HAKIKAT
MENYIMAK
Menurut Kundharu (2014: 11) menjelaskan bahwa bentuk
komunikasi yang dilakukan sebagian besar manusia dengan menggunakan bahasa
lisan. Kegiatan tersebut melibatkan pembicara dan pendengar secara bersama-sama
dan bergantian. Media dalam komunikasi lisan adalah bahasa.
Selanjutnya hal yang disampaikan dalam komunikasi
tersebut adalah pesan dalam bentuk simbol-simbol bahasa yang diujarkan dengan
alat ucap manusia. Oleh karena itu, keterampilan menyimak sangatlah diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Terkait dengan kerampilan
menyimak tentunya hal yang berkaitan dengan konsep menyimak harus dikuasai. Hal
tersebut antara lain: hakikat menyimak, menjadi penyimak yang baik,
meningkatkan daya simak, teknik dan jenis menyimak, menjadi penyimak kritis
serta pembelajaran keterampilan menyimak. Semua hal tesebut harus dikuasai
khususnya oleh pembelajar keterampilan bahasa Indonesia.
Pengertian Menyimak
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada
objek yang disimak (Natasasmita, 1995: 18). Menyimak dapat didefinisikan suatu
aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Tarigan;
1991: 4). Pendapat senada didefinisikan oleh Tarigan (1983: 13) “Menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.
Proses menyimak memerlukan
perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan.
Menurut pendapat Tarigan (1994: 27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si
pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah
ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum
menjadi tujuan.” Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan
disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan
menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur
utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam
peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan
keterampilan berbahasa mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi bunyi bahasa atas makna
yang terkandung di dalamnya. Dengan pengertian lain menyimak berarti kemampuan
memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan.
Menurut (Kundharu, 2014:
13) ibarat mata uang logam, menyimak dan berbicara, tidak bisa dikatakan bahwa
yang satu lebih penting dari yang lainnya, atau sebaliknya. Berbicara dan
menyimak sangatlah berhubungan, terutama dalam proses komunikasi, saling tukar
informasi, saling bergantian peran, dan saling memahami apa yang dikatakan oleh
lawannya. Oleh karena itu menyimak dapat dikatakan sebagai kegiatan berbagasa
reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap dengan medium audio atau visual.
Misalnya pada saat khutbah jumat dan mendengarkan pengumuman di stasiun atau
bandar udara.
Kata ‘menyimak’ dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan ‘mendengar’ atau ‘mendengarkan’. Oleh karena itu, kedua kata tersebut sering
menimbulkan kerancuan pemahaman. Menyimak mempunyai arti menangkap suatu bunyi
dengan telinga. Namun, mendengarkan dilakukan secara kebetulan dan tidak
direncanakan. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang. Akan tetapi, mendengarkan merupakan menangkap bunyi dengan
sungguh-sungguh. Contohnya pada anak sekolah yang lagi belajar dan anak yang
sedang membangunkan temannya karena ada gempa.
Kegiatan menyimak
dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya, sedangkan
mendengarkan sasarannya dapat berupa bunyi apa saja. Selain itu menyimak
dilakukan dengan sengaja, terencana dan ada usaha untuk memahami atau menikmati
apa yang disimak dan ada tanggapan setelahnya, sedangkan mendengarkan dilakukan
dengan bisa sengaja dan tidak serta
tidak ada usaha untuk memahami apa yang didengar (Khundaru, 2014: 18)
Tujuan Menyimak
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami
pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan
demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut.
1)
Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta.
2)
Untuk menganalisis fakta.
3)
Untuk mengevaluasi fakta.
4)
Untuk mendapatkan inspirasi.
5)
Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri.
6)
Untuk meningkatkan kemampuan berbicara.
Belajar berbahasa diawali dengan menyimak, kemudian
dilanjukan dengan berbicara, membaca dan
menulis (Khundaru, 2014: 20). Anak kecil yang baru belajar berbicara, umumnya
mereka menyimak atau mendengarkan ucapan dari guru atau orang tuanya.
Selanjutnya mereka belajar menirukan dan menerapkan dalam pembicaraan. Proses
menyimak, mengartikan makna, menirukan dan menerapkan bunyi bahasa mereka
lakukan berulang-ulang dan tentu saja mengalami kesalahan berulang kali yang
sedikit demi sedikit diperbaiki sampai berhasil.
Berbagai informasi pengetahuan dan fakta dapat kita serap
melalui proses menyimak. Penyimak yang baik haruslah memperhatikan dan memahami
apa yang disampaikan oleh pembicara. Apabila penyimak sudah dengan saksama
memperhatikan dan memahami tentunya tidak akan terjadi kesalahpahaman dalam
memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Bahan simakan dapat berasal dari
seseorang, televisi, radio, dan sumber audio yang lain tentuny bahasa sebagai
sasarannya.
Menurut (Khundaru, 2014: 21) menjelaskan beberapa peranan
menyimak sebagai berikut.
1)
Menunjang landasan belajar berbahasa.
2)
Menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis.
3)
Pelancar komunikasi.
4)
Penambah informasi.
PROSES MENYIMAK DAN KEMAMPUAN PENUNJANGNYA
Setiap tahapan menyimak
diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak berlangsung baik. Kemampuan
itu bermacam-macam jenisnya berdasarkan proses yang dilalui. Beberapa ahli
bahasa berpendapat bahwa menyimak merupakan suatu proses (Khundaru, 2014: 24).
Dengan demikian tentunya proses menyimak melalui beberapa tahapan. Dimulai dari
tahap yang paling awal sampai paling akhir. Tahapan proses menyimak dapat
diuraikan sebagai berikut.
1)
Tahap mendengarkan.
Tahap ini dimulai dengan mendengakan bunyi-bunyi bahasa
yang disampaikan oleh pembicara. Pada saat mendengar bunyi bahasa diperlukan
kemampuan menangkap bunyi bahasa. Alat tangkap bunyi bahasa pada manusia dalah
telinga. Telinga harus peka dalam mengangkap bunyi bahasa.
2)
Tahap memahami.
Tahap ini berlangsung pada saat bunyi bahasa telah
didengar. Selanjutnya tahap memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan.
Pada tahap ini kemampuan mengingat bunyi yang didengarnya. Kemampuan menangkap
dan mengingat bunyi bahasa harus didasari pada kemampuan memusatkan perhatian.
3)
Tahap mengintepretasi.
Tahap ini penyimak mengintepretasi dengan cermat dan
teliti isi ujaran pembicara. Penyimak yang baik tentu belum puas kalau hanya
mendengar, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang terdapat dan
tersirat dalam simakan. Pada tahap ini bunyi bahasa yang berupa fonem, kata,
frasa, klusa, kalimat, serta wacana dapat dipahami dengan kemampuan kebahasaan
(linguistik). Perlu disadari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Oleh
karena itu hasil simakan atau ingatan peru disegarkan kembali dengan cara
membaca catatan-catatan yang telah dibuat atau lewat buku-buku lain yang
relevan. Akan tetapi tidak hanya kemapuan kebahasaan yang perlu dikuasai namun
pemahaman non kebahasaan juga perlu dikembangnya. Seperti gerak-gerik tubuh,
ekspresi wajah, cara pengucapan, nada dan intonasi. Kedua kemampuan tersebut perlu
dicermati agar pemahaman dan penafsiran isi kandungan bahan simakan lebih cepat
dan bermakna.
4)
Tahap mengevaluasi isi simakan.
Pada tahap ini penyimak menilai pendapat serta gagasan
pembicara, keunggula dan kelemahan, kebaikan dan kekurangannya. Pada tahap ini
hasil isi simakan perlu ditelaah, dikaji dan diuji kebenaranya. Oleh karena itu
pengetahuan dan pengalaman yang luas dan mendalam dari penyimak sangat
membantu.
5)
Tahap menanggapi.
Tahap ini adalah saat untuk memberikan reaksi atau
tanggapan atas pembicaraan pembicara. Tanggapan bisa bermacam-macam, bisa
berupa penolakan, cibiran, cemoohan, penerimaan, kritikan, gelengan kepala,
anggukan kepala, acungan jempol, persetujuan. Semua jenis tanggapan tergantung
isi simakan dan kemampuan menilai pendengar.
JENIS
MENYIMAK
Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif
merupakan kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan
ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Jenis menyimak ekstensif sebagai berikut.
1)
Menyimak sosial.
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan
sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya.
Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial, unsur sopan
santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang anak jawa menyimak
nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Dalam hal ini, nenek
memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran.
2)
Menyimak sekuder.
Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya,
jika seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan
percakapan orng lain, suara siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara
tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu
oleh suara tersebut.
3)
Menyimak esktetik
Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif.
Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati
sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu,
dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek emosional penyimak
seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini,
emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi
tersebut. Demikian pula pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh
seorang pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan
cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja mendengarkan pembacaan tersebut.
Para remaja tampaknya dapat menikmati dan menghayati cerpen yang dibacakan
tersebut.
4)
Menyimak pasif
Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang
dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang
mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah
mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula
menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah
tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang
itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak
dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di
sekolah tidak dikenal istilah menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif
terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan.
Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh
perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Ciri-ciri menyimak intensif sebagai berikut.
1)
Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman.
Pemahaman ialah proses memahami suatu objek. Pemahaman
dalam menyimak merupakan proses memahami suatu bahan simakan. Pada dasarnya
orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan untuk memahami makna
bahan yang disimak dengan baik. Pemahaman merupakan prioritas pertama. Hal itu
berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan hiburan, kontak sosial.
ketidaksengajaan, dan lain sebagainya. Jadi, rioritas menyimak, intensif ialah
memahami makna pembicaraan.
2)
Menyimak intensif memerluhan konsentrasi tinggi.
Konsentrasi ialah memusatkan sermua gejala jiwa seperti
pikiran, perasaan, ingatan, perhatian, dan sebagainya kepada salah satu objek.
Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan gejala jiwa menyeluruh terhadap
bahan yang disimak. Agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka
perlu dilakukan, dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga agar pikiran
tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian.
terpusat pada objek yang sedang disimak, penyimak harus mampu menghindari
berbagai hal-hal yang dapat menggangu kegiatan menyimak, baik internal maupun
ekstenal.
3)
Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal.
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi
formal. Yang dimaksudkan dengan situasi formal ialah situasi komunikasi resmi.
Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat, temu ilmiah dan lain sebagainya.
Bahasa yang digunakan dalam ceramah ilmiah, temu ilmiah, atau diskusi ialah
bahasa resmi atau bahasa baku. Bahasa baku lebih menekankan makna.
4)
Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan
simakan.
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu
yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara (1) lisan
(berbicara) dan (2) tulis (menulis, mengarang). Reproduksi dilakukan setelah
menyimak. Fungsi reproduksi itu antara lain adalah (1) mengukur kemampuan
integratif antara menyimak dengan berbicara, (2) mengukur kemampuan integratif
antara menyimak dengan menulis atau mengarang, (3) mengetahui kemampuan daya
serap seseorang. (4) mengetahui tingkat pemahaman seseorang tentang bahan yang
telah disimak.
Menyimak intensif memiliki beberapa macam antara lain
sebagai berikut.
1)
Menyimak kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilain secara objektif, menentukan
keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah (a) mengamati tepat tidak
ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan "mengapa
menyimak", dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam
menyimak. dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak? dapatkah
penyimak menafsirkan makna idium, ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak.
2)
Menyimak Introgatif
Menyimak interogratif ialah kegiatan menyimak yang
bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan menyimak
interogratif bertujuan untuk (a) mendapatkan fakta-fakta dari pembicara, (b)
mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang
menarik, (c) mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli
atau tidak.
3)
Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir
kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan (a) menemukan gagasan baru. (b)
menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c)
menemukan topik-topik baru yang dapat dikembang pada masa yang akan datang. (d)
menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
4)
Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan
untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas
penyimak dapat dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa
asing atau bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda. bahasa
Jerman. dan sebagainya, (b) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara.
namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) merekonstruksi
pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau
nasihat berdasar materi yang telah disimak.
5)
Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap
informasi yang disimak. Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk (a)
mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari hubungan antarunsur dalam menyimak.
(c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen. (d) mencari
butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan
penyajian dalam bahan menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang
telah disimak.
6)
Menyimak selektif
Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan
secara selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara,
bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan
bentuk-bentuk, bahasa yang sedang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki
ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri
menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan saksama untuk menentukan pilihan
pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan
topik-topik tertentu, (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan, Henry
Guntur. 1989. Metodologi Pengajaran
Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Tarigan. Djago.
Drs. dkk. 2006. Materi Pokok Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:Universitas Terbuka.
Ghazali, Syukur.
2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
dengan Pendekatan Komunikatif –
Interakif. Bandung: Refika Aditama
Tarigan dan
Djago. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry
Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
No comments:
Post a Comment