaitu:
a.            KeibuaN
Tipe karakter wanita yang keibuan adalah wanita yang pikirannya sudah dewasa. Wanita yang sudah mempunyai karakter keibuan ini, biasanya dikarenakan adanya pengaruh dari keluarganya.
b.            Mandiri
Tipe kedua ini, adalah karakter wanita yang tergolong kuat. Karena wanita dengan tipe karakter seperti ini biasanya percaya pada diri sendiri, tidak mudah menangis atau tegar walaupun terkadang menangis di hati tetapi wajahnya tetap menampakkan bahwa tidak ada apa-apa dalam hidupnya.
c.            Langsung
Karakter wanita yang berkarakter langsung tidak suka sesuatu yang berbelit-belit, dan menginginkan menyelesaikan semua masalah tanpa bertele-tele.
d.            Manja dan sensitive
Manja juga termasuk karakteristik wanita juga. Biasanya wanita manja kebalikan dari karakter wanita langsung, wanita manja cenderung cerewet. Secara psikologis, wanita lebih suka disentuh atau diberikan kasih sayang melalui sentuhan. Wanita menggunakan banyak bahasa isyarat, relatif tertutup, dan lebih banyak menggunakan perasaan. Maka dari itu wanita lebih sensitif dari pada pria, karena wanita lebih menggunakan perasaannya. Penelitian menunjukkan mayoritas pria memiliki otak kiri yang lebih berkembang dari otak kanannya dan wanita otak kanannya lebih berkembang daripada otak kirinya. Saya katakan mayoritas (70-80%), tidak semua tetapi cukup banyak.

Sifat-sifat Perempuan yang disukai Laki-laki
a.            Lemah-lembut
Pria akan melihat dan menilai cara wanita saat berbicara kepada teman-tamanya atau orang lain. Apakah cara berbicara wanita selalu suka bernada keras dan teriak-teriak? Atau justru selalu sopan dan berkata lembut kepada teman atau siapan saja? Ciri-ciri tersebut akan mencerminkan perilaku nantinya, dimana pada suatu saat nanti si wanita akan berbicara kepada pria dan keluarganya. Kebanyakan pria pasti lebih suka kepada wanita yang suka berbicara sopan dan lembut yang mencerminkan kewanitaanya.
b.            Hemat
Tidak ada pria yang mau memiliki pasangan materialistis. Karena pada saat berkeluarga nanti, dia tidak ingin pasangannya cenderung akan menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.
c.            Perhatian
Perhatian kecil seperti mengingatkan hari ulang tahun orang tuanya, adalah sebuah bentuk perhatian yang akan menjadi penilaian pria. Pria berfikir nantinya seperti: sehabis pulang kerja, makanan sudah tersedia. Saat sedang sakit, ada yang memasakan bubur untuknya. Hal-hal kecil seperti itulah yang akan membantu dan memperkuat hubungan.
d.            Berkompromi
Beda pandangan dan pendapat adalah suatu hal yang biasa. Namun wanita yang mau berkompromi, itulah yang luara biasa jangan selalu memaksakan kehendak anda pada pasangan
e.             Apa adanya.
Jangan sibuk memakai make-up tebal atau menyembunyikan sifat asli anda dibalik keanggunan yang hanya dibuat-buat. Sesuatu yang dibuat-buat justru akan membuat cepat muak, dan pasti akan memahaminya. Justru pria lebih tertarik pada sifat yang apa adanya alias natural. Tak perlu untuk menahan tawa besar anda didepannya, tak perlu juga menahan diri mengungkapkan pendapat yang bertolak belakang dengan pendapatnya. Jadilah diri anda yang sesungguhnya.
f.             Mandiri
Walau pria suka berlagak bak seorang pahlawan, bukan berartianda terus menerus menggantungkan diri padanya. Wanita tangguh yang mandiri lebih menarik perhatian pria
g.            Kuat
Bukan berarti wanita tidak bleh menangis di depannya. Wanita yang kuat bukan wanita yang menyembunyikan air matanya , namun wanita kuat yang mampu bangkit setelah air matanya tumpah. Wanita yang bisa menunjukkan, bahwa dirinya mampu berdiri ditengah keterpurukan.
h.            Keibuan
Wanita yang telaten dengan anak kecil, bisa menggendong bayi,menunggu mereka tidur, dan bisa sebagainya. Ini akan menjadi bayangan bagi pria bagaimana nantinya seorang wanita saat menjadi istrinya, menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anak dan keluarga.
i.              Pendengar yang baiK
Pria juga butuh tempat untuk mencurahkan seluruh uneg-uneg dan pendapatnya. Memang ada kalanya dia hanya ingin didengar dan tak mengharapkan untuk mendapat pendapat apapun. Jadilah pendengar yang baik, janganlah menghakimi apa yang menjadi sudut pandangnya. Cobalah mengerti isi hatinya.


Daftar Pustaka
Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:       Pustaka Pelajar.
Soetarno, H.  2007.  Peristiwa Sastra Melayu Lama. Surakarta: PT Widya Duta     Grafika.
Tabroni, Khozin  dkk.  2007. Pendidikan Kewarganegaran:  Demokrasi, HAM,       Civil Society, dan Muletikulturalisme. Malang: PuSAPoM.
Sasongko, Sri S. 2009. Konsep dab Teori Gender. Jakarta: BKkbN.
            Sosial. Malang: UIN-Maliki Press.
Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Buku Kedua, Perempuan Indonesia    dalam Perspektif Agama, Budaya, dan keluarga. Magelang:         IndonesiaTera.
Mosse, J. C. 1996. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: RIFKA ANNISA         Women’s Crisis Center.
Mufidah, Ch. 2010. Bingkai Sosial Gender: Islam, Strukturalis & Kontruksi
Tuslianingsih. 2009. Gender dalam Sastra, (Online),             (https://nyanyianbahasa.wordpress.com/category/sastra/gender-dalam-     sastra/, diakses 8 Oktober 2014).

Astari, H. 2014. Sang Penakluk Trik Jitu Menaklukkan & Memahami Lika-liku        Laki-laki. Yogyakarta: Parasmu.

2 comments: