Friday, June 10, 2016

Pemerolehan Kosa Kata Pada Bahasa Kedua


Pemerolehan Kosa Kata Pada Bahasa Kedua


http://keluargakita.com/wp-content/uploads/2015/11/Mengenalkan-Bahasa-Kedua-1.jpg




Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan kita menciptakan kegiatan sesama manusia, .mengatur berbagai aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan rnasa depan kita. Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir sampai usia sekolah, yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa.
Pemerolehan   bahasa   merupakan   satu   proses   perkembangan   bahasa   manusia. Lazimnya   pemerolehan   bahasa   pertama   dikaitkan   dengan   perkembangan   bahasa  pada siswa manakala pemerolehan bahasa kedua bertumpu kepada  perkembangan bahasa   orang   dewasa   ( Language   Acquisition:   On-line ).   Perkembangan   bahasa pada siswa pula  bermaksud pemerolehan bahasa  ibu. Namun terdapat juga pandangan lain yang mengatakan bahawa terdapat dua proses yang   terlibat   dalam   pemerolehan   bahasa   dalam   kalangan   siswa   yaitu pemerolehan   bahasa   dan   pembelajaran   bahasa.   Dua   faktor   utama   yang   sering dikaitkan   dengan   pemerolehan   bahasa   ialah   faktor nurture   dan   faktor   nature . Namun   para   pengkaji   bahasa   dan  linguistik   tidak   menolak  kepentingan   tentang pengaruh   faktor-faktor   seperti   biologi   dan   persekitaran.   Kajian-kajian   telah dijalankan  untuk melihat sama  ada  manusia memang  sudah dilengkapi dengan alat biologi untuk kebolehan berbahasa  seperti yang didakwa oleh ahli linguistik  Noam Chomsky   dan   Lenneberg   ataupun   pemerolehan   berbahasa   ialah   hasil   daripada pemerolehan kognisi umum dan interaksi manusia dengan persekitarannya.
Chomsky yang kutip oleh Subyakto-Nababan1 mengatakan bahwa setiap manusia mernpunyai apa yang dinamakan falcuties of the mind, yakni semacam kapling-kapling intelektual dalam benak atau otak mereka dan salah satunya dijatahkan untuk pemakaian dan pemerolehan bahasa. Seorang yang normal akan memperoleh bahasa ibu dalam waktu singkat. Hai ini bukan karena anak memperoleh rangsangan saja, lalu si anak mengadakan respon, tetapi karena setiap anak yang iahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memperoleh bahasa ibu. Alat ini disebut dengan Language Acquisition Device (LAD) atau lebih dikenal dengan nama piranti pemerolehan bahasa.
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dimulai dari perkembangan komperehensi; perkembangan fonologi; perkembangan sintaksis; perkembangan morfologi; perkembangan kosakata (Goodluck 1996). Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa ruang lingkup dalam penelitian pemerolehan bahasa anak adalah tahap perkembangan komprehensi; perkembangan fonologi; perkembangan sintaksis; perkembangan morfologi; perkembangan kosakata. Salah satu wujud dari pemerolehan bahasa adalah kosa kata. Kosa kata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek bahasa lainnya, seperti fonem, system gramatika, system penulisan,lafal dan pembetulan istilah.
Dari sisi pembelajaran bahasa, penguasaan kosa kata merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan penguasaan terhadap system bunyi. Gramatika, ejaa, lafal dan pembentukan istilah. Penguasaan kosa kata bukanlah hal yang sekaligus dating, melainkan berkembang dan tumbuh secara perlahan-lahan sejak seseorang sadar akan dunia lingkungannya, berkembang sampai menjadi orang dewasa. dan akhirnya berhenti setelah orang itu tidak menyadari lingkungannya kembali. Penguasan kosa kata pada usia sekolah sangatlah penting dan merupakan modal untuk proses penguasaan pada tingkat selanjutnya. Kata merupakan permulaan dalam menciptakan kalimat. Dan kalimat itu sendiri adalah bahasa. Dengan kata lain kata merupakan piranti yang dapat digunakan untuk membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan manusia, dan aktivitas orang-orang yang ada disekitar lingkungan tersebut. Semakin bertambah usia anak, akan semakin banyak penguasaan atas kosa kata yang mereka pelajari. Hal tersebut juga akan terjadi pada siswa yang berbeda kelas. Antara siswa yang berbeda tingkatan akan mengalami perbedaan-perbedaan dalalm jumlah penguasan kosa kata. 

http://images.e-sentral.com/usim/9789832950738-medium.jpg

Pemerolehan Bahasa
            Pengetian pemerolehan bahasa adalah proses pemahaman dan penghasilan
bahasa pada manusia melalui beberapa tahap, mulai dari meraba sampai kefasihan penuh. Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses yang digunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut (Kiparsky 1968: 194). Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses yang dilakukan oleh anak-anak dalam menguji hipotesis-hipotesis yang dibuatnya berdasarkan masukan dari lingkungannya mulai dari memahami makna, struktur bahasa, sampai dengan memproduksi bahasa tersebut.
            Ada dua konsepsi tradisional tentang belajar bahasa kedua yang relevan dengan pembahasan ciri-ciri siswa.
1.      anak-anak adalah siswa bahasa kedua yang lebih baik daripada orang dewasa.
2.      ada hal yang disebut ‘kepandaian’ khusus atau ‘bakat’ untuk belajar bahasa kedua, dimana tidak semua orang mempunyai tingkat yang sama, istilah umumnya “aptitude”. Hamied (1987:81).
            Dengan adanya dua konsepsi ini maka diasumsikan berdasarkan pengalaman perorangan bahwa perbedaan dalam keberhasilan belajar bahasa kedua sebagian besarnya dapat dijelaskan dengan dasar perbedaan dalam usia dan bakat.
Pada tahun 1950-an tatkala penelitian ilmiah mengenai ciri-ciri siswa dalam belajar bahasa kedua dimulai, segera menjadi jelas bahwa seperangkat ciri-ciri siswa merupakan penyebab keberhasilan atau kegagalan relatif dari belajar bahasa kedua. (Hamied, 1987:81). Kita akan membatasi pembicaraan pada pertimbangan lain yang telah diselidiki dengan lebih baik dan yang paling relevan. Pembahasan kita hanya membicarakan pertimbangan neurologikal, kognitif, dan afektif. (Brown, 2000:71).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdldt6kocpM4Vqap69cYVpZ5z4oaMZ2TC2iM1c02C1WrVZPQnAm_ez11E_PJac0QioJJgXP73JE9KiIGkjmKC-W5PV4eIEVS6IS5pKs4bLg1ogBximIxZunX0h5bRFOVjhNbgOnki9T37v/s400/bahasa-1.gif

2    Pendekatan Behavioristik
Kaum behaviorsis menyatakan, bahasa adalah fundamental dari keseluruhan perilaku manusia, dan para psikolog behavioristik berusaha menelitinya dalam kerangka itu dan berusaha merumuskan teori-teori konsisten tentang PB1. Focus dari pendekatan ini adalah pada aspek-aspek yang bisa ditangkap langsung dari perilaku linguistic respon yang bisa diamati secara nyata. Jika respon tertentu dirangsang berulang-ulang maka ia akan menjadi kebiasaan atau terkondisikan. Maka anak menghasilkan respon linguistic memang hasil dari terkondisikan. Salah satu karya yang mendukung pendekatan ini adala karya dari B.F skinner yaitu operant conditioning. Teori ini adalah usaha pengkondisian untuk membuat manusia memberikan tanggapan, atau operant (berupa kalimat atau ujaran) secara spontan. (Brown, 2007:28).
Skinner, pelopor kaum behaviorisme menyatakan bahwa a) anak terlahir dengan potensi belajar yang bersifat umum yang merupakan bagian dari bawaan lahir, b) belajar (termasuk belajar bahasa) semata-mata muncul melalui pengaruh lingkungan yang membentuk perilaku individual, c) perilaku (termasuk perilaku bahasa) dibentuk melalui penguatan tanggapan yang muncul karena rangsangan tertentu, dan pembentukan perilaku yang rumit seperti perilaku bahasa terdapat pilihan progresif atau penyempitan tanggapan yang penguatannya positif. Kaum behaviorisme berpandangan bahwa orang tua, teman bermain, guru-guru yang berada di sekitarnya turut membantu memberikan rangsangan kepada anak untuk memperoleh bahasanya. Kemampuan anak dalam mengembangkan bahasanya itu berbeda-beda dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak benar kemampuan berbahasa anak itu sudah menjadi bawaan lahir sebagaimana yang dikemukakan oleh kaum nativisme.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1q_h3XuPzs2QgArA8IE6H9ac0VjDKstCJqDAGcS2AZYDWy90eUmsWWyq70Ym11Cf9TOV-lPeNwlyr24sgFjsb3txgKdN7Gw37F0e3Zrbgm2E_UL-Q0-9HkQjRJLxWMtMSRGw6PNJmo-2c/s1600/Otak.jpg


3    Pandangan Nativisme
Menurut pandangan nativisme ini setiap anak secara bawaan mempunyai kemampuan untuk memahami suatu bahasa. Dengan adanya kemampuan bawaan ini, seorang anak bisa dengan sendirinya mengkonstruksi ujaran berdasarkan pemahaman yang mereka dapat dari lingkungan sekitar mereka. Meskipun seorang anak yang normal tidak pernah sekolah formal, anak tersebut masih bisa berbahasa, dan berkomunikasi dengan manusia lain. Hal ini didukung dengan pendapat Chomsky, bahwa anak sejak lahir sudah dibekali bekali perangkat untuk memperoleh bahasa, yang biasa disebut dengan LAD (language Acquisition Device) atau perangkat pemerolehan bahasa. LAD mempunyai fungsi antara lain:
  1. Kemampuan membedakan bunyi  wicara dari bunyi-bunyi lain di lingkungan sekitar.
  2. Kemampuan menata data linguistic ke dalam berbagai kelas yang bisa disempurnakan kemudian.
  3. Pengetahuan bahwa hanya dengan system linguistic tertentu yang bisa digunakan dan yang lain tidak.
  4. Kemampuan untuk terus mengevaluasi system linguistic yang berkembang untuk membangun kemungkinan system paling sederhana berdasarkan masukan linguistic yang tersedia.

Aliran ini sangat bertolak belakang dengan aliran pada behaviorisme yaitu stimulus respon. Pada aliran Stimulus respon sangat terbatas dalam menjelaskan kreativitas yang terdapat dalm bahasa anak. Aliran nativis ini juga berkembang kearah aliran generative. Karena diyakini pada anak-anak dapat memanfaatkan kemampuan bawaannya untuk menghasilkan jumlah ujaran yang memungkinkan tak terhingga. Namun aliran nativis ini mendapat gugatan dari beberapa aliran, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Eksplorasi struktur linguistic yang tak terlihat, tak teramati, dan tersembunyi yang berkembang dalam diri anak-anak.
  2. Rancang bangun sejumlah perlengkapan tata bahasa universal dimana kita bisa memahami lebih baik cara pemerolehan bahasa dan karakter bahasa-bahasa manusia pada umumnya.
  3. Deskripsi sistematis tentang kemampuan linguistic anak ditentukan oleh kaidah sebagai koneksi yang bedasarkan pada pengalaman.

4    Prosedur Pengajaran Bahasa Kedua Berdasarkan Pemerolehan Bahasa Pertama
Berdasarkan Brown (2007:28), ada beberapa pertimbangan dalam mengajarkan bahasa kedua pada siswa yang sebenarnya ada kaitannya dengan bahasa pertama siswa, yaitu
a.       Dalam  pengajaran bahasa kita harus terus-menerus berlatih.
b.      Pembelajaran bahasa adalah masalah peniruan
c.       Pertama, kita mengenak bunyi, lalu kata-kata dan kemudian kalimat.
d.      Dalam perkembangan seorang anak, pertama ia mendengar, kemudian ia berkata-kata, pemahaman selalu mendahului pembicaraan.
e.       Hal yang dilakukan pembelajar bahasa adalah mendengar dan berbicara, dan membaca, menulis merupakan tahap yang lebih lanjut dari proses penguasaan bahasa.
f.       Kita tidak perlu menggunakan penerjemah saat mempelajari suatu bahasa.
g.      Seorang pembelajar bahasa menggunakan bahasa begitu saja, dalam artian ia tidak belajar tata bahasa baku, tidak perlu mengenal apa itu kata kerja atau kata benda, akan tetapi pembelajar atau siswa bisa berbahasa dengan sempurna.

5    Pertimbangan Neurobiologis
Untuk mengukur seberapa tinggi pemerolehan bahasa seseorang, maka harus kita kaji adalah masalah kemampuan otak dari para pembelajar bahasa, untuk menemukan jawabannya (Brown, 2007:62). Semakin tua usia manusia, maka semakin matang kemampuan otaknya. Otak dibagi menjadi 2 belahan, sisi kiri dan sisi kanan. Fungsi-fungsi bahasa dan urusan logis ditempatkan pada sisi sebelah kiri dan untuk urusan emisional dan social serta kreativitas terdapat pada urusan sebelah kanan.
Penfield dan Roberts (1959) ahli neurologi yang berargumentasi bahwa kemampuan anak lebih besar untuk belajar bahasa dapat dijelaskan dengan plastisitas yang lebih besar dari otak anak tersebut. Plastisitas otak ditemukan berkurang manakala usia bertambah. (Hamied:82). Menurut Panfield dan Roberts (1959) menampilkan bukti bahwa anak-anak mempunyai kapasitas menonjol untuk mempelajari kembali keterampilan bahasa setelah kecelakaan atau penyakit yang merusak bidang ujaran dalam hemisfer serebral dominan biasanya hemisfer sebelah kiri.
Orang dewasa biasanya tidak mampu memperoleh kembali ujaran normal. Terdapat banyak kasus anak-anak yang karena memperoleh luka dalam bidang ujaran, mengalihkan fungsi bahasanya ke hemisfer sebelahnya lagi. Kasus orang dewasa yang melakukan hal itu jarang terjadi. Diargumentasikan bahwa alasan untuk hal tersebut adalah hilangnya plastisitas otak.
Dalam kesimpulannya, Penfield dan Roberts menarik rekomendasi untuk pengajaran bahasa asing dari observasi ini, yaitu bahwa waktu untuk memulai apa yang mungkin disebut persekolahan umur dalam bahasa kedua, sesuai dengan tuntutan psikologi otak, adalah antara umur 4 sampai 10 tahun.
Akan tetapi Hipotesis Periode Kritis (HPK) biasanya dikaitkan dengan Lennberg (1967). Lennberg berargumentasi bahwa belajar alamiah dapat terjadi hanya selama periode kritis, secara kasarnya antara usia 2 tahun sampai masa pubertas. Sebelum usia 2 tahun, belajar bahasa tidak mungkin terjadi karena kekurangdewasaan otak. Sedangkan setelah masa pubertas lateralisasi fungsi hemisfer dominan telah selesai, yang mengakibatkan hilangnya plastisitas serebral yang diperlukan untuk belajar bahasa alamiah. Adalah periode yang secara biologis tertentu inilah yang bertanggungjawab atas kenyataan bahwa setelah masa pubertas, bahasa harus diajarkan dan dipelajari melalui usaha sadar dan keras, dan bahwa aksen asing tidak dapat diatasi dengan mudah setelah masa pubertas.

 https://www.dancow.co.id/dpc/uploads/media/article/0001/01/thumb_567_article_image_640x379.jpeg

6    Pertimbangan Kognitif
Kognitif manusia berkembangan pesat pada usia 16 tahun pertama dan tidak secepat itu setelahnya. Jean Piaget dalam Brown (2007: 70) merangkum jalannya perkembangan intelektual pada seseorang anak melalui beberapa tahap:
a.       Tahap Sensori Motor (kelahiran sampai umut 2 tahun).
b.      Tahap praoperasional (umur 2 sampai 7 tahun)
c.       Tahap Operasional konkret (umur 7 sampai 11 tahun)
d.      Tahap Operasional Formal (umur 11 sampai 16 tahun)
Dari beberapa tahap tersebut seorang manusia yang berumur 1 sampai 16 tahun mempunyai kemampuan pemerolehan yang cukup pesat dibandingkan dengan orang dewasa. Meskipun anak tidak tidak menyadari pada tahun-tahun tersebut telah mengalami perkembangan kebahasaan. Secara umum pada usia anak-anak memperoleh bahasa dengan cara informal beda dengan orang dewasa yang mampu menguasai bahasa kalau dengan cara formal. Hal ini terkait dengan faktor kemampuan otak. Pada usia tersebut seorang anak pada dasarnya tidak mengetahui kalau dia sedang memperoleh sebuah bahasa. Meskipun tak memahami nilai-niai dan pandangan social yang dilekatkan pada sebuah bahasa atau lainnya.

7    Pertimbangan Afektif
Manusia adalah makhluk social. Jantung semua pikiran, perasaan, dan tindakan adalah emosi. Emosi sangat mempengaruhi seberapa tinggi kepintaran kita. Maka logis kiranya jika kita melihat wilayah afektif untuk menemukan jawaban yang memadai atas masalah perbendaan mendasar atas perbedaan bahasa 1 dan bahasa 2 (Brown, 2007:73).
Dalam perkembangan manusia, egolah yang sangat berperan terutama untuk pemerolehan bahasa, identitas diri dan usaha mengetahui siapa dirinya. Pada masa anak-anak, mereka akan menjadi sadar akan diri mereka, terdapat rasa risau dalam pencarian mereka untuk memahami dan merumuskan identitas diri. Menjelas remaja, akan tumbuh kesadaran untuk serta pembentukan pribadi yang unik dan bediri sendiri.
Pada usia kritis untuk pemeroleha bahasa, ego, emosi, perkembangan fisik dan kognitif berjalan berdampingan. Sehingga sering terjadi konflik afektif yang harus disadari ketika berupaya untuk mempelajari bahasa kedua.  Anak dan orang dewasa tentunya terdapat perbedaan afektif ketika mempelajari bahasa kedua. Alexander Guiora (1972) mengusulkan tentang ego bahasa (Language Ego) untuk menjelaskan identitas seseorang yang mengembangkan bahasa yang digunakan. Untuk orang-orang yang memiliki satu bahasa, ego bahasa meliputi interaksi pada bahasa ibu dan perkembangan ego. Guiora menyatakan bahwa ego bahasa dapat menjelaskan kesulitan pembelajaran  bahasa kedua pada orang dewasa. Pemerolehan sebuah ego bahasa baru adalah sebuah usaha yang besar tidak hanya bagi remaja tapi juga orang dewasa yang telah tumbuh rasa aman dan nyaman pada identitas mereka dan yang memiliki inhibitasi yang bertindak sebagai perlindungan dan perlindungan bagi ego mereka. Membuat langkah pada sebuah identitas baru bukanlah hal yang mudah, hal ini bisa berhasil hanya ketika sebuah pengumpulan ego yang memperkuat untuk mengatasi inhibitasi. Hal ini memungkinkan bahwa seorang pembelajar bahasa yang berhasil adalah seseorang yang mampu menjembatani celah-celah afektif.  
Sikap negatif dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mempelajari bahasa. Anak-anak yang kognitifnya tidak dibangun atau dikembangkan dengan baik untuk memiliki sikap, mungkin tidak seberapa berpengaruh daripada orang dewasa. Pada anak-anak usia sekolah mulai memperoleh beberapa sikap terhadap jenis-jenis dan stereotipe orang lain. Sikap ini sebagian besar diajarkan secara sadar atau tidak sadar oleh orang tua, orang-orang dewasa, dan teman sepermainannya. Pembelajaran sikap-sikap negatif terhadap orang-orang yang memakai bahasa kedua atau terhadap bahasa kedua itu sendiri telah ditunjukkan untuk mempengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa pada orang-orang di usia sekolah keatas.
Tekanan dari kawan sebaya yang dihadapi anak-anak dalam pembelajaran bahasa, berbeda dengan yang dihadapi oleh orang dewasa. Anak-anak biasanya mempunyai paksaan yang kuat untuk menyesuaikan. Mereka diberitahu dalam kata-kata, pemikiran-pemikiran, dan tindakan-tindakan bahwa mereka seharusnya ”seperti anak-anak yang lainnya”. Seperti tekanan dari kawan sebaya terhadap bahasa. Orang dewasa juga mengalami tekanan dari kawan sebaya, namun dalam bentuk yang berbeda, orang-orang dewasa cenderung lebih menoleransi perbedaan linguistik daripada anak-anak, oleh karena itu kesalahan-kesalahan dalam ucapan lebih mudah dimaafkan. Jika orang-orang dewasa mampu memahami seorang penutur bahasa kedua, mereka akan memberikan imbalan balik kognitif dan afektif dengan positif, sebuah tingkatan toleransi yang mungkin mendorong beberapa pembelajar dewasa untuk ”lulus.”

8    Pertimbangan Lingusitik
Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemerolehan bahasa kedua terkait dengan bidang linguist sebagai topic utama dalam SLA.
a.       Bilingualisme
Meskipun kita menyebutnya pemerolehan bahasa pertama dan kedua. Pada dasarnya, pembelajar bahasa akan mempelajari 2 bahasa itu secara bersama-sama. Kunci keberhasilan mempelajari kedua bahasa tersebut adaah kemampuan membedakan konteks masing-masing bahasa (Brown, 2007:77). Kemampuan untuk menguasai bahasa lebih dari satu disebut dengan bilingual/dwibahawan. Kejadian yang sering dialami oleh dwibahasawan adalah campur kode, yaitu tindakan memasukkan kata, frasa atau yang lebih panjang lagi pada sebuah bahasa ke bahasa lain. Hal ini terjadi ketika berkomunikasi dengan sesama bilingual.
b.      Interferensi antara bahasa pertama dan kedua
Tidak menutup kemungkinan seorang yang menggunakan bahasa kedua, akan sewaktu-waktu menggunakan kata dari bahasa pertama jika apa yang mau dikatakan dengan bahasa kedua tidak dimengerti. Perilaku ini sering terjadi apa anak-anak dan dewasa. bedanya, anak-anak cenderung tidak menyadari dan bahkan tidak menampakkan adanya interferansi bahasa pertama. Sedangkan untuk orang dewasa yang sangat sering terjadi disebabkan karena jarang antara kedua pemerolehan antara bahasa pertama dan bahasa kedua cukup jauh. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa pertama bisa dijadikan jembatan untuk proses interferensi dari bahas pertama ke bahasa kedua.





9    Macam-Macam Bentuk Kata
Menurut Tarigan (1986), ada beberapa bentuk kata, dalam bahasa Indonesia, antara lain:
a.       Kata Kerja
Kata kerja adalah segala kata yang dipakai sebagai perintah, baik dapat maupun tidak dapat digabung dengan imbuhan atau afiks.
Macam-macam kata kerja
·         Kata kerja yang dibentuk dari kata kerja asli.
·         Kata kerja yang dibentuk dari kata benda.
·         Kata kerja yang dibentuk dari kata keadaan
·         Kata kerja yang dibentuk dari kata bilangan
·         Kata kerja yang dibentuk dari kata ganti orang

b.      Kata Benda
Kata benda adalah segala kata yang dipakai untuk mendeskripsikan objek yang dapat diindra.
Macam-macambentukan kata benda
·         Kata benda yang dibentuk dari kata benda asli
·         Kata benda yang dibentuk dari kata kerja
·         Kata benda yang dibentuk dari kata keadaan
·         Kata benda yang dibentuk dari kata bilangan
·         Kata benda yang dibentuk dari kata ganti orang
·         Kata benda yang dibentuk dari kata kepunyaan

c.       Kata Keadaan
Kata keadaan adalah segala kata yang bisa menggambarkan suatu situasi/keadaan yang dialami oleh objek.
Macam-macam bentuk kata keadaan.
·         Kata keadaan yang dibentuk dari kata keadaan asli
·         Kata keadaan yang dibentuk dari kata benda


d.      Kata bilangan
Kata bilangan adalah kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah.
Macam-macam bentuk kata bilangan
·         Kata bilangan yang dibentuk dari kata bilangan asli
·         Kata bilangan yang dibentuk dari kata benda
·         Kata bilangan yang dibentuk dari kata kerja

e.       Kata Konversi
Kata konversi adalah kata-kata yang terbentuk dari proses penambahan suatu afisk.
Macam-macam bentuk kata konversi
·         Kata konversi yang dibentuk dari kata kerja
·         Kata konversi yang dibentuk dari kata benda
·         Kata konversi yang dibentuk dari kata keadaan
·         Kata konversi yang dibentuk dari kata ganti orang
·         Kata konversi yang dibentuk dari kata bilangan
 


Daftar Pustaka

Brown, Douglas. 2008. Prinsip dan Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Person Education.

Ellis, Rod. 1994. The Study of Sekond Language Acquistion. New York: Oxfor University Press.

Language Acquisition. (On-line). Available: http://earthrenewal.org/second language.htm

Language Acquisition. (On-line). Available: http://www.ecs.soton.ac.uk/~harnad/ Papers/Py104/pinker.langacq.html

Language acquisition. (On-line). Available: http://en.wikipedia.org/wiki/ Languageacquisition

No comments:

Post a Comment